Monday 21 September 2015

Pantai Pink Lombok: Sunyi dalam Keindahan Nyata




#Dahulu dan Sekarang (1)

DARI mesin pencarian google diketahui, di Indonesia hanya ada dua lokasi pantai dengan warna pasir merah muda (baca: pink). Di NTT dan NTB. Untuk di NTB lokasinya di Lombok Timur, tepatnya di Kecamatan Jerowaru. Layak memang pantai ini disebut sebagai si pasir merah muda. Warna pasirnya begitu diterpa oleh matahari memang berwarna kemerah-merahan, beda dengan pasir pantai umumnya yang berwarna putih.
Butuh sekitar satu jam lebih untuk mencapai Pantai Pink. Sebelum meledak seperti saat ini, nama pantai itu lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Pantai Tangsi. Tulisan ini cerita saya bersama sahabat saya Kahfi saat pertama kali menjejakkan kaki ke Pantai Pink 21 Desember 2011. Tulisan ini sekaligus dedikasi saya, buat Kahfi yang mau menemani saya menjelajah Lombok bagian selatan. Sekalian posting foto-foto Kahfi. Dibuang sayang Bro!
Bersama rekan saya Kahfi menjelajahi kawasan bagian selatan pulau Lombok, kebetulan saya ditugaskan oleh pimpina saya ke Lombok Timur. Datang kesana hanya berbekal kata orang soal Pantai Pink. Keterangan warga lah yang menjadi penunjuk jalan menuju Pantai Pink. Tidak jauh dari SMP 3 Sekaroh, adalah jalan masuk menuju Pantai Pink. Bayangan kita menuju pantai itu hanya beberapa ratus meter dari pinggir jalan kecamatan. Pinggang sudah terasa berat. Sebelumnya sudah menempuh perjalanan satu jam lebih dari Kota Mataram. Dugaan kita salah. Jalur menuju pantai ternyata cukup jauh. Jalannya pun mengocok perut. Penuh batu dan sangat rusak. lihat foto dibawah ini, seperti itu rusaknya.





Sengatan matahari menusuk kulit. Membuat semuanya makin berat.Saya bergumam, kalau tahu jauhnya menuju Pantai Pink seperti ini, lebih baik saya balik lagi. Kerongkongan dibuat haus oleh sengatan matahari. Waktu masih menunjukkan pukul 12.30 Wita. Yah, wajarlah kalau panasnya seperti itu. Apalagi di Lombok bagian selatan. Daerah yang dikenal panas dan jarang hujan. Setelah berjalan sekitar 30 menit, dengan sengatan matahari dan jalan mengocok perut. Bahagia mulai muncul. Kita  melewati daerah banyak pohon. Dari keterangan di papan sekitar hutan, diketahui itu Hutan Sekaroh. Pohon yang ada di hutan merupakan bantuan dari pemerintah Jepang. Lumayanlah, untuk beberapa saat saya dan Kahfi bisa duduk enak di motor. Adem, pohonnya membentang di kiri dan kanan jalan.


Tidak berapa lama, kita berjumpa degan seorang ibu. Tanpa basa-basi saya langsung bertanya soal lokasi Pantai Pink. Ia pun menyebut kalau jarak dengan pantai tinggal sedikit. Okelah, saya dan Kahfi langsung tancap. Minim rambu dan sangat sepi. Itulah kondisi ke Pantai Pink. Bisa jadi, karena sinag hari dan banyak orang sedang istirahat. Apalagi saya datang tidak hari libur. Motor terus melaju sampai kelolosan ke arah Tanjung Ringgit. Merasa tidak menemukan Pantai Tangsi, kita memutar motor. Baru ada tulisan papan kecil “Pantai Tangsi”. Melihat jalan menuju pantai, saya dan Kahfi geleng-geleng. Rusak dan penuh batu. Kalau tidak hati-hati bisa jatuh. Saya memutuskan turun dan Kahfi yang membawa motor. Tidak bisa ngebut, turun dengan pelan dan hati-hati. Hingga berada di ujung turunan, ada dua bule yang menyapa. Mereka menyebut datang dari Austria, Eropa. Mereka mengaku usai berjemur dan menikmati pantai. Saya langsung melihat ke arah kawan saya Kahfi.
“Kok bule lebih tahu dari kita,” ucap saya ke Kahfi.


Kahfi pun berkata pada saya, tidak habis pikir dengan orang asing yang mau datang jauh-jauh ke Pantai Pink. Pantat dan pinggang kita saja sudah tidak enak rasanya. Kok, orang asing begitu semangat mencari Pantai Pink. Berjumpa dengan bule membuat kita semakin penasaran. Dari kejauhan memang sudah kelihatan pasir pantai berwarna merah muda. Deretan perahu nelayan berjejer. Melihat pantainya dari kejauhan, cocok kalau disebut si pasir merah muda. Begitu tiba di pinggir pantai, rasa kagum terucap dari mulut saya. Pertama kali dalam hidup saya, melihat ada pasir pantai berwarna merah muda.


Setelah menenggak air mineral saya pun langsung lepas sandal dan merasakan air laut Pantai Pink. Segar, ditengah panas yang melanda. Saya pun langsung mengambil jumputan pasir. Memang benar berwarna merah muda. Di tengah pasir seperti ada pecahan karang berwarna merah. Mungkin itu yang membuat warna pasirnya merah muda. Kahfi tidak mau ketinggalan ia pun ikut turun melihat lebih dekat pasir pantai. Kahfi juga saya minta mengambil pasir. Ada beberapa perahu tengah bersandar. Perahu lainnya kosong. sudah tidak tampak nelayan. Mungkin sedang istirahat. Karena suasana alamnya tidak biasa, kita bergiliran saling berfoto. Istilah sekarang selfie. Selain pantai berwarna pink, suasananya memang tenang dan sepi. Setelah bule yang kita jumpai, disana pendatang hanya kita. Lainnya ada hanya nelayan pulang melaut. Pesisir pantai begitu bersih, tidak ada satupun sampah. Dari pinggir pantai terlihat ada pulau-pulau kecil di kejauhan. Pantai Pink seperti dihimpit tebing. Kanan dan kiri tebing tinggi. Luar biasa, Lombok memiliki keindahan pantai seperti ini.




Seorang nelayan bercerita, kalau di pantai itu biasa ramai saat waktu liburan atau tahun baru. Ada gua kecil di pinggir pantai, di depan goa kalau tahun baru dijadikan sebagai lokasi untuk berkemah. Diberi tahu soal gua, saya pun melirik ke Kahfi, penasaran dan ingin tahu. Ceritanya gua itu sahulu dijadikan sebagai lokasi untuk perlindungan. Pantai Pink zaman penjajahan termasuk salah satu lokasi pertahanan Jepang di Lombok. Gelap, tidak terlihat apapun begitu di depan gua kecil berdiameter satu meter lebih itu. dari kejauhan ada dua pemuda yang melintas. Saya meminta tolong supaya ikut menemani masuk gua. Ada perasaan takut. Khawatir kalaudi dalam nanti ada ular dan hewan mematikan lainnya. bekal masuk gua hanya korek api kecil. Di dalam gua, dingin dan agak berbau apek. Begitu berjalan beberapa meter, tiba-tiba dua pemuda meminta saya dan Kahfi merunduk, karena dinding gua menyempit. Beberapa meter kemudian kita sudah berada di pintu keluar. Jaraknya mungkin sekitar tujuh meter dari depan sampai belakang.




Saya berkata kepada Kahfi kalau Pantai Pink luar biasa dan layak untuk dikembangkan sebagai tempat wisata. Masalahnya tentu soal jalan dan infrastruktur pendukung menuju pantai. Perasaan wisatawan tentu sedikit ngeri-ngeri sedap kalau melintasi jalan rusak ke tempat wisata.(bersambung) 

0 10 komentar:

Post a Comment