SALAH satu bangunan
di Jalan Dodokan II nomor 2 menjadi lokasi awal store Jegol, nama produk pakaian
yang kerap menjadi perbincangan karena begitu kental mengenalkan nuansa Lombok.
Tidak seperti produk-produk pakaian anak muda yang kental dengan nuansa luar
daerah atau asing, produk Jegol menampilkan semua yang berkaitan dengan Lombok.
Jegol hadir lewat
sentuhan Lalu Mauziarman. Alumni Tehnik Perencanaan Wilayah dan Tata Kota
Universitas Brawijaya ini menceritakan, Jegol dibentuk bersama tujuh rekannya
saat masih berkuliah di Malang, Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu, Jegol
akhirnya hanya dikelolanya bersama Khairul Akbar. Pertama kali berdiri, produk
hasil karya Jegol seperti kaos, jaket, maupun topi hanya dijual online.
Mik Amang, begitu
biasa disapa menceritakan. Konsep yang diusung oleh Jegol murni Lombok dan
identik dengan Suku Sasak. Alasan memilih konsep tersebut selain soal kecintaan
pada daerah, juga mengenai oleh-oleh khas Lombok. Menurutnya, belum ada
cenderamata yang benar-benar menyuguhkan seperti apa Lombok.
“Dari bahasa saja
saat ini jarang yang benar-benar mau menggunakan bahasa Sasak. Malahan bahasa
yang dipakai justru dari luar,’’ katanya.
Bahasa sehari-hari,
sambungnya, dituangkan dalam pakaian yang dihasilkan, seperti Lombok solah
gati, matur tampiasih, hingga silak simpang. Jegol pun telah menyiapkan bahasa
lain, supaya makin beragam.
“Kepuasan tentu ada
ketika ada pembeli dan setelah berbelanja mengatakan matur tampiasih. Artinya
tulisan tersebut langsung membawa dampak,’’ ucapnya.
Anak kedua dari dua
bersaudara ini pun lantas menunjukkan desain lain yang tidak bisa dipisahkan
dari Lombok. Kaos bertuliskan pelecing kangkung dengan gambar Pulau Lombok
berwarna merah. Tidak hanya pelecing kangkung saja, desain soal kuliner juga
menampilkan sate bulayak. Desain lain yang juga tidak bisa dipisahkan dari
unsur Lombok adalah peresean dan gendang beleq. Jegol menyajikan karya peresean
lebih menggigit. Sementara gendang beleq tidak ditampilkan dengan gaya orang
menabuh gendang pada umumnya.
Tidak sampai
disana, Jegol juga berani menampilkan tenun motif tenun dalam kaos yang
dihasilkan. Begitu motif tersebut diangkat, banyak yang memberi apresiasi.
Beberapa orang langsung menyebut, Lombok memang identik dengan tenun.
Pemuda kelahiran 17
Juni 1990 ini tidak lupa menjadikan karya Jegol sebagai media promosi
pariwisata NTB. Orang luar Lombok maupun orang asing belum banyak mengenal
lokasi wisata tersembunyi. Padahal, lokasi wisata tersebut begitu mempesona.
Menceritakan sejarah
perjalanan Jegol dari awal merintis 2008 silam membuat Lalu Mauziarman
Rafsanjani berapi-api. Kuliah di Pulau Jawa membuatnya ingin mempromosikan
Pulau Lombok di luar daerah. Itu sekaligus menghapus pandangan masyarakat luar
tentang Lombok yang belum sehebat Bali.
“Lombok itu
istimewa. Lombok indah, mereka harus tahu,’’ akunya.
Usaha mengenalkan
Lombok melalui pakaian terasa istimewa saat produk tersebut menjadi kebanggaan
bagi konsumen. Ada konsumen yang tidak segan-segan menampilkan produk Jegol
sampai di Singapura.
“Senang, mereka
seolah ingin juga menampilkan Lombok itu apa dan dimana,’’ sambung anak kedua
dari tiga bersaudara ini.
Yang tidak bisa
dilupakan hingga saat itu, saat salah satu karya Jegol berupa kaos mejeng di
Stadion Old Trafford, Inggris. Di Stadion milik klub Manchester United tersebut
salah satu pembeli berfoto dengan kaos Jegol. Nilai orisinilitas yang disajikan
oleh Jegol berarti telah mendapat apresiasi dari konsumennya.
Ketika awal
mencetuskan ide untuk mengusung nuansa Lombok banyak yang memandang sebelah
mata. Ada yang mencemooh menyebut Jegol hanya main-main saja. Sampai ada yang
menyebut, bisnis tersebut tidak menguntungkan.
“Makanya perlu
pembuktian. Supaya tidak lagi dicemooh,’’ akunya.
Kalau banyak yang
lebih bangga menampilkan karya berbau barat, Jegol tidak ingin coba-coba
plagiat. Jegol tetap identik dengan karya berbau Lombok. Promosi karya Jegol
melalui maya, facebook dan twitter jadi senjata. Setiap ada produk terbaru
selalu ditampilkan. Cara ini menurutnya untuk menjaring konsumen dari luar
Lombok.(*)
0 10 komentar:
Post a Comment