This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday 8 May 2016

Merubah Skenario Pengumuman Ujian

Ketawa sinis bercampur kecewa. Asyik keliling kota menjumpai sekelompok anak SMA melintas dengan seragam penuh coretan. Ketawa karena kok masih musim corat-coretan. Sinisnya jelas, Ujian Nasional (UN) sekarang tak ada beda dengan ujian sekolah. Kalau rajin dan ikut UN, dipastikan akan lulus. Sudah tiga tahun terakhir penentu kelulusan siswa ada di tangan para guru. Kok aneh begitu pengumuman hasil UN anak2 ini gembira bukan main. Bangganya dimana? Kelakarnya kelulusan tanpa coretan seragam itu kurang asyik. Untuk periode lima tahun ke belakang bolehlah. Saat itu memang UN begitu menyeramkan. Nasib sekolah tiga tahun hanya ditentukan tiga hari. Munculah euforia kegembiraan berlebihan. Meski sebenarnya biasa saja. Mau ujian sudah pengayaan, les tambahan, sampai tryout. Masak susah lulus. Ada rasa kecewa melihat seragam bagus itu berlumur cat dan tanda tangan. Memang sih itu seragam mereka. Dibeli pun dengan uang orang tua mereka. Tidak ada alasan melarang-larang. Tapi, bolehkan kecewa melihat seragam bagus itu berubah jadi seragam tak layak. Namanya penonton, selalu diberi keleluasaan kecewa. Seperti saat kecewa usai menonton Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2. Setelah 14 tahun menanti, kenapa cerita film ini berjalan biasa saja. Epiknya sederhana. Tanpa dramatis ketika Rangga dan Cinta berjumpa. Delapan purnama tidak ketemu cuma ada tamparan "cplak". Sekali saja. Perjumpaan sederhana di Yogyakarta. Saya yakin banyak penonton mau lebih. Baik dramatis, romantismenya ataupun suasana penuh emosionalnya. Alur ceritanya banyak terputus. Yah, namanya penonton cukup hanya kecewa. Sekecewa menonton anak muda yang seragamnya penuh coretan.Aada harapan. Lebih bermakna kalau mereka menghimpun seragam sekolah layak itu. Dikumpulkan bersama. Kemudian ramai-ramai diantar ke sekolah-sekolah terpencil. Di NTB masih banyak sekolah terpencil. Gedungnya dari bedek. Pengajarnya guru honor. Fasilitasnya seadanya. Seragam siswanya?jangan ditanya lagi. Syukur saja mereka mau ke sekolah. Tapi saya pikir masih ada kesempatan mengubah skenario pengumuman UN. Tidak perlu seperti AADC yang harus menunggu 14 tahun. Tahun depan kebiasaan corat-coret seragam ini bisa diubah. Jalan ceritanya sih terlihat mudah. Dinas pendidikan mengeluarkan edaran wajib, semua sekolah harus menghimpun seragam siswa. Kepala sekolah jadi ujung tombak di sekolah. Wajib hukumnya semua siswa kumpulkan seragam. Tanpa nego. Surati saja langsung para orang tua, meminta seragam para siswa. Sedikit ancaman bolehlah. Gak setor seragam terancam tidak lulus. Apa nanti sudah pasti tidak ada corat-coret seragam. Belum tentu. Bisa saja ada siswa beli seragam untuk disumbang. Seragamnya tetap dipakai corat-coret. Itu urusan mereka lah. Ada kepedulian untuk pendidikan. Seragam bagus itu bermanfaat. Dan terpenting kali ini penonton ada kesempatan mengubah alur cerita. Semoga saja.