Semarak takbir di Pulau Lombok cukup meriah. Di malam hari raya Idul Fitri 1437 Hijriah tahun 2016, diwarnai dengan pawai takbir. Nyaris semua kabupaten/kota di Pulau Lombok menggelar pawai takbir. Seperti di Kota Mataram, dari masing-masing kecamatan tumpah ke Taman Sangkareang. Taman kebanggan di Kota Mataram itu pun penuh dengan sukacita. Lantunan takbir menggema bersahut-sahutan. Hadir langsung di Lapangan Sangkareang Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh dan Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana.Beberapa daerah memiliki kekhasan dalam malam lebaran. Jika di Pulau Jawa takbir keliling identik dengan tabuhan dan obor. Di Kota Mataram semarak takbir dimeriahkan replika masjid. Remaja masjid dari masing-masing kecamatan seolah menampilkan ciri khasnya. Salah satu replika yang mencuri perhatian adalah replika Islamic Center (IC) NTB. IC memang menjadi ikon NTB. Bangunannya megah. Arsitekturnya menawan. Dan tentu masjid paling besar di NTB.
Arak-arakan pawai takbir dengan membawa replika ini dimeriahkan anak-anak, remaja, hingga orang tua. Seperti tahun lalu, tahun ini pawai takbir pun dilombakan. KNPI Kota Mataram dibawah komando H Novian Rosmana menjadi penanggung jawab lomba pawai takbir.
Tidak hanya IC. Bila diperhatikan seksama hampir semua replika masjid begitu istimewa. Detail, sempurna, dan kokoh. Tidak bisa sendiri untuk membawanya. Butuh belasan orang mengangkutnya. Replika masjid ini modelnya mendekati aslinya. Membuatnya kian menarik, diselipkan hiasan. Mulai dipasang lampu sampai kertas warna-warni.
Selain replika masjid, pawai takbir juga dimeriahkan dengan kaligrafi raksasa. Tulisan Arab lafadz "Bismillahirrahmanirrahiim" diarak oleh beberapa muda-mudi. Tulisan itu menyala. Di dalam kertas dilengkapi lampu. Dari kejauhan tulisan Arab itu jadi terlihat indah.
Tidak itu saja, peserta pawai ada yang membuat replika Quran raksasa. Indah dan istimewa. Anak-anak muda yang membuatnya terlihat total. Terlihat ayat-ayat yang ada di dalamnya ditulis begitu apik. Memang pawai takbir diikuti dengan penuh sukacita. Semua yang hadir memberikan yang terbaik untuk karyanya. Wajar kalau pawai takbir juga menjadi tontonan menarik. Warga Kota Mataram dari berbagai penjuru tumpah di pinggir jalan. Ada yang sampai berjalan beberapa kilometer ke Taman Sangkareang. Suka cita kian lengkap dengan suara kembang api yang bersahut-sahutan.
This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Showing posts with label BUDAYA LOKAL. Show all posts
Showing posts with label BUDAYA LOKAL. Show all posts
Wednesday, 6 July 2016
Sunday, 5 June 2016
Bertaruh Nyawa Menyelamatkan Imam Masjidil Haram
PERNAH mendengar cerita tentang kudeta berdarah di Makkah 1979? Kisah ini pernah ditulis oleh Yrovlav Trofimov dengan judul The Siege of Mecca. Buku ini mengisahkan pemberontakan yang dipimpin Juhaiman Ibnu Muhammad Ibnu Saif al-Otaibi. Dalam peristiwa tersebut ada ulama Pulau Lombok yang menjadi saksi mata. Bahkan, ikut terlibat dalam penyelamatan tokoh penting di Makkah. Ulama itu adalah TGH Musthafa Umar Abdul Aziz pendiri Ponpes Al Aziziyah, Kapek Gunung Sari.
Ketua Yayasan Ponpes Al Aziziyah TGH Fathul Aziz bercerita kisah berdarah yang terjadi 20 November 1979 itu. Saat itu ia pun termasuk salah satu jamaah di Masjidil Haram.
“Mamiq (TGH Musthafa Umar) saat itu menyelamatkan imam masjidil haram,” katanya.
Peristiwa pemberontakan di Makkah terekam kuat diingatannya. Sejak 1976 TGH Musthafa Umar dan beberapa keluarganya bermukim di Makkah. Saat peristiwa itu terjadi usia Fathul Aziz 11 tahun. Kengerian ini sendiri diulas dalam buku Yrovlav Trofimov ada 500 orang bersenjata api lengkap. Ribuan orang jamaah haji disekap di dalam masjidil haram dan disandera. Saat itu polisi atau petugas pengamanan di Masjidil Haram menjadi sasaran utama.
“Begitu diketahui dia polisi langsung ditembak. Darah dimana-mana,” bebernya.
Ditengah kepanikan mencekam, lanjutnya, para pemberontak mencari Imam Masjidil Haram Syech Muhammad bin Subail. Kala itu, kebiasaannya usai salat Subuh, imam masuk ke ruangan khususnya untuk beristirahat. Pintu untuk melarikan diri ada di bawah tanah jalur Shafa-Marwa. Pintu masjid yang biasa dipakai jamaah sudah dikuasai pria bersenjata.
“Mamiq kemudian datang ke ruangan Syech (Syech Muhammad bin Subail) mengetuknya. Kemudian menginformasikan adanya pemberontakan,” ungkapnya.
Sementara itu pemberontak pimpinan Juhaiman terus berteriak-teriak mencari Imam Masjidil Haram. Pengambilalihan Masjidil Haram oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan penyelamat dunia ini semakin membuat jamaah panik. Apalagi peluru tajam terus dimuntahkan.
“Mamiq meminta Syech keluar dari jalur bawah tanah. Mislah (jubah) yang dipakai diminta dilepas,” kata Fathul lagi.
Disebutkan, langkah TGH Musthafa Umar mengambil mislah tersebut bukan tanpa resiko. Membawa mislah tersebut akan dengan mudah ditanda pemberontak. Karena tidak memakai mislah, sang imam tidak dikenali. Sementara TGH Musthafa Umar langsung didatangi oleh pemberontak.
“Ada pemberontak yang saat itu bilang tembak saja. Kemudian mamiq ditanya darimana, kerja dimana,” kata putra keempat TGH Musthafa Umar.
Dengan tenang TGH Musthafa Umar menjawab pertanyaan para pemberontak. Akhirnya pimpinan pemberontak melepaskannya. Sementara Syech Muhammad Abdullah bin Subail sudah diluar dan dalam perlindungan polisi.
“Alhamdulillah mamiq dan imam Masjidil Haram sama-sama selamat,” imbuhnya.
Peristiwa yang terjadi 1 Muharam 1400 Hijriah ini diakui Fathul Aziz cepat terlupakan. Dari sejumlah literatur menyebutkan Kerajaan Saudi Arabia memang menutup rapat tragedi tersebut. Listrik dan jalur komunikasi sempat diputus beberapa saat. Perebutan itu terjadi sekitar 2 minggu lamanya. Jumlah korban 255 orang, baik jamaah di masjid maupun pemberontak.
Friday, 29 January 2016
Berjuang Demi Produk Godline
Clothing Produk Lombok (4)
Jumlah clothing lokal cukup banyak di Mataram. Meski begitu tidak menyurutkan clothing baru muncul. Kaos desain sendiri tidak hanya memberi kepuasan konsumen. Penjual pun puas bila karyanya dihargai. Modal cekak tidak lantas membuat pembuat clothing takut berkarya. Dengan modal terbatas, kaos tetap bisa dijual. Syaratnya tentu saja, harus punya ciri khas. Merek Godline clothing pendatang baru. Kreatornya M Fadilah Hafidz masih mahasiswa. Dana yang digelontorkan pun kecil.
"Modal terbatas. Jualan juga masih nitip," kata Hafidz.
Sebagai pendatang baru, kata Hafidz, harus berdarah-darah untuk promosi. Mau pasang iklan berat diongkos. Beruntung perkembangan teknologi makin pesat. Media sosial twitter dan instagram jadi sarana promosi. Di
twitter @_godline_ atau instagram @godline_ semua karya dipampang.
"Ada yang tertarik setelah lihat di twitter atau instagram," ucapnya.
Tidak dipungkiri, lanjutnya, medsos menjadi saran gaul anak muda. Promosi produk lewat medsos cuma butuh kreativitas. Rajin posting produk baru dan pintar menyebar kata.
"Positif adanya medsos untuk memulai usaha dengan modal terbatas," bebernya.
Diceritakan, desain clothing dibuat sendiri, dari sketsa tangan terus edit photoshop. Ada juga yang langsung buat pake corel draw. Proses ini dinilai artistik. Produknya handmade. Tidak terkesan desain asal comot. Karena rata-rata anak muda peminatnya. Desain bergambar (art) menjadi pilihan.
"Ada juga yang senang simpel. Kayak gambar logo sama font aja,
kita berusaha ngikuti selera," ujarnya.
Ditambahkan, karena baru memulai usaha, tentu saja Godline terus mengontrol pasar. Perkembangan terbaru harus di-update. Malah setiap masukan selalu diterima. Termasuk rajin bertukar pikiran dengan pemilik clothing lain.
"Ini belajar dan berjuang jualan," ucapnya tertawa.
Apid sapaan akrabnya, belum punya store sendiri. Tapi ia tidak malu menitip barang dititip di store lain. Ada tiga store merek Godline dipajang. Di Immortal, DUKE, dan Waroeng Creative.
"Keinginan saya tentu bisa punya store sendiri nantinya," ucapnya tersenyum.
Kaos merek Godline harganya hampir sama dengan clothing lokal lainnya. Tiap kaos dijual Rp 110 - 135 ribu. Memahami isi dompet anak muda penting. Saat ini pangsa pasar terbesar Godline adalah anak muda. Selanjutnya, secara bertahap Godline bercita-cita bisa menjadi apparel. Menyediakan kebutuhan fashion dari kepala sampai kaki.
"Dalam waktu dekat mau buat gelang Godline," tambahnya.(Bersambung)
Jumlah clothing lokal cukup banyak di Mataram. Meski begitu tidak menyurutkan clothing baru muncul. Kaos desain sendiri tidak hanya memberi kepuasan konsumen. Penjual pun puas bila karyanya dihargai. Modal cekak tidak lantas membuat pembuat clothing takut berkarya. Dengan modal terbatas, kaos tetap bisa dijual. Syaratnya tentu saja, harus punya ciri khas. Merek Godline clothing pendatang baru. Kreatornya M Fadilah Hafidz masih mahasiswa. Dana yang digelontorkan pun kecil.
"Modal terbatas. Jualan juga masih nitip," kata Hafidz.
Sebagai pendatang baru, kata Hafidz, harus berdarah-darah untuk promosi. Mau pasang iklan berat diongkos. Beruntung perkembangan teknologi makin pesat. Media sosial twitter dan instagram jadi sarana promosi. Di
twitter @_godline_ atau instagram @godline_ semua karya dipampang.
"Ada yang tertarik setelah lihat di twitter atau instagram," ucapnya.
Tidak dipungkiri, lanjutnya, medsos menjadi saran gaul anak muda. Promosi produk lewat medsos cuma butuh kreativitas. Rajin posting produk baru dan pintar menyebar kata.
"Positif adanya medsos untuk memulai usaha dengan modal terbatas," bebernya.
Diceritakan, desain clothing dibuat sendiri, dari sketsa tangan terus edit photoshop. Ada juga yang langsung buat pake corel draw. Proses ini dinilai artistik. Produknya handmade. Tidak terkesan desain asal comot. Karena rata-rata anak muda peminatnya. Desain bergambar (art) menjadi pilihan.
"Ada juga yang senang simpel. Kayak gambar logo sama font aja,
kita berusaha ngikuti selera," ujarnya.
Ditambahkan, karena baru memulai usaha, tentu saja Godline terus mengontrol pasar. Perkembangan terbaru harus di-update. Malah setiap masukan selalu diterima. Termasuk rajin bertukar pikiran dengan pemilik clothing lain.
"Ini belajar dan berjuang jualan," ucapnya tertawa.
Apid sapaan akrabnya, belum punya store sendiri. Tapi ia tidak malu menitip barang dititip di store lain. Ada tiga store merek Godline dipajang. Di Immortal, DUKE, dan Waroeng Creative.
"Keinginan saya tentu bisa punya store sendiri nantinya," ucapnya tersenyum.
Kaos merek Godline harganya hampir sama dengan clothing lokal lainnya. Tiap kaos dijual Rp 110 - 135 ribu. Memahami isi dompet anak muda penting. Saat ini pangsa pasar terbesar Godline adalah anak muda. Selanjutnya, secara bertahap Godline bercita-cita bisa menjadi apparel. Menyediakan kebutuhan fashion dari kepala sampai kaki.
"Dalam waktu dekat mau buat gelang Godline," tambahnya.(Bersambung)
Wednesday, 27 January 2016
Tampil Fun dan Penuh Warna
Clonthing Produk Lombok (3)
sembarangan memilih pakaian. Lovely Sunday berusaha menampilkan produk mewakili anak muda. Tidak gampang terpengaruh dengan model yang booming, menjadi pemikiran clothing lokal. Itu sejalan dengan keinginan konsumen. Banyak konsumen bangga karena menggunakan pakaian beda.
Owner Lovely Sunday Lalu Rio Febri Saputra sejak pertama meluncurkan clothing, tidak suka ikut-ikutan. Ia tidak mengikuti kaos yang sedang trend. Dikhawatirkan produknya serupa.
"Kalau kita sudah berbeda dengan clothing lain, pasti konsumen tetap ingat dengan produk kita," katanya.
Diceritakan, tematik clothing memang tidak melulu harus sama. Dengan begitu, konsumen banyak pilihan. Saat ini banyak yang menjual produknya dengan desain tengkorak, wanita bertato, atau desain komunitas.
"Lovely Sunday lebih ke arah konsep yang fun," bebernya.
Konsep fun yang dimaksud, kata Rio, dengan banyak bermain warna. Termasuk tidak memilih tema desain terkesan gelap. Dengan begitu kaos tidak terkesan monoton. Tampilannya jadi penuh warna.
"Konsumen pun puas dengan konsep itu," ucapnya.
sembarangan memilih pakaian. Lovely Sunday berusaha menampilkan produk mewakili anak muda. Tidak gampang terpengaruh dengan model yang booming, menjadi pemikiran clothing lokal. Itu sejalan dengan keinginan konsumen. Banyak konsumen bangga karena menggunakan pakaian beda.
Owner Lovely Sunday Lalu Rio Febri Saputra sejak pertama meluncurkan clothing, tidak suka ikut-ikutan. Ia tidak mengikuti kaos yang sedang trend. Dikhawatirkan produknya serupa.
"Kalau kita sudah berbeda dengan clothing lain, pasti konsumen tetap ingat dengan produk kita," katanya.
Diceritakan, tematik clothing memang tidak melulu harus sama. Dengan begitu, konsumen banyak pilihan. Saat ini banyak yang menjual produknya dengan desain tengkorak, wanita bertato, atau desain komunitas.
"Lovely Sunday lebih ke arah konsep yang fun," bebernya.
Konsep fun yang dimaksud, kata Rio, dengan banyak bermain warna. Termasuk tidak memilih tema desain terkesan gelap. Dengan begitu kaos tidak terkesan monoton. Tampilannya jadi penuh warna.
"Konsumen pun puas dengan konsep itu," ucapnya.
"Supaya tidak kalah harus ada yang baru dibuat," imbuhnya.
Melihat persaingan saat ini, tambah Rio, volume produksi dan penjualan jauh meningkat dari pada dulu mulai berdirinya. Di awal berdiri harus membentuk pasar. Kini pangsa pasarnya sudah terbentuk baik. Tinggal mengawal pasar dengan baik. Saat ini daya beli clothing lokal di Mataram cukup tinggi.
Perkembangan penjualan distro di Mataram yang bagus, Rio memasang target ke depan bisa membuka distro di beberapa tempat. Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa, Bima, dan Dompu. Melebarkan sayap keluar daerah ikut membuat clothing lokal makin eksis.(Bersambung)
Melihat persaingan saat ini, tambah Rio, volume produksi dan penjualan jauh meningkat dari pada dulu mulai berdirinya. Di awal berdiri harus membentuk pasar. Kini pangsa pasarnya sudah terbentuk baik. Tinggal mengawal pasar dengan baik. Saat ini daya beli clothing lokal di Mataram cukup tinggi.
Perkembangan penjualan distro di Mataram yang bagus, Rio memasang target ke depan bisa membuka distro di beberapa tempat. Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa, Bima, dan Dompu. Melebarkan sayap keluar daerah ikut membuat clothing lokal makin eksis.(Bersambung)
Tuesday, 29 December 2015
Rasa Underground Lombok
Clothing Produk Lombok (2)
JALAN Selandir
tepat di belakang Supermarket Ruby ada outlet bertuliskan Lombok Hardcore. Ini
salah satu distro legendaris di Mataram. Sering jadi perbincangan anak-anak
muda. Khususnya penggemar musik. Menjejakkan kaki di distro langsung disambut
deretan pakaian. Tidak hanya kaos dan celana. Di lemari berjejer topi, tas, dan
sandal.
Meski hardcore
selalu dikaitkan dengan anak band, tidak berarti peminat Lombok Hargcore hanya
anak band. Yang pasti distro selalu identik dengan limited edition, desain
sendiri, dan karya lokal.
“Sasarannya memang
penghobi musik. Sekarang konsumennya lebih umum anak muda sih,” kata karyawan
Lombok Hardcore Oni.
Melihat desain
pakaian, khususnya kaos desain sendiri Lombok Hardcore kelihatan garang.
Tampilan hitam dengan gambar cowok banget mendominasi. Clothing Lombok Hardcore
ini pertama muncul 1999.
“Belum banyak
distro-distro saat itu,” sambungnya.
Meski kelihatan
mahal, kata Oni, sesungguhnya harga produk lokal ini bersahabat di kantong anak
muda. Untuk kaos dibandrol dari Rp 80 ribu, celana Rp 155 ribu, tas Rp 100
ribu, topi Rp 80-90 ribu, dan sandal Rp 90 ribu.
“Tidak mahal-mahal
menyesuaikan dengan harga anak muda,” ucapnya ramah.
Mengetahui cerita
Lombok Hardcore kurang lengkap rasanya tanpa ngobrol dengan Ownernya Wayan Agus
Dedy. Diceritakan, kehadiran Lombok Hardcore tidak bisa lepas dari musik
underground terutama hardcore. Meski identik dengan hardcore, tidak lantas
mengkotakkan diri. Sasaran utama tetap umum. Tidak memandang usia, tua, muda,
dan anak-anak bebas memburunya.
“Ditanya
kalangannya. Menengah ke bawah,” katanya.
Meski menyasar
menengah ke bawah, lanjutnya, bukan berarti membuat produk Lombok Hardcore
murahan. Harga pasar kualitasnya bukan pasaran. Itu dibuktika dengan desain
orisinil dan bahan pakaian.
“Sejauh ini
peminatnya lumayan,” akunya.
Pria yang akrab
disapa Goes Dedy ini mengungkapkan, soal pasang surut jualan lumrah dalam
jualan. Sampai sekarang terbukti Lombok Hardcore tetap eksis. Kesabaran menjadi
kunci.
“Namanya juga
jualan,” ucapnya tertawa.
Kesabaran Dedy tidak sia-sia. Ditengah gempuran pakaian
luar, Lombok Hardcore merambah hingga luar NTB. Pelanggannya sampai ke luar
negeri. Disebutkan, konsumen dari Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, sampai Batam
rajin update barang baru. Sementara dari luar negeri seperti Malaysia,
Singapura, Jepang, Belanda, Inggris, Australia, dan Amerika Serikat tidak mau
ketinggalan.
“Lumayan bisa luar
daerah bahkan luar negeri,” tambahnya.
Jumlah distro di
Mataram terus bertambah. Bagi Dedy, kemunculan distro baru bukan musuh atau
saingan. Justru itu kebanggaan bagi Lombok.
“Bangga Lombok bisa
maju karena kreatif anak muda, khususnya distro,” tukasnya.(*)
Tuesday, 8 December 2015
Kopi Lombok Berkualitas
Dikenal di luar saja untuk kopi Lombok
rasanya tidak cukup. Sudah seharusnya seluruh masyarakat Lombok tahu betul
tentang kualitas kopi lokal ini. Seringnya pertanyaan mengenai cita rasa kopi
Lombok ditanyakan, mendorong Dody A Wibowo sejak 20 Agustus lalu membuka kafe
di Jalan Sriwijaya 5D. Ia mengibaratkan Etnic Coffee ini sebagai kedai kopi
lokal.
‘’Banyak yang ingin nyoba. Kepikiran juga
akhirnya membuka kafe,’’ kata Dody.
Brand kafe yang diusung, kata Dody, meski
juga menjual makanan dan minuman lain, tetap menonjolkan kopi Lombok. Rasanya
kurang lengkap kalau kopi yang diproduksi dari petani lokal itu hanya dalam
bentuk biji mentah ataupun bubuk. Ini juga bisa menjadi media promosi untuk
penggemar kopi yang ingin mencoba rasa kopi lokal.
‘’Dibuktikan saja. Benar tidak rasanya
memang enak,’’ ungkapnya.
Pemuda 27 tahun ini bercerita, seringkali
mendapat cerita soal kopi yang masuk kafe harganya selalu mahal. Menurutnya,
tidak semua kafe menjual kopi dengan harga tinggi. Bahan baku menjadi salah
satu penyebab kopi yang masuk kafe harganya mahal. Karena semua proses dilalui
sendiri, Etnic Coffee pun menawarkan harga yang terjangkau.
‘’Untuk bisa menghasilkan racikan kopi yang
paten saya pun belajar tentang kopi. Ya, kalau bahasa kerennya jadi barista,’’
kelakarnya.
Dody mengaku, belajar secara otodidak untuk
mengasilkan kopi yang berkualitas. Pertama tentu saja pemilihan biji kopi di
tingkat petani, proses berikutnya memasak kopi atau biasa disebut roasting.
Proses pematangan kopi ini tidak bisa sembarangan. Ia harus menjaga supaya
kematangan kopi tepat, sehingga tidak merusak cita rasa kopi.
‘’Jempol tangan ini sampai melepuh seharian
urus kopi terus,’’ ucapnya sembari menunjukkan jempol tangan yang memerah.
Anak pertama tiga bersaudara ini pun tidak
mau setengah-setengah belajar meracik kopi yang bagus. Selain rajin sharing
dengan pecinta kopi, ia pun kerap bertanya pada para ahli kopi. Racikan yang
coba dikembangkan saat ini berkiblat ke Italia.
‘’Kiblat ke luar tapi cita rasa tetap
lokal,’’ akunya.
Kopi Lombok, kata Dody, naik kelas begitu
sudah masuk dapur. Ia pun mencontohkan cara membuat coffee latte, latar
belakangnya itu espresso dicampur susu. Variasi bisa dicampur berbagai flavour
(rasa) seperti vanilla, mocha, coconut, hazelnut, ataupun irish.
‘’Ini sekarang saya tunjukkan caranya,’’
ucapnya.
Di meja barista itu, Dody terlihat cekatan membuat
coffee latte. Setelah kopi siap, ia pun mengambil susu murni yang dipanaskan.
Kopi ini pun kemudian dicampur dengan susu. Satu cangkir kopi ini dibuatnya
tidak sampai lima menit.
‘’Biar semakin lengkap saya hias dulu
atasnya. Ini waktunya hias tidak sampai semenit,’’ katanya.
Dikatakan, pilihan lain ada black eye,
espresso yang dicampur kopi seduh. Ada juga cappuccino yang merupakan perpaduan
espresso campur susu dengan milk foam. Untuk lebih menggoda, ada espresso
dengan campuran whipped cream yang diberi nama espresso con panna.
‘’Untuk yang ingin cita rasa aslinya juga
bisa,’’ katanya.
Lajang kelahiran 15 Januari 1987 ini
mengatakan, untuk cira rasa original kopi Lombok bisa diseduh biasa. Alat seduh
manual untuk kopi hitam seperti siphon, coffee pot, Vietnam drip dan alat
lainnya sudah dipersiapkan.
‘’Ya, mau rasa kopi asli tetap disiapkan,’’
imbuhnya.
Karena sedari awal mengangkat citra kopi
lokal, kata Dody, inovasi kopi tidak boleh berhenti. sudah ada rencana untuk
mengembangkan peaberry yang merupakan kopi lanang dengan campuran jahe. Bagi
kaum adam kopi lanang ini dipercaya bisa meningkatkan vitalitas, apalagi ada
tambahan jahe.
‘’Supaya laki-laki lebih strong,’’ ujarnya
tertawa.
Dody sedikit mengisahkan tentang kopi
lanang. Peaberry sebenarnya biji kopi yang cacat dalam pertumbuhannya. Bagi
sebagian orang biji kopi ini sudah tidak dianggap.
‘’Dibalik itu ada khasiatnya,’’ ungkapnya.
Keberadaan Etnic Coffee diakui alumni SMAN
2 Mataram ini sekaligus menyongsong Asean Free Trade Area (AFTA) 2015.
Perdagangan bebas Asia Tenggara tersebut akan membuat banyak produk luar
Indonesia berjubel masuk ke Indonesia. Kopi Lombok yang barus dikenalkan secara
luas bisa tenggelam oleh produk luar.
‘’Memang kita semua harus mempersiapkan
diri,’’ tambahnya.
Dody mengatakan, kafe bercita rasa lokal
ini memang harus banyak muncul di Lombok. Dengan perputaran kopi lokal yang
semakin pesat, berimbas pada pendapatan dan kesejahteraan petani lokal. Sangat
ironis ketika kopi luar justru lebih dikenal pecinta kopi asal Lombok.
‘’Ngopi bagi masyarakat Lombok kan tidak
bisa dipisahkan dari keseharian,’’ ungkapnya.
Dody berangan-angan bisa menyajikan
langsung kopi buatan tangannya ke Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi. Ia ingin
membuktikan NTB begitu kaya potensi. Semua bergantung pada keinginan
masyarakatnya untuk mencintai produk lokal.
‘’Ya,
kalau ngopi dengan Pak Gubernur saya mau sekalian sampaikan kopi ini sudah
mampir ke Chile menyusul ke Yordania. Ayo pemerintah NTB terus motivasi
petani,’’ katanya.(*)