PERGERAKAN massa
kerap menyulitkan aparat. Sudah seharusnya, memang mengantisipasi potensi
timbulnya ledakan massa. Hal yang sekiranya memicu ledakan, harusnya
diminimalisir. Pencegahan dini harus dilakukan oleh aparat dan pemerintah.
Gerakan massa yang
hendak membakar kafe yang diduga remang-remang di Batu Ringgit, Kota Mataram
harus direspon cepat. Jika tidak segera disikapi untuk memberi penjelasan, bisa
memicu gesekan lebih besar. Karena soal bakar-membakar itu bukan barang baru di
Kota Mataram. Kejadian serupa pernah menimpa salah satu kafe di Sayang-Sayang
2010 silam. Saat itu, warga sudah melayangkan protes soal kafe remang-remang.
Di kafe itu menyediakan minuman keras dan patner song atau wanita penghibur.
Keluhan warga dianggap angin lalu oleh pemilik kafe. Warga pun akhirnya mengadu
ke pemerintah. Oleh pemerintah diminta untuk ditertibkan. Sayang, tidak
digubris oleh pemilik kafe. Akhirnya, gertakan bernada ancaman itu pun terjadi.
Kafe benar-benar dibakar.
Berkaca dari
kejadian itu, protes warga yang terjadi di Batu Ringgit, Kota Mataram harus
direspon cepat. Pemerintah dan aparat sebaiknya tidak mentorerir. Jangan sampai
hukum rimba bergerak. Masyarakat tidak puas dan main hakim sendiri. Ancaman
yang dilontarkan oleh massa, bukan sekadar pepesan kosong. Beda dengan ancaman
perorangan yang mungkin hanya gertak sambal.
Diluar soal ancaman
itu, kita memang harus mencermati betul keluhan dari masyarakat. Kafe tersebut
dikeluhkan karena menjual miras dan menyediakan patner song. Seperti diketahui,
di kawasan tersebut religius masyarakat cukup tinggi. Tentu mereka keberatan
adanya kafe yang bisa membawa dampak buruk bagi masyarakat sekitar. Bagi orang
tua, ketakutan terbesar anaknya tertular dampak negatif harus diperhitungkan.
Tidak hanya kepada
pemerintah dan aparat. Sorotan juga harus ditujukan pada pemilik kafe. Protes
dari masyarakat itu janganlah lagi ditawar. Jangan biarkan ekses lebih besar
terjadi. Harus diingat, protes terjadi ada sebab. Bila usaha yang dijalankan
baik dan benar, tentu masyarakat tidak akan melayangkan protes. Para pengusaha
harus tahu, Kota Mataram memiliki motto maju, religius, dan berbudaya. Nilai
religiusitas diharapkan tidak hanya sekadar motto, namun diaplikasikan dalam
kehidupan bermasyarakat.(*)
0 10 komentar:
Post a Comment