Tuesday 22 September 2015

Jangan Sepelekan Ancaman Massa



PERGERAKAN massa kerap menyulitkan aparat. Sudah seharusnya, memang mengantisipasi potensi timbulnya ledakan massa. Hal yang sekiranya memicu ledakan, harusnya diminimalisir. Pencegahan dini harus dilakukan oleh aparat dan pemerintah.
Gerakan massa yang hendak membakar kafe yang diduga remang-remang di Batu Ringgit, Kota Mataram harus direspon cepat. Jika tidak segera disikapi untuk memberi penjelasan, bisa memicu gesekan lebih besar. Karena soal bakar-membakar itu bukan barang baru di Kota Mataram. Kejadian serupa pernah menimpa salah satu kafe di Sayang-Sayang 2010 silam. Saat itu, warga sudah melayangkan protes soal kafe remang-remang. Di kafe itu menyediakan minuman keras dan patner song atau wanita penghibur. Keluhan warga dianggap angin lalu oleh pemilik kafe. Warga pun akhirnya mengadu ke pemerintah. Oleh pemerintah diminta untuk ditertibkan. Sayang, tidak digubris oleh pemilik kafe. Akhirnya, gertakan bernada ancaman itu pun terjadi. Kafe benar-benar dibakar.
Berkaca dari kejadian itu, protes warga yang terjadi di Batu Ringgit, Kota Mataram harus direspon cepat. Pemerintah dan aparat sebaiknya tidak mentorerir. Jangan sampai hukum rimba bergerak. Masyarakat tidak puas dan main hakim sendiri. Ancaman yang dilontarkan oleh massa, bukan sekadar pepesan kosong. Beda dengan ancaman perorangan yang mungkin hanya gertak sambal.
Diluar soal ancaman itu, kita memang harus mencermati betul keluhan dari masyarakat. Kafe tersebut dikeluhkan karena menjual miras dan menyediakan patner song. Seperti diketahui, di kawasan tersebut religius masyarakat cukup tinggi. Tentu mereka keberatan adanya kafe yang bisa membawa dampak buruk bagi masyarakat sekitar. Bagi orang tua, ketakutan terbesar anaknya tertular dampak negatif harus diperhitungkan.
Tidak hanya kepada pemerintah dan aparat. Sorotan juga harus ditujukan pada pemilik kafe. Protes dari masyarakat itu janganlah lagi ditawar. Jangan biarkan ekses lebih besar terjadi. Harus diingat, protes terjadi ada sebab. Bila usaha yang dijalankan baik dan benar, tentu masyarakat tidak akan melayangkan protes. Para pengusaha harus tahu, Kota Mataram memiliki motto maju, religius, dan berbudaya. Nilai religiusitas diharapkan tidak hanya sekadar motto, namun diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment