Tuesday 22 September 2015

Tanaman Obat Serasa Sirup


Indriyatno: Dosen Kreatif Universitas Mataram (1) 




Statusnya memang sebagai dosen di Universitas Mataram, Program Studi Kehutanan. Namun konsep pendidikan yang diterapkan berbeda. Tidak sekadar belajar dalam kelas. Ia rajin mengajak mahasiswanya ke lapangan. Nama dosen itu Indriyatno. 
Dia mencoba mengajak mahasiswanya survive langsung di lapangan. Ia pun membuat ‘’laboratorium alam’’ sebagai lokasi belajar. Dosen yang kreatif mungkin itu pantas disematkan. Lahan kosong di Lingkungan Gatep, Kelurahan Ampenan Selatan semakin rapi. Lahan kosong yang ada di tengah pemukiman itu memang sejak tahun lalu menjadi lokasi ‘’laboratorium alam’’. 
Bukti kalau dosen kreatif, ditunjukkan dengan membuat lokasinya kini tertata rapi ada deretan etalase dan loss yang bisa dipakai untuk beristirahat. Luas lahan nganggur yang dipinjam mencapai 50 are. Indriyatno sedang mengembangkan pertanian terpadu. Ada keinginan untuk mengembangkan pertanian organik. Sumber-sumber untuk pertanian itu pun sudah dipersiapkan mulai lahan, kompos, hingga cara pengolahan.
Dikatakan, untuk pengolahan pupuk organik ini, dedaunan yang ada di sekitar lahan diolah menjadi kompos. Untuk menghasilkan kompos ini, bapak yang akrab disapa Indri ini tidak perlu repot. Sudah ada kambing dan kelinci yang bakal menghasilkan kotoran untuk pupuk organik.
‘’Ada cacing yang dibudidayakan yang akan membantu pengembangan pertanian organik,’’ ceritanya.
Dosen kreatif ini belum ingin banyak bercerita untuk output soal pertanian terpadu. Ia justru ingin menunjukkan konsep pemanfaatan tanaman obat yang mendapat apresiasi dari luar daerah. Saat ini mulai bermunculan pesanan olahan tanaman obat yang mudah dikembangkan di pekarangan.
‘’Sebelum bicara soal yang luas. Ayo cobain dulu minuman ini, tebak minuman apa ini,’’ ucapnya menawarkan segelas minuman berwarna kuning.


Sepintas minuman berwarna kuning yang disuguhkan seperti Nutrisari. Dugaan itu meleset, begitu gelas sudah sampai di mulut yang tercium aroma kunyit. Dosen kreatif ini menyuguhkan jamu kunyit. Rasanya benar-benar segar!
Indri bersama  istrinya Sri Mulyani, memang ingin mengubah image jamu menjadi minuman sehari-hari. Dalam istilahnya minuman ini harus disuguhkan seperti sirup. Tidak perlu minum karena sedang sakit. 
‘’Jangan bilang jamu, nanti kesannya pahit. Padahal rasanya seger, kalau kunyit bikin doyan makan,’’ kelakarnya.
Lulusan Magister Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) bercerita, tidak hanya kunyit yang diolah, ada kayu manis, jahe, temulawak, dan pala yang diolah. Bahan baku seperti jahe, kunyit, dan temulawak didapat dari lahan yang diolahnya.
‘’Kita tanam saja disini, tidak susah. Kemudian dikeringkan lalu diolah,’’ ungkapnya.
Dosen kreatif ini bisa bernafas lega, untuk tanaman obat yang sudah diolah ini sudah mendapat pasar. Pesanan sudah datang dari Pulau Dewata, Bali. Ada sejumlah pemilik usaha resort dan hotel yang menjadikan tanaman obat tersebut sebagai minuman khas. 
Olahannya murni, tanpa campuran apapun. Itu yang membuat mereka tertarik. Dalam secarik kertas yang ditunjukkan, tertulis paket pesanan dari sejumlah konsumen di Bali. Jumlah pesanan beragam, dari ratusan ribu sampai jutaan. Menurutnya, sentuhan pariwisata natural memang kental di Bali.
Meski minuman tradisional, lanjutnya, ia ingin serius membuat tanaman obat menyentuh semua lapisan masyarakat. Semua menikmati kunyit, jahe, pala, kayu manis, maupun temulawak sebagai minuman yang menyehatkan. Saat ada tamu tidak sungkan untuk menyuguhkan racikan tanaman obat. Dosen kreatif ini akan membuatkan dalam ukuran saset, bungkus-bungkus kecil.
Saat ini ia berusaha memenuhi permintaan dari pasar yang masuk. Sebagai dosen sudah beberapa kali mahasiswanya datang ke laboratorium alam, setiap mahasiswa itu datang selalu dimotivasi untuk berani survive berwirausaha. Salah satu yang cukup potensi tentu saja ikut mengajak masyarakat menikmati jamu seperti sirup. Sebagian besar waktunya memang berada di kebun. Jika ada masyarakat atau mahasiswa yang ingin berjumpa, pasti datang ke kebun. Rumah semi permanen pun disiapkan sebagai tempat tinggal di kebun. Tunggu dulu, cerita soal dosen kreatif ini tidak sampai disini. Masih ada kreativitas lain yang sanggup menyematkan dirinya sebagai dosen kreatif. Mengajar mahasiswa ternyata tidak selalu di dalam kelas ya Pak Dosen.(bersambung) 



0 10 komentar:

Post a Comment