Indriyatno: Dosen Kreatif Universitas Mataram (1)
Statusnya
memang sebagai dosen di Universitas Mataram, Program Studi Kehutanan. Namun
konsep pendidikan yang diterapkan berbeda. Tidak sekadar belajar dalam kelas.
Ia rajin mengajak mahasiswanya ke lapangan. Nama dosen itu Indriyatno.
Dia
mencoba mengajak mahasiswanya survive langsung di lapangan. Ia pun membuat
‘’laboratorium alam’’ sebagai lokasi belajar. Dosen yang kreatif mungkin itu
pantas disematkan. Lahan kosong di Lingkungan Gatep, Kelurahan Ampenan Selatan
semakin rapi. Lahan kosong yang ada di tengah pemukiman itu memang sejak tahun
lalu menjadi lokasi ‘’laboratorium alam’’.
Bukti
kalau dosen kreatif, ditunjukkan dengan membuat lokasinya kini tertata rapi ada
deretan etalase dan loss yang bisa dipakai untuk beristirahat. Luas lahan
nganggur yang dipinjam mencapai 50 are. Indriyatno sedang mengembangkan
pertanian terpadu. Ada keinginan untuk mengembangkan pertanian organik.
Sumber-sumber untuk pertanian itu pun sudah dipersiapkan mulai lahan, kompos,
hingga cara pengolahan.
Dikatakan,
untuk pengolahan pupuk organik ini, dedaunan yang ada di sekitar lahan diolah
menjadi kompos. Untuk menghasilkan kompos ini, bapak yang akrab disapa Indri
ini tidak perlu repot. Sudah ada kambing dan kelinci yang bakal menghasilkan
kotoran untuk pupuk organik.
‘’Ada
cacing yang dibudidayakan yang akan membantu pengembangan pertanian organik,’’
ceritanya.
Dosen
kreatif ini belum ingin banyak bercerita untuk output soal pertanian terpadu.
Ia justru ingin menunjukkan konsep pemanfaatan tanaman obat yang mendapat
apresiasi dari luar daerah. Saat ini mulai bermunculan pesanan olahan tanaman
obat yang mudah dikembangkan di pekarangan.
‘’Sebelum
bicara soal yang luas. Ayo cobain dulu minuman ini, tebak minuman apa ini,’’
ucapnya menawarkan segelas minuman berwarna kuning.
Sepintas
minuman berwarna kuning yang disuguhkan seperti Nutrisari. Dugaan itu meleset,
begitu gelas sudah sampai di mulut yang tercium aroma kunyit. Dosen kreatif ini
menyuguhkan jamu kunyit. Rasanya benar-benar segar!
Indri
bersama istrinya Sri Mulyani, memang ingin mengubah image jamu menjadi
minuman sehari-hari. Dalam istilahnya minuman ini harus disuguhkan seperti sirup.
Tidak perlu minum karena sedang sakit.
‘’Jangan
bilang jamu, nanti kesannya pahit. Padahal rasanya seger, kalau kunyit bikin
doyan makan,’’ kelakarnya.
Lulusan
Magister Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) bercerita, tidak hanya kunyit
yang diolah, ada kayu manis, jahe, temulawak, dan pala yang diolah. Bahan baku
seperti jahe, kunyit, dan temulawak didapat dari lahan yang diolahnya.
‘’Kita
tanam saja disini, tidak susah. Kemudian dikeringkan lalu diolah,’’ ungkapnya.
Dosen
kreatif ini bisa bernafas lega, untuk tanaman obat yang sudah diolah ini sudah
mendapat pasar. Pesanan sudah datang dari Pulau Dewata, Bali. Ada sejumlah
pemilik usaha resort dan hotel yang menjadikan tanaman obat tersebut sebagai
minuman khas.
Olahannya
murni, tanpa campuran apapun. Itu yang membuat mereka tertarik. Dalam secarik
kertas yang ditunjukkan, tertulis paket pesanan dari sejumlah konsumen di Bali.
Jumlah pesanan beragam, dari ratusan ribu sampai jutaan. Menurutnya, sentuhan
pariwisata natural memang kental di Bali.
Meski
minuman tradisional, lanjutnya, ia ingin serius membuat tanaman obat menyentuh
semua lapisan masyarakat. Semua menikmati kunyit, jahe, pala, kayu manis,
maupun temulawak sebagai minuman yang menyehatkan. Saat ada tamu tidak sungkan
untuk menyuguhkan racikan tanaman obat. Dosen kreatif ini akan membuatkan dalam
ukuran saset, bungkus-bungkus kecil.
Saat ini
ia berusaha memenuhi permintaan dari pasar yang masuk. Sebagai dosen sudah
beberapa kali mahasiswanya datang ke laboratorium alam, setiap mahasiswa itu datang
selalu dimotivasi untuk berani survive berwirausaha. Salah satu yang cukup
potensi tentu saja ikut mengajak masyarakat menikmati jamu seperti sirup.
Sebagian besar waktunya memang berada di kebun. Jika ada masyarakat atau
mahasiswa yang ingin berjumpa, pasti datang ke kebun. Rumah semi permanen pun
disiapkan sebagai tempat tinggal di kebun. Tunggu dulu, cerita soal dosen
kreatif ini tidak sampai disini. Masih ada kreativitas lain yang sanggup
menyematkan dirinya sebagai dosen kreatif. Mengajar mahasiswa ternyata tidak
selalu di dalam kelas ya Pak Dosen.(bersambung)
0 10 komentar:
Post a Comment