Dosen Kreatif Universitas Mataram (3-Habis)
Berkunjung ke
‘’laboratorium alam’’ dosen kreatif Universitas Mataram, Indriyatno bisa
menjadi wisata tersendiri bagi anak-anak. Lahan 50 are itu diisi banyak hewan.
Mulai dari ayam hutan, kelinci, luwak, sampai yang terbaru adalah kambing
etawa. Semangat tinggi Indriyatno ini memang ikut membuatnya kewalahan. Banyak
konsep yang disusun secara beruntun. Kesan yang muncul, antar satu dengan yang
lain tidak bisa berjalan beriringan.
‘’Tidak semuanya
nanti akan berjalan beriringan. Satu sama lain bakal mendukung,’’ katanya.
Dosen program studi
(prodi) Kehutanan Universitas Mataram ini bercerita, semua potensi mulai dari
tanaman obat yang diolah menjadi jamu, peternakan kelinci, hingga yang terbaru kambing
etawa itu akan menjadi satu kesatuan. Konsep yang digagas memang integrative
farming dengan model pertanian organik yang menyasar holtikultura seperti sayur
dan buah. Untuk mengembangkan itu, tentu saja yang harus diperkuat pendukung
budidaya holtikultura organik.
‘’Dari mana pupuk
organik nanti. Itu yang dihasilkan dari kotoran kelinci, ayam, dan kambing,’’ ucap
Indri.
Ayah dua anak ini
ingin semua yang dikembangkan antara satu dengan yang lain saling memberi
manfaat. Peternakan kambing etawa yang baru-baru ini dirintis, sebenarnya memiliki
tujuan untuk menghasilkan susu. Tidak seperti di Pulau Jawa, di Lombok cukup
sulit untuk mendapatkan susu murni. Namun, susu Tapi susu yang dihasilkan itu
tidak dijual dalam bentuk susu. Rencananya ini akan mengolah susu menjadi keju.
Suami Sri Mulyani
ini menceritakan, langkah beternak kambing etawa mendapat dukungan dari turis
asal Belgia yang tengah berwisata ke Pulau Lombok. Ketika berbincang dengan
turis tersebut, ia mengutarakan keinginannya menghasilkan susu murni di Pulau
Lombok dari kambing. Bule itu pun kemudian tertarik, memberi dukungan untuk
membangun kandang. Tidak sampai disana, turis tersebut bahkan menjanjikan akan
memberi resep rahasia keju asal Belgia.
‘’Disana (Belgia)
itu kalau rasa keju ada resep khusus sehingga rasanya enak,’’ akunya.
Dukungan dari orang
Belgia itu dianggap Indri sebagai penyemangat. Tidak menunggu lama, ia pun
mendatangkan sekitar 15 ekor kambing etawa dari Pulau Jawa. Ya, mendatangkan
kambing-kambing yang dikenal sanggup menghasilkan susu ini tidak mudah. Indri
menguras keringat dan tenaga untuk bisa membawa ke Kota Mataram.
Ditanya soal keju
kambing etawa, Indri mengaku sudah memiliki pasar. Selama ini sebelum memulai
sesuatu memang yang lebih awal dilakukan adalah melihat pasar.
‘’Soal pasar tidak
perlu khawatir sudah ada,’’ ucapnya.
Indri tidak
menampik, konsep terintegrasi yang terdiri dari berbagai hal sektor tersebut
untuk orang yang pertama kali datang bakal dianggap rumit. Menurutnya semuanya
bakal menjadi satu kesatuan bila sudah berjalan bersama. Ini seperti lahan
khusus untuk pengolahan pupuk organik, saat ini sedang diurai oleh cacing.
Begitu pupuk jadi akan dipindah ke lahan dan mulai menanam sayuar atau buah.
Dengan
mengembangkan konsep terpadu ini, kata Indri, bisa membuat mahasiswa yang
datang untuk bimbingan semakin terbuka wawasannya. Tidak hanya mahasiswa
masyarakat umum yang ingin datang sekadar untuk melihat beraneka macam hewan
pun bakal terhibur.
‘’Terutama
anak-anak TK atau SD pasti senang,’’ akunya.
Yang membuatnya
gembira, kata Indri, meski dikerjakan dalam waktu yang hampir bersamaan, semua
rencana-rencana itu bisa berjalan serentak. Meski diakuinya tetap ada skala
prioritas yang harus diambil. Bahkan hal yang oleh sebagian orang sulit bisa
tercapai dengan ketekunan dan keseriusan.
‘’Sekarang luwak
nambah lagi satu. Baru beranak lagi, tidak tahu kapan tiba-tiba anaknya sudah
besar,’’ ucapnya tertawa.
Dosen kreatif
seperti ini seharusnya memacu mahasiswa untuk lebih rajin menggali ilmu. Banyak
mahasiswa masih berorientasi nilai saja. Begitu mendapat Indeks Prestasi (IP)
tinggi sudah puas. Padahal, teori-teori dalam ruang kuliah tidak selamanya bisa
langsung diterapkan di lapangan. Masalah lebih kompleks dihadapi ketika di
lapangan. Berbagai hal akan menanti begitu sudah menjadi sarjana. Sampai tidak
sadar banyak sarjana berucap, ternyata tidak semudah seperti penjelasan dosen.(*)
0 10 komentar:
Post a Comment