Melintasi
Jalan Majapahit maupun Jalan Udayana, sering dijumpai pedagang ikan hias. Ikan
hias cukup digemari warga Kota Mataram. Dari mulai anak-anak hingga orang
dewasa gemar memelihara ikan hias. Belum begitu banyak masyarakat bergelut
dengan budidaya ikan hias. Lebih banyak yang tertarik budidaya ikan konsumtif
seperti nila ataupun lele. Padahal, bila digeluti serius keuntungannya lebih
menjanjikan disbanding budidaya ikan konsumsi.
Menurut
Ketua Oasis Mataram Salim Pudjianto di kediamannya di Jalan H Mansyur I, Dasan
Sari tidak sekadar mengajar soal budidaya ikan hias. Ia langsung praktik.
Halaman belakang rumah terdapat kolam maupun aquarium. Sejumlah botol berisi
ikan jenis Cupang. Tidak susah sebenarnya budidaya ikan hias ini.
Untuk
budidaya Ikan Cupang cukup mencampur antara jantan dengan betina. Membedakan
cupang jantan dan betina mudah. Cupang jantan memiliki warna cerah, sementara
betina tidak berwarna. Ikan ini bisa dikatakan sebagai ikan merakyat.
Kebanyakan anak kecil memburu ikan ini untuk “diadu”. Warna ikan cupang memang
menarik. Tubuhnya seperti dilengkapi balutan kain berwarna-warni.
Memilih
indukan Ikan Cupang, kata bapak 53 tahun ini, idealnya berumur 4-8 bulan, usia
ideal untuk pemijahan. Dalam sekali masa kawin, jumlah anakannya cukup banyak.
Untuk anakan umur satu bulan dijual antara Rp 250-350 tiap ekor. Disarankan
untuk pemijahan Ikan Cupang hanya sekali. Biasanya, jantan dan betina yang
dipijahkan lebih dari sekali, hasilnya kurang memuaskan. Ia tidak menampik,
harga ikan yang murah membuat peminatnya didominasi kalangan menengah ke bawah.
Perawatan ikan ini pun begitu mudah. Bisa dilihat dari deretan botol berisi
Ikan Cupang yang terjajar rapi.
“Cukup
diberi makan hidup sudah,” kelakarnya.
Tidak
seperti ikan cupang jantan dan betina mudah dikenali dengan kasat mata, berbeda
dengan ikan koki. Salim menceritakan, budidaya ikan koki sedikit njelimet.
Untuk mengetahui betina perlu menekan bagian perut. Bila ada tonjolan seperti
telur, jelas betina. Sementara jantan saat dipencet perut bagian belakang,
bakal mengeluarkan cairan putih.
Ayah tiga
anak ini mengungkapkan, tidak seperti ikan cupang, pemijahan ikan koki butuh
dua ekor jantan. Satu betina “dikeroyok” dua jantan supaya lekas bertelur.
Salim
menambahkan, untuk harga sendiri, tergantung kelasnya. Untuk ukuran kecil dan
kelas biasa, tiap ekor Rp 3 ribu. Sementara yang berkelas tiap ekor dijual Rp
30-50 ribu. Grade ikan koki menentukan harga. Kebanyakan peminatnya kalangan
menengah ke atas.
“Yang
murah biasa disuka anak-anak. Bentuknya menarik ikan ini,” tukasnya.
Budidaya
koi di Mataram, kata dia, belum maju seperti di Pulau Jawa. Untuk indukan masih
mendatangkan dari luar. Sayangnya, membeli koi dari luar tidak jaminan bisa
dibudidayakan. Dari pengalaman Salim, saat membeli indukan jantan, sulit
dipijahkan. Setelah mencari-cari informasi rupanya indukan jantan dari luar
sengaja dimandulkan.
“Supaya
disini tidak bisa memijahkan sendiri. Tantangan memang untuk bisa memijahkan
koi,” ucapnya.
Dikatakan,
untuk membedakan jantan dan betina harus memencet bagian belakang perut. Proses
pemijahan berjalan cukup panjang. Di kolam disiapkan ijuk untuk telur ikan.
Setelah pemijahan, ijuk di pindah ke akuarium. Biasanya satu sampai dua hari
telur menetas. Koi kecil bisa bertahan dengan makanan sendiri lima sampai tujuh
hari. Berikutnya harus menyediakan makanan khusus.
“Kalau
saya makanannya kutu air,” terang Salim.
Meski jumlah
koi menetas banyak, tidak semuanya memiliki kualitas baik. Dalam seribu ekor
menetas, tumbuh sampai besar hanya belasan ekor dikategorikan baik. Biasanya
usia dua bulan sudah diketahui kelasnya. Ciri-ciri koi bagus, warna putih
seperti kapas. Sedangkan merah seperti darah. Warna di tubuh ikan tajam dan
cerah.
“Warna
yang cerah itu panjang 30-40 centimeter bisa dijual Rp 4 juta,” imbuhnya.
Bapak
53 tahun ini tidak memungkiri, budidaya ikan koi bagi pemula terbilang
rumit. Butuh waktu dan kesabaran ekstra tetap bertahan dengan koi. Tapi, tidak
seperti ikan lou han, koi tidak mengenal musim.
Seperti halnya musim batu akik seperti saat ini, ikan tertentu memiliki musim. Beberapa tahun silam sempat booming budidaya ikan lou han. Dengan harga menggiurkan dan peminat tinggi, banyak tertarik budidaya lou han. Sayang, penggemarnya tidak bertahan lama.
“Sekarang harganya sudah murah lagi,” ucapnya.
Salim punya resep khusus untuk membudidayakan ikan koi, antara indukan jantan dengan betina harus ditempatkan di kolam berbeda. Jika indukan jantan dan betina dicampur seluruhnya, bisa terjadi pemijahan tidak terbatas.
Melihat perkembangan di Kota Mataram dan perkembangan ekonomi kian meningkat. Hobi memelihara ikan hias masih cukup menjanjikan. Mortalitas (kematian) setiap koi yang menetas juga tidak terlalu tinggi bila tahu cara membudidayakannya.(*)
0 10 komentar:
Post a Comment