Saturday 19 September 2015

Banyak Uang dari Bisnis Ikan

Melintasi Jalan Majapahit maupun Jalan Udayana, sering dijumpai pedagang ikan hias. Ikan hias cukup digemari warga Kota Mataram. Dari mulai anak-anak hingga orang dewasa gemar memelihara ikan hias. Belum begitu banyak masyarakat bergelut dengan budidaya ikan hias. Lebih banyak yang tertarik budidaya ikan konsumtif seperti nila ataupun lele. Padahal, bila digeluti serius keuntungannya lebih menjanjikan disbanding budidaya ikan konsumsi.
Menurut Ketua Oasis Mataram Salim Pudjianto di kediamannya di Jalan H Mansyur I, Dasan Sari tidak sekadar mengajar soal budidaya ikan hias. Ia langsung praktik. Halaman belakang rumah terdapat kolam maupun aquarium. Sejumlah botol berisi ikan jenis Cupang. Tidak susah sebenarnya budidaya ikan hias ini.
Untuk budidaya Ikan Cupang cukup mencampur antara jantan dengan betina. Membedakan cupang jantan dan betina mudah. Cupang jantan memiliki warna cerah, sementara betina tidak berwarna. Ikan ini bisa dikatakan sebagai ikan merakyat. Kebanyakan anak kecil memburu ikan ini untuk “diadu”. Warna ikan cupang memang menarik. Tubuhnya seperti dilengkapi balutan kain berwarna-warni.
Memilih indukan Ikan Cupang, kata bapak 53 tahun ini, idealnya berumur 4-8 bulan, usia ideal untuk pemijahan. Dalam sekali masa kawin, jumlah anakannya cukup banyak. Untuk anakan umur satu bulan dijual antara Rp 250-350 tiap ekor. Disarankan untuk pemijahan Ikan Cupang hanya sekali. Biasanya, jantan dan betina yang dipijahkan lebih dari sekali, hasilnya kurang memuaskan. Ia tidak menampik, harga ikan yang murah membuat peminatnya didominasi kalangan menengah ke bawah. Perawatan ikan ini pun begitu mudah. Bisa dilihat dari deretan botol berisi Ikan Cupang yang terjajar rapi.
“Cukup diberi makan hidup sudah,” kelakarnya.
Tidak seperti ikan cupang jantan dan betina mudah dikenali dengan kasat mata, berbeda dengan ikan koki. Salim menceritakan, budidaya ikan koki sedikit njelimet. Untuk mengetahui betina perlu menekan bagian perut. Bila ada tonjolan seperti telur, jelas betina. Sementara jantan saat dipencet perut bagian belakang, bakal mengeluarkan cairan putih.
Ayah tiga anak ini mengungkapkan, tidak seperti ikan cupang, pemijahan ikan koki butuh dua ekor jantan. Satu betina “dikeroyok” dua jantan supaya lekas bertelur.
Salim menambahkan, untuk harga sendiri, tergantung kelasnya. Untuk ukuran kecil dan kelas biasa, tiap ekor Rp 3 ribu. Sementara yang berkelas tiap ekor dijual Rp 30-50 ribu. Grade ikan koki menentukan harga. Kebanyakan peminatnya kalangan menengah ke atas.
“Yang murah biasa disuka anak-anak. Bentuknya menarik ikan ini,” tukasnya.
Budidaya koi di Mataram, kata dia, belum maju seperti di Pulau Jawa. Untuk indukan masih mendatangkan dari luar. Sayangnya, membeli koi dari luar tidak jaminan bisa dibudidayakan. Dari pengalaman Salim, saat membeli indukan jantan, sulit dipijahkan. Setelah mencari-cari informasi rupanya indukan jantan dari luar sengaja dimandulkan.
“Supaya disini tidak bisa memijahkan sendiri. Tantangan memang untuk bisa memijahkan koi,” ucapnya.

Dikatakan, untuk membedakan jantan dan betina harus memencet bagian belakang perut. Proses pemijahan berjalan cukup panjang. Di kolam disiapkan ijuk untuk telur ikan. Setelah pemijahan, ijuk di pindah ke akuarium. Biasanya satu sampai dua hari telur menetas. Koi kecil bisa bertahan dengan makanan sendiri lima sampai tujuh hari. Berikutnya harus menyediakan makanan khusus.
“Kalau saya makanannya kutu air,” terang Salim.
Meski jumlah koi menetas banyak, tidak semuanya memiliki kualitas baik. Dalam seribu ekor menetas, tumbuh sampai besar hanya belasan ekor dikategorikan baik. Biasanya usia dua bulan sudah diketahui kelasnya. Ciri-ciri koi bagus, warna putih seperti kapas. Sedangkan merah seperti darah. Warna di tubuh ikan tajam dan cerah.
“Warna yang cerah itu panjang 30-40 centimeter bisa dijual Rp 4 juta,” imbuhnya.
Bapak  53 tahun ini tidak memungkiri, budidaya ikan koi bagi pemula terbilang rumit. Butuh waktu dan kesabaran ekstra tetap bertahan dengan koi. Tapi, tidak seperti ikan lou han, koi tidak mengenal musim.


Seperti halnya musim batu akik seperti saat ini, ikan tertentu memiliki musim. Beberapa tahun silam sempat booming budidaya ikan lou han. Dengan harga menggiurkan dan peminat tinggi, banyak tertarik budidaya lou han. Sayang, penggemarnya tidak bertahan lama.
“Sekarang harganya sudah murah lagi,” ucapnya.
Salim punya resep khusus untuk membudidayakan ikan koi, antara indukan jantan dengan betina harus ditempatkan di kolam berbeda. Jika indukan jantan dan betina dicampur seluruhnya, bisa terjadi pemijahan tidak terbatas.
Melihat perkembangan di Kota Mataram dan perkembangan ekonomi kian meningkat. Hobi memelihara ikan hias masih cukup menjanjikan. Mortalitas (kematian) setiap koi yang menetas juga tidak terlalu tinggi bila tahu cara membudidayakannya.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment