This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday 18 July 2016

Ortu Harus Rajin ke Sekolah

HARI pertama masuk sekolah, keriuhan ditunjukkan para orang tua. Surat edaran (SE) Menteri Pendidikan untuk mengantar anak di hari pertama sekolah direspon. Jika biasanya orang tua tidak sempat mengantar, kali ini ramai-ramai menyempatkan diri. Entah orang tua menteri, pejabat daerah, pengusaha, atau pegawai negeri semua ramai mengantar anak mereka. Ramainya sekolah tidak lagi karena ratusan siswa. Para orang tua ikut meramaikan. Di daerah para kepala sekolah (kasek) pun ramai-ramai mendorong kehadiran orang tua. Tidak semua orang tua memang menganggap penting mengantar sekolah. 

Tidak sedikit yang nyinyir menganggap mengantar anak sekolah berlebihan. Membuat anak tidak bisa mandiri. Ratusan orang tua yang mengantar sekolah pun dianggap lebay. Itu pilihan. Semua bebas berpendapat dan memberi penilaian. Tidak bisa disalahkan. Jadi berikan kesempatan juga mengapresiasi orang tua yang mengantar anak sekolah di hari pertama. Itu salah satu bukti orang tua peduli kepada anak. Tidak sekadar memilihkan sekolah semata. Para orang tua pun banyak memanfaatkan kesempatan ini untuk berinteraksi dengan warga sekolah. Berkomunikasi dengan para guru maupun orang tua yang lain. Jauh hari, Menteri Pendidikan Anies Baswedan memberikan penekanan, kedatangan para orang tua ke sekolah sebagai bentuk kepedulian pada pendidikan. Orang tua bisa melihat lingkungan pendidikan anak. Lebih penting interaksi antara sekolah dengan orang tua akan terbangun. Setelah mengantar anak sekolah di hari pertama, orang tua merasa sudah lepas tanggung jawab. Bila perlu sesering mungkin mengantar sekolah. Rajin berinteraksi dengan para guru. Bila perlu ikut memberi masukan untuk dunia pendidikan. Bukankah mendidik anak bukan hanya tanggung jawab sekolah. Semoga para orang tua makin rajin memantau pendidikan anak.(*)

Paramotor Visit Lombok-Sumbawa Hebohkan Ibukota

JAKARTA--Direct Promotion Pariwisata NTB di Jakarta ditutup dengan Parade Budaya NTB di Gedung Sapta Pesona Kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI. Parade Budaya heboh dengan manuver paramotor Visit Lombok-Sumbawa. Pejalan kaki di car freeday (CFD) Jalan Thamrin-Sudirman dibuat kagum dengan penampilan sepuluh paramotor dari DPD Federasi Aerospace Indonesia (FASI) Jakarta. "Luar biasa. Baru pertama kali promosi pariwisata dengan paramotor," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata RI, Esthy Reko Astuti, kemarin (17/7). Diakuinya, aksi paramotor ditengah parade budaya menjadi pembeda. Selain berkeliling di sekitar Monumen Nasional, aksi paramotor juga membelah kerumunan massa yang berolahraga di CFD. Jelas masyarakat akan bertanya-tanya dengan aksi tersebut. "Memang promosi tidak boleh biasa-biasa. Setelah masyarakat penasaran mereka akan bertanya, secara tidak langsung nama NTB terangkat," ucapnya. Parade budaya yang dilepas Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata RI, Esthy Reko Astuti dan Wakil Gubernur NTB HM Amin diawali dengan pelepasan 500 pesepeda berasal dari berbagai komunitas sepeda Jakarta. Ini salah satu kampanye bersepeda internasional Gran Fondo New York (GFNY) yang akan berlangsung di Lombok, 2 Oktober 2016 mendatang. Selanjutnya kontingen seni budaya khas Lombok dan Sumbawa, mulai dari rombongan mahasiswa NTB di Jakarta yang membawa berbagai macam backdrop bertuliskan even-even besar kepariwisataan yang akan berlangsung di NTB. Esthy mengungkapkan, Kemenpar mengapreasiasi positif promosi pariwisata yang dilakukan Pemprov NTB. Langkah tersebut bagian dari implementasi kebijakan Menteri Pariwisata. "Dimana Gedung Sapta Pesona atau Kantor Kemenpar selalu terbuka untuk kegiatan apapun dari daerah-daerah,” sambungnya. Dikatakan, dengan dukungan eksekutif maupun legislatifnya yang begitu kompak, pariwisata di NTB bisa makin berkembang. Kemenpar pun akan memberi dukungan ke daerah. Semakin banyak kunjungan wisatawan ke NTB, baik domestik maupun mancanegara, menjadi keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan sektor pariwisata. "Dari 260 juta pergerakan wisatawan seluruh dunia, paling tidak ada 12 juta wisatawan mancanegara diantaranya yang akan berkunjung ke Indonesia, termasuk ke Lombok dan Sumbawa,” lanjutnya. Lebih jauh, keindahan alam di Lombok dan Sumbawa tidak boleh berhenti dipromosikan. Pasalnya, jika tidak terus dipromosikan keluar daerah atau keluar negeri, tidak banyak yang mengenal. Imbasnya jelas pada tingkat kunjungan wisatawan. "Kami salut dengan promosi NTB di Jakarta. Sebagai ibukota menjadi penggerak wisatawan nasional," imbuhnya. Wagub NTB HM Amin kembali mengulang obsesi Provinsi NTB menjadikan pariwisata sebagai andalan. Pariwisata diharapkan bisa mengalahkan pertanian pada produk domestik regional bruto (PDRB). "Ini akan berpengaruh pada kesejahteraan dan menurunnya kemiskinan," katanya. Selain pertambangan, kata Amin, pariwisata cukup seksi. NTB sudah mendapat stempel halal tourism. Peluang mendapat wisatawan dari timur tengah cukup besar. Tinggal bagaimana terus mengenalkan daerah. "Memang tidak murah biayanya. Namun apa yang dilakukan ini juga akan sepadan dengan hasil yang akan dicapai, tidak hanya sekarang tapi sampai anak cucu," sambungnya. Amin pun menyinggung soal keterisian kamar hotel sepanjang liburan, nyaris semua hotel kebanjiran tamu. Pencapaian itu dinilai sebagai buah dari gencarnya promosi yang dilaksanakan tahun-tahun sebelumnya oleh Disbudpar NTB. Termasuk dukungan stakeholdernya holder pariwisata. "Tentu ini sepadan dengan upaya yang sudah dilakukan," ujarnya. Bapak murah senyum ini kembali mengajak seluruh masyarakat NTB terbuka dan mendukung pariwisata. Majunya pariwisata merupakan sinergi semua elemen. Masyarakat diminta terlibat dan menikmati kesuksesan pariwisata. "Semua masyarakat kita ikut menikmati geliat pariwisata yang semakin berkembang," bebernya. Amin pun mengingatkan soal potensi gangguan pariwisata. Wisatawan yang datang ke NTB harus dibuat nyaman. Insiden sekecil apapun tidak boleh menerpa wisatawan. Sedikit saja gangguan, citra pariwisata akan buruk. "Gangguan apapun itu, mau begal, rampok, atau sampah. Destinasi yang ada juga harus terus diperbaiki dan dijaga," tegasnya. Kepala Disbudpar NTB HL Moh Faozal mengatakan, promosi pariwisata di Jakarta dimulai dengan pameran ekonomi kreatif di Kemenpar RI. Menyusul table top yang dihadiri pelaku pariwisata dari NTB dan Jakarta. Diakhiri dengan Parade Budaya NTB. "Promosi di Jakarta sekaligus menyebarkan kabar MTQ Nasional XXVI digelar di NTB," katanya. Faozal menyebut, ratusan pesepeda dari Jakarta tampil mempromosikan GFNY yang sebentar lagi dihelat di Lombok. Bersamaan dengan gelaran MTQ, ada ajang Paralayang Internasional 4-6 Agustus. Berikutnya disusul Rinjani 100. Termasuk ajang Bulan Budaya Lombok-Sumbawa. Kegiatan pariwisata yang digelar sebulan. Termasuk festival internasional travel fair dan halal travel fair untuk mewujudkan halal destinasi. "Terus kegiatan pariwisata di NTB akan berjalan sampai akhir tahun," sambungnya. Mantan Kepala Museum NTB ini menambahkan, sebelum di Jakarta promosi pariwisata sudah dilakukan di Makassar. Berikutnya menyusul Batam, Yogyakarta, dan Batam. Promosi tersebut salah satu upaya intensif mengenalkan pariwisata NTB."Untuk di Jakarta semua (promosi) berjalan lancar dan cukup baik," tutupnya.

Sekolah Bukan Penitipan Anak

KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), mengeluarkan surat edaran (SE) tentang mengantar anak sekolah di hari pertama. Tujuan SE ini membuat supaya orang tua hadir dan mendampingi anak-anak mereka di hari pertama sekolah. SE tersebut sesungguhnya tidak mengikat. Orang tua bisa saja mengabaikannya. Tidak peduli di hari pertama sekolah. Alasannya jelas, sibuk kerja. Pertanyaannya kemudian, apakah sekolah itu tempat penitipan anak? Melepaskan anak mendapat pendidikan. Orang tua kerja cari uang. Kemudian orang tua membayar uang. Beres. Sudah bayar ke sekolah, maka berikutnya urusan guru adalah mendidik anak. Semoga pikiran para orang tua tidak seperti itu! Dalam SE Kemendikbud soal mengantar hari pertama sekolah ini, berupaya melibatkan orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua bisa mengetahui cara pendidikan di sekolah. Mulai dari kualitas guru hingga kualitas pengajaran. Dengan begitu, seandainya anak kurang maksimal di sekolah, orang tua bisa dengan mudah mengontrol. Apa yang dilakukan oleh kementerian ini sepertinya langkah taktis membuat orang tua peduli pendidikan. Kita tentu masih ingat, ketika ada orang tua melaporkan guru ke polisi. Akibat guru menegur siswa di sekolah. Bentuk teguran guru di sekolah beragam. Ada yang cukup dengan lisan. Ada guru yang memberi sanksi mendidik. Tidak sedikit pula guru mendidik dengan memberi sanksi fisik. Hukuman yang diberikan guru ini pun sifatnya bukan menciderai, justru itu bentuk kasih sayang guru. Pemahaman seperti ini tentu muncul bila orang tua dan sekolah rajin berinteraksi. Memiliki kemauan yang sama mendidik anak. Keluarga tetap menjadi rumah besar mendidik anak. Waktu anak di sekolah tidak sampai 10 jam. Selebihnya anak banyak di rumah. Agak aneh bila ada orang tua membebankan peran pendidikan pada sekolah.(*)

Thursday 14 July 2016

Sekolah Swasta yang Dipinggirkan

TIDAK bisa mengecilkan peran sekolah, baik swasta maupun negeri. Keduanya sama-sama memiliki peran sebagai lembaga pendidikan. Mencerdaskan dan memberikan pengetahuan pada anak bangsa. Sekolah negeri sejauh ini di NTB masih menjadi primadona. Alasannya selain fasilitas lebih lengkap, sekolah negeri ditunjang dengan guru-guru yang berpengalaman. Meski sebenarnya kualitas sekolah swasta pun tidak kalah. Hanya memang fasilitas dan jumlah guru belum selengkap sekolah negeri. Namun di beberapa daerah seperti di Pulau Jawa atau Pulau Sumatera, sekolah swasta yang jadi primadona. Gengsi para orang tua justru ada di sekolah swasta. Tengok saja di kota besar seperti Surabaya, Jakarta, ataupun Medan, sekolah swasta merajai daerah. Selain guru yang bagus, sekolah swasta tersebut ditunjang fasilitas lengkap. Sekolah negeri paling favorit pun dianggap biasa saja. Kondisi ini berbanding terbalik bila melihat sekolah negeri di NTB. Patokan orang tua melihat anaknya sukses adalah masuk di sekolah negeri paling favorit. Ini bisa dimaklumi, sekolah swasta yang ada di NTB, khususnya di Kota Mataram dari sisi kualitas belum mengungguli sekolah negeri. Kalaupun ada, itu hanya beberapa sekolah swasta. Yang terlihat justru ada disparitas antara sekolah negeri dan swasta. Keberpihakan pemerintah condong ke sekolah negeri. Sekolah swasta dibiarkan berjalan tertatih-tatih sendiri. Tidak hanya dari sisi dukungan fasilitas. Kurangnya dukungan pun tampak dari kebijakan yang dikeluarkan. Salah satu contoh di Kota Mataram, adanya aturan bina lingkungan (BL). Dimana sekolah negeri masih diberi kesempatan untuk mengambil siswa di sekitar sekolah. Meski sebelumnya siswa sudah masuk melalui jalur bina prestasi maupun jalur online. Ini kemudian yang membuat jumlah siswa yang masuk sekolah negeri melebihi kuota. Antara jumlah siswa yang masuk dengan ruangan tersedia tidak seimbang. Bandingkan dengan ruangan sekolah swasta yang kosong melompong. Kondisi ini yang kemudian membuat sekolah swasta selalu berteriak saat tahun ajaran baru. Siswa berduyun-duyun ke sekolah negeri. Meski ada beberapa sekolah negeri yang sampai mengubah musala atau laboratorium jadi kelas, itu tidak jadi soal. Alasannya kualitas yang diberikan sekolah swasta kurang jempolan. Pernyataan tersebut menjadi tantangan bagi para kepala sekolah swasta. Harus membuktikan pada masyarakat kalau pendidikan yang diberikan juga bagus. Dan tentu saja, sekolah swasta tidak bisa berjalan sendiri. Pemerintah melalui Dinas Pendidikan harus memberikan dukungan. Kebijakan yang dikeluarkan harus juga menguntungkan sekolah swasta.(*)

Tuesday 12 July 2016

Ketika Daerah Dikepung Juru Parkir

KEBERADAAN tukang parkir cukup membantu. Selain membantu mengatur kendaraan, tukang parkir ikut menjaga kendaraan. Bahkan ikut mengatur lalu lintas di sekitar tempat parkir. Tidak ada yang mengesampingkan peran juru parkir. Mengeluarkan uang beberapa rupiah untuk jasa parkir tidak jadi soal. Lalu apa jadinya kalau daerah dikepung dengan juru parkir? Pertanyaan itu mungkin sudah dirasakan oleh pemilik kendaraan. Apalagi yang tinggal di Kota Mataram. Nyaris setiap sudut tidak ada yang bebas parkir. Mulai dari pasar modern, pasar tradisional, tempat wisata, pasar, sampai tempat ibadah. Jika dalam sehari berhenti di empat titik, untuk sepeda motor harus menyiapkan Rp 4.000. Sementara mobil antara Rp 10-12 ribu. Keberadaan juru parkir seolah tidak terkontrol. Mereka menarik uang tanpa karcis. Kadang malah berlaku seperti masyarakat biasa. Modalnya hanya peluit. Begitu ada kendaraan terparkir, langsung ditarik. Juru parkir ilegal ini pun seolah menjamur di berbagai titik. Apalagi di pusat-pusat jasa perdagangan. Keberadaan juru parkir yang menyenangkan, berubah jadi menyebalkan. Juru parkir berubah menjadi seperti tukang palak. Pemilik kendaraan harus mengeluarkan uang setiap berhenti. Tidak peduli kendaraan hanya parkir beberapa menit. Seolah kejar setoran, para juru parkir khususnya juru parkir ilegal tanpa sungkan meminta uang. Barangkali pengalaman ini pernah dirasakan semua pemilik kendaraan. Begitu parkir kendaraan, di lokasi parkir terlihat sepi. Tapi, begitu hendak balik sudah ada orang dengan peluit minta uang. Lebih parahnya, uang parkir yang dikeluarkan lebih besar dibanding uang untuk belanja. Keberadaan juru parkir di daerah harus mulai dipikirkan. Terutama pada juru parkir ilegal. Mereka harus ditertibkan. Juru parkir resmi. Bukan tukang palak. Tiap meminta uang jasa parkir ada karcis yang diberikan. Selain itu perlu disiapkan pakaian dan ID card khusus juru parkir. Selain itu, lokasi parkir pun harus ditentukan. Tidak semua tempat wajib parkir. Sehingga masyarakat jadi nyaman. Bila perlu daerah membuat terobosan parkir berlangganan. Pendapatan juru parkir dibagi dari hasil pendapatan parkir. Pemilik kendaraan cukup sekali membayar untuk bisa parkir di semua titik. Keberadaan parkir berlangganan ini pun bisa menekan kebocoran parkir. Selama ini retribusi parkir dituding banyak kebocoran.(*)

Wednesday 6 July 2016

Istimewanya Malam Lebaran di Kota Mataram

Semarak takbir di Pulau Lombok cukup meriah. Di malam hari raya Idul Fitri 1437 Hijriah tahun 2016, diwarnai dengan pawai takbir. Nyaris semua kabupaten/kota di Pulau Lombok menggelar pawai takbir. Seperti di Kota Mataram, dari masing-masing kecamatan tumpah ke Taman Sangkareang. Taman kebanggan di Kota Mataram itu pun penuh dengan sukacita. Lantunan takbir menggema bersahut-sahutan. Hadir langsung di Lapangan Sangkareang Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh dan Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana.Beberapa daerah memiliki kekhasan dalam malam lebaran. Jika di Pulau Jawa takbir keliling identik dengan tabuhan dan obor. Di Kota Mataram semarak takbir dimeriahkan replika masjid. Remaja masjid dari masing-masing kecamatan seolah menampilkan ciri khasnya. Salah satu replika yang mencuri perhatian adalah replika Islamic Center (IC) NTB. IC memang menjadi ikon NTB. Bangunannya megah. Arsitekturnya menawan. Dan tentu masjid paling besar di NTB. Arak-arakan pawai takbir dengan membawa replika ini dimeriahkan anak-anak, remaja, hingga orang tua. Seperti tahun lalu, tahun ini pawai takbir pun dilombakan. KNPI Kota Mataram dibawah komando H Novian Rosmana menjadi penanggung jawab lomba pawai takbir. Tidak hanya IC. Bila diperhatikan seksama hampir semua replika masjid begitu istimewa. Detail, sempurna, dan kokoh. Tidak bisa sendiri untuk membawanya. Butuh belasan orang mengangkutnya. Replika masjid ini modelnya mendekati aslinya. Membuatnya kian menarik, diselipkan hiasan. Mulai dipasang lampu sampai kertas warna-warni. Selain replika masjid, pawai takbir juga dimeriahkan dengan kaligrafi raksasa. Tulisan Arab lafadz "Bismillahirrahmanirrahiim" diarak oleh beberapa muda-mudi. Tulisan itu menyala. Di dalam kertas dilengkapi lampu. Dari kejauhan tulisan Arab itu jadi terlihat indah. Tidak itu saja, peserta pawai ada yang membuat replika Quran raksasa. Indah dan istimewa. Anak-anak muda yang membuatnya terlihat total. Terlihat ayat-ayat yang ada di dalamnya ditulis begitu apik. Memang pawai takbir diikuti dengan penuh sukacita. Semua yang hadir memberikan yang terbaik untuk karyanya. Wajar kalau pawai takbir juga menjadi tontonan menarik. Warga Kota Mataram dari berbagai penjuru tumpah di pinggir jalan. Ada yang sampai berjalan beberapa kilometer ke Taman Sangkareang. Suka cita kian lengkap dengan suara kembang api yang bersahut-sahutan.

Monday 4 July 2016

Mendidik Siswa Lebih Kreatif

Teoritis tekstual. Begitu barangkali bila bicara tentang pendidikan di Indonesia. Dalam pendidikan formal, polanya hampir sama. Guru membaca dan siswa mendengarkan. Meski kurikulum berganti, pola pendidikannya nyaris sama. Siswa yang pintar, tak jadi soal. Sepulang sekolah akan mengorek dan mendalami segala materi yang disampaikan guru. Untuk siswa ini jumlahnya bisa dihitung jari. Kebanyakan justru siswa pasif. Cukup menunggu dari guru saja. Tidak mau repot dan menggali pelajaran yang didapatkan. Orientasi siswa yang seperti ini biasanya sama. Rajin sekolah dan dapat nilai baik. Itu yang utama. Pengalaman serta pengetahuannya pun berkisar pada teori semata. Tidak memahami esensi sebenarnya. Tentu saja pola pendidikan ini menjadi problem. Bagaimana menghasilkan generasi muda yang mandiri, kalau semuanya disetir. Semuanya berjalan bukan karena kesadaran. Ada istilah, "seperti kerbau dicocok hidungnya,". Otak terbiasa dalam kendali. Kurang cekatan berpikir ketika ada situasi diluar kebiasaan. Paniknya luar biasa. Padahal secara teoritis sudah bagus. Diukur nilai akademiknya pun diatas rata-rata. Kebiasaan kurang mandiri pada pola pendidikan, efeknya berantai. Kreativitas, survival, dan keberanian seorang anak tereduksi. Lebih memilih mengikuti seperti apa yang disampaikan di dalam kelas oleh guru. Kurang berani mencoba, mencoba, dan mencoba. Setiap mencoba peluang berhasil dan gagal porsinya sama. Kalau berhasil itu bagus. Ketika gagal justru makin bagus. Kok makin bagus? Ya, karena ketika mencoba dan gagal, akan ada pelajaran. Jadi hitungannya begini. Seandainya seorang siswa mengerjakan sesuatu, langsung benar nilainya satu. Tanpa nilai lebih, karena apa yang dikerjakan sudah ada arahnya. Siswa sudah menerapkan sesuai teori dan pelajaran dari guru. Lalu bagaimana yang kreatif? Jelas yang ini nilainya lebih. Berhasil nilainya dua. Jika gagal nilainya malah lebih banyak lagi. Hitungannya begini: keberhasilan dapat bonus dua. Sudah kreatif dengan berani mencoba. Kemudian berhasil. Lebih mantap yang mencoba kreatif kemudian gagal. Nilainya lebih tinggi. Selain siswa sudah kreatif dengan berani mencoba. Kegagalan mengajarkan pengalaman. Dari kegagalan itu siswa akan belajar. Dari kegagalan ini jalan pikir siswa kian berkembang. Contoh sederhana begini, ketika siswa mendapatkan teori tentang menanam kacang hijau. Berdasar teori guru, medianya tanah, kacang hijau ditanam, kemudian disiram. Kacang hijau tumbuh. Teoritis. Bandingkan bila siswa diajak kreatif. Meminta siswa menanam kacang hijau dengan berbagai medium. Hidroponik (air), dengan kapas, sekam, ataupun tanah. Sekali coba, hasilnya dengan kapas lebih bagus. Wah, dapat pengalaman. Ternyata media untuk menanam kacang hijau tidak hanya tanah. Lebih banyak lagi ketika menanam menggunakan tanah dan kapas gagal. Siswa bisa mencoba dengan hidroponik maupun sekam. Semakin banyak media dicoba. Pengalaman kian banyak. Malah bisa membuat kesimpulan kualitas antar media tanam. Makin keren. Tentu saja, pola pendidikan yang teoritis tekstual ini kuncinya ada di tangan guru. Para pendidik harus menjadi trigger (pemantik). Menerapkan pola pendidikan yang lebih kreatif. Mengurangi teori di dalam kelas. Lebih banyak mengajak siswa langsung mencoba di lapangan. Bila sedang mengajarkan cara menulis artikel, tidak usah terlalu banyak teori. Minta saja langsung menulis. Semakin banyak yang ditulis, isi kepala dan pergerakan tangannya merangkai kata kian luwes. Tulisan jelek, coba lagi. Semakin sering dicoba, semakin berpengalaman. Perbendaharaan kata bertambah. Isi kepala makin bergizi. Bagaimana bapak/ibu guru, berani mencoba?.