Rasanya setiap
minggu, bila membaca media massa di NTB selalu ada gotong royong kebersihan.
Bila minggu ini di Kota Mataram, berikutnya di Lombok Barat, kemudian Lombok
Utara, dan seterusnya. Bersih-bersih bersama yang digalang oleh pemerintah,
tidak hanya melibatkan satu atau dua orang saja. Nyaris seluruh PNS lingkup
pemerintah membaur. Seluruh kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
mengerahkan seluruh anak buahnya. Jadilah, acara bersih-bersih itu menjadi
kegiatan masal. Bisa jadi di satu titik, lebih banyak pasukan pembersih
ketimbang jumlah sampahnya.
Sayangnya, disaat
PNS berjibaku dengan sampah ataupun lumpur diselokan, warga setempat asyik
menonton. Pertanyaannya, kenapa hanya menonton?.Bisa jadi, sebelumnya warga
tidak diajak bergabung atau bisa juga memang warganya memang malas.
Yang terjadi saat
ini, dengan mudah menjumpai masyarakat membuang sampah seenaknya. Tidak hanya
di pinggir jalan. Ada yang membawa karung, kemudian menumpahkan sampah ke
sungai. Terlalu.
Jangan salahkan
kalau hujan datang, air meluber masuk ke rumah. Jangan juga protes ketika
mendadak sungai jadi penuh sampah. Dan jangan kecewa bila kemudian penyakit
menyerang karena sampah berserakan.
Seperti apapun
kerja pemerintah mengatasi kebersihan, tanpa partisipasi masyarakat, pemerintah
seperti sedang melukis diatas air. Gotong royong kebersihan mingguan efeknya
hanya sementara. Usai bersih masal, sampah akan menumpuk, sungai kembali penuh
sampah, dan got kembali mampet. Itu fakta.
Kesadaran akan
kebersihan harus didorong dari lingkungan keluarga masing-masing. Memberikan
edukasi, tentang membuang sampah yang benar. Meski hanya sebungkus permen,
sebaiknya dibuang di tepat sampah. Bila dalam keluarga sudah peduli kebersihan,
baru kemudian didorong dalam skala lebih luas di tingkat RT, hingga kemudian di
tingkat lingkungan. Di tingkat RT maupun lingkungan, tentu polanya dengan
menggelar gotong royong kebersihan secara berkala. Tidak peduli tua, muda,
kaya, ataupun miskin semua bersama-sama membersihkan.
Budaya gotong royong khas Indonesia ini
perlu kembali dihidupkan, Manfaatnya tidak hanya sekadar menjaga kebersihan dan
lingkungan. Dari gotong royong terjadi silaturahmi antar warga. Apalagi di
perkotaan yang individualismenya cukup tinggi.(*)
0 10 komentar:
Post a Comment