Tuesday 26 January 2016

Mengkaji Masuknya Beras Luar NTB

PROVINSI NTB selama ini dikenal sebagai penghasil beras. Dahulu NTB pernah dikenal dengan padi gogo rancahnya (Gora). Dari tahun ke tahun pun produktivitas padi NTB cukup bagus. Namun, Bulog Divre NTB membuat kejutan dengan rencananya dalam waktu dekat mendatangkan beras dari Jawa Timur ke NTB. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung sekitar 7000 ton.
 Langkah dari Bulog ini tidak serta-merta disetujui pemerintah provinsi. Diprediksi, panen pada Januari ini mencapai 24 ribu ton beras. Cukup untuk cadangan beras dalam daerah tanpa perlu mendatangkan stok tambahan dari Jawa Timur. Bahkan untuk memastikan rencana panen tersebut, Dinas Pertanian pun menantang Bulog untuk turun lapangan bersama-sama. Dinas Pertanian akan berkoordinasi dengan kelompok-kelompok tani bersama Bulog dan memantau area tanam yang akan panen pada Januari .
 Luas areal tanam diprediksi mencapai 8000 hektare lebih. Sementara, asumsi mendapatkan gabah kering giling dari area tersebut sebanyak 40 ribu ton. Jika dikonversi ke beras, maka akan memperoleh 24 ribu ton beras pada Januari.
Alasan Bulog sendiri mendatangkan beras dari Jawa Timur menyangkut harga beli. Bulog yang tidak bisa membeli beras dengan harga pasar Rp 9000 sementara harga Bulog Rp 7300. Harga di NTB dinilai terlalu tinggi. Persoalan ini sebenarnya bisa disikapi. Menurut Dinas Pertanian Bulog bisa membeli gabah kering panen dengan harga Rp 4200. Bulog nanti bisa mengeringkan dan menggiling sendiri gabah kering. Itu solusi yang paling bisa dilakukan
 Mendatangkan beras dari luar NTB memang tidak bisa serampangan. Perlu dikaji mendalam. Tidak buru-buru. Jika pasokan di NTB saja mencukupi, lalu buat apa mendatangkan beras dari luar. Dengan kondisi beras berlimpah di NTB, akan berlaku hukum pasar. Bila produksi lebih banyak dari permintaan, maka harga akan anjlok. Kebijakan ini jelas merugikan petani. Mereka tidak bisa mendapatkan harga panen sesuai harapan.
Pertanian sendiri sekarang semakin ditinggalkan oleh anak muda. Dunia pertanian dianggap kurang memberi kesejahteraan. Untung menjadi petani kian tipis. Malahan, kalau kurang hati-hati bisa buntung. Pertanian harus disupport oleh pemerintah daerah dari hulu sampai hilir, supaya memberi income memuaskan. Kalau sudah tidak ada yang bertani, kemana kita akan mendapat beras, apa impor dari luar negeri?. Bukankah seperti lagu Koes Plus tanah kita tanah surga.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment