Saturday 30 January 2016

Kopi Sianida yang Mirip Kisah Detektif

PUBLIK beberapa minggu terakhir tersita perhatiannya. Meninggalnya Mirna Salihin di Jakarta setelah mengkonsumsi kopi di salah satu kafe. Orang meninggal itu hal biasa. Tapi, ceritanya menjadi lain ketika meninggal setelah meminum kopi. Janggal, itulah kata orang.

Jenazah Mirna yang sudah dikubur pun akhirnya dibongkar. Jenazah diautopsi oleh polisi. Tujuannya mencari tahu kejanggalan temuan polisi. Naluri para penyidik, memperkirakan kematian tidak wajar. Dokter melansir memang tidak mungkin orang bisa meninggal karena kopi. Benar saja, hasil autopsi menemukan jenis zat bernama sianida di tubuh Mirna.

Polisi bergerak cepat, langsung mengumpulkan sampel kopi di kafe.
Disinilah cerita detektif itu dimulai. Bagi yang suka membaca atau menonton Sherlock Holmes ini seperti memecahkan teka-teki. Mereka yang suka membaca komik Detektif Conan juga tidak kalah sengit membandingkan kisah Mirna ini dengan serial komik asal Jepang.

Asas praduga tak bersalah tetap dikedepankan polisi dalam mengungkap kasus kematian Mirna. Namun, tekanan pemberitaan media massa menyorot pada dua orang yang mendampingi Mirna yaitu Jessica dan Hani. Namun, polisi tidak bisa gegabah. Untuk mengusutnya, harus dengan alat bukti. Minimal dua alat bukti bisa menetapkan tersangka.

Perjalanan polisi mengusut kasus pun tidak mudah. Pemeriksaan saksi, penggeledahan kafe, menghimpun para ahli, sampai memeriksa CCTV. Perhatian publik makin meningkat dari hari ke hari. Polisi seperti berputar-putar mencari bukti. Perhatian menjadi kian besar disaat bersamaan Jessica mengumbar cerita ke media. Tidak seperti rekan Mirna lainnya Hani yang memilih bersembunyi, Jessica berani tampil di televisi. Polisi semakin diuji dengan hilangnya celana Jessica. Dalam keterangannya celana itu dibuang. Opini publik makin deras mengarah ke Jessica.

Polisi tetap menyidik dengan bukti. Tidak ingin terbawa dengan opini publik. Bahkan untuk penyempurnaan, polisi berkoordinasi dengan kejaksaan. Beberapa hari polisi belum juga menaikkan status kasus Mirna ke penyidikan. Dan akhirnya, Sabtu (30/1) polisi menetapkan Jessica sebagai tersangka.

Kisah bak film detektif ini sepertinya belum berakhir setelah penetapan tersangka. Polisi dituntut membuktikan bukti-bukti yang membuat Jessica menjadi tersangka. Tidak sedikit hakim membebaskan terdakwa di persidangan karena tidak cukup bukti. Polisi harus memutar otak supaya akhir cerita ini benar-benar mirip Holmes ataupun Conan. Ya, dua detektif fiktif ini selalu membongkar kasus dengan bukti tak terbantahkan. Setiap kasus selalu memiliki 1001 alibi.

Kasus kematian Mirna menjadi bukti, kejadian fiktif bisa menjadi kenyataan. Ada kejadian yang kadang tidak bisa dinalar dengan mudah. Butuh kerja keras mengungkapnya. Ini sekaligus memberi peringatan, sepintar dan sehebat apapun membuat alibi dan kebohongan, cepat atau lambat akan terbongkar. Jadi, sebelum berbuat jahat pikirkan baik-baik dampak yang akan diterima.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment