Sunday 3 January 2016

Kapolda NTB Mengagumkan

PERAN kepolisian dalam penanggulangan kriminalitas sangat penting. Korps Bhayangkara menjadi palang pintu utama menekan kejahatan. Tidak hanya kejahatan, polisi memiliki peran penting dalam pemberantasan korupsi. Beberapa tahun terakhir, kepolisian di Indonesia terus mendapat pandangan miring. Salah satu yang menghebohkan adalah "pertengkaran" dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ramai-ramai publik memberi opini miring pada polisi. Apalagi saat terjadi kriminalisasi pada pimpinan KPK. Sebelumnya, sejumlah petinggi Polri pun diguncang dengan tindak pidana korupsi. Ini kemudian yang membuat pandangan terhadap polisi kian menurun.
Beberapa tahun lalu, almarhum Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam guyonannya mengatakan hanya tiga polisi baik di Indonesia. Pertama, Jendral (purn) Hoegeng mantan Kapolri. Kedua, patung polisi. Ketiga adalah polisi tidur. Jelas guyonan ini merupakan sindiran soal kondisi di kepolisian yang belum mendapat hati di masyarakat. Korps baju coklat dinilai belum bisa menjadi sahabat rakyat.
Ibarat tanaman rusak dalam pertanian. Tetap saja ada yang baik dan layak konsumsi. Begitupula di tubuh Polri, masih banyak polisi baik yang memiliki dedikasi tinggi untuk bangsa dan negara. Tengok saja Kapolda Kalimantan Barat (Kalbar) Brigjen Pol Arif Sulistiyanto. Jendral bintang satu itu tegas terhadap jajarannya. Tidak segan menindak anggota yang korupsi. Dalam beberapa kesempatan Brigjen Arif rajin menyapa masyarakat. Ia pun tidak segan-segan menyebut posisi sebagai kapolda adalah titipan. Ucapan yang luar biasa.
Tidak hanya di Kalbar saja. Sekarang ini Kapolda NTB Brigjen Pol Umar Septono sedang menjadi buah bibir di masyarakat. Publik menyebutnya polisi baik. Sikapnya membuat kagum.

Terbaru adalah saat menolong korban kecelakaan di lingkar selatan Kota Mataram. Untuk posisi orang nomor satu di Polda NTB, Umar sebenarnya cukup telpon anggota dan meminta untuk diurus. Tapi, polisi ini menunjukkan sikap humanis. Meski sudah melintasi lokasi kecelakaan, ia meminta kembali. Kapolda NTB langsung menolong, bahkan sempat menggendong anak kecil korban kecelakaan. Kapolda bahkan hendak mengantar ke rumah sakit langsung. Sayang, karena mobil sedan tidak semua korban bisa diangkut. Ia pun menyetop mobil yang melintas dan meminta korban diantar ke rumah sakit. Tidak berhenti disana, Umar bahkan kembali menengok korban ke rumah sakit dan meminta supaya dokter menangani serius.
Sikap humanis Kapolda NTB bukan kali ini saja. Sebelumnya dalam upacara di lapangan Polda NTB, ia mengajak tukang sapu. Dihadapan anggota terang-terangan mengatakan, belum tentu semua polisi yang hadir di lapangan lebih baik dari tukang sapu di mata Tuhan. Langkah tidak biasa yang ditunjukkan seorang polisi dengan jabatan tertinggi. Bukan sekadar gaya-gayaan dan pencitraan. Karena Kapolda Umar memang menampilkan citra polisi sederhana. Dalam acara buka bersama dengan napi di Lapas Mataram, Umar tidak segan makan nasi bungkus. Nasi yang juga dikonsumsi oleh napi.
Lebih dari semua sikap itu, pernyataan Umar yang berani meninggalkan acara sepenting apapun saat azan berkumandang menunjukkan ia bukan polisi biasa. Meski Kapolri dan orang penting hadir dalam acara tersebut. Umar konsisten dengan kata "Jabatan di dunia tidak menjamin manusia itu lebih baik di mata Tuhan".(*)

0 10 komentar:

Post a Comment