Friday 15 January 2016

Gafatar Lain di Sekeliling Kita


"Ketika kebutuhan manusia akan materi semakin tinggi, ketika itulah agama mulai ditinggalkan,"

Mungkin ini jugalah momentum masuknya gerakan atau sempalan seperti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sedang ramai diperbincangkan. Gerakan yang disebut membuat hilang banyak orang di Indonesia. Gerakan ini membawa misi kemandirian. Gerakan yang mengklaim bakal memperbaiki manusia Indonesia. Organisasi ini menyeruak setelah seorang dokter bernama Rica di Jawa Tengah tiba-tiba menghilang bersama anaknya.
Melihat latar belakang simpatisannya dari berbagai elemen dan memiliki intelektual cukup mumpuni. Apakah ini juga berarti soal mengejar materi?

Dari perspektif saya, jelas doktrin yang dibawa Gafatar tidak sembarangan. Ada gerakan halus yang dipakai. Benar, Gafatar menonjolkan diri sebagai gerakan sosial. Di NTB sendiri rupanya Gafatar sudah lama masuk. Bahkan kerap menggelar aksi sosial di beberapa lokasi di Pulau Lombok. Gafatar banyak menyasar kalangan muda. Pelajar pun masuk menjadi anggotanya. Ketika ramai Gafatar secara nasional, baru diketahui ada putra NTB yang sudah terlibat beberapa tahun terakhir. Malah yang terbaru warga Lombok Barat tidak pulang setelah lama masuk di Gafatar. Setelah anggotanya merasa "nyaman" baru doktrin masuk. Dari kesaksian salah satu keluarga anggota Gafatar, mereka tidak menggunakan atribut agama. Ada anggotanya yang diminta melepas jilbab. Lebih aneh lagi, meminta mengganti salam dari Assalamualaikum menjadi salam damai sejahtera. Bahkan mengaji dan shalat pun dianggap tidak perlu.

Apa ini berarti Gafatar tengah melakukan penistaan agama? Hingga kini memang masih ditelusuri serius eksistensi Gafatar. Harus dicatat organisasi ini gelap alias tidak terdaftar. Di beberapa daerah pun sudah dilarang. Penistaan agama yang dilakukan belum dilansir oleh aparat hukum. Tapi, melihat pentolan dalam Gafatar yaitu Ahmad Musadeq, patut diduga organisasi ini memang mengarahkan pengikutnya menjauhi agama. Musadeq pernah dipenjara karena penistaan agama. Musadeq mengklaim sebagai nabi dan menerima wahyu. Ia membawa ajaran baru millah ibrahim. Dalam kondisi negara gonjang-ganjing agama tidak diperlukan. Musadeq pun menyebut boleh tidak shalat, puasa, maupun mengaji.

Heboh soal Gafatar sesunguhnya sebagai peringatan. Ada kelompok yang sedang bergerilya untuk merusak agama di Indonesia. Soal perusakan agama dan pengkuan nabi palsu, bukan cerita baru dalam islam. Ada antagonis yang begitu dikenal sepanjang zaman yaitu Musailamah, karena dikenal sebagai pendusta namanya lebih dikenal dengan Musailamah Al Kadzab. Di masa kekhalifahan islam setelah Rasulullah wafat, antagonis seperti ini bermunculan. Semua ditumpas. Paling banyak muncul di era Khalifah Usman Bin Affan.

Sekarang ini gerakan seperti ini banyak sekali. Sebenarnya bukan Gafatar saja yang diwaspadai. Kebanyakan bergerak dibawah tanah. Kumpul-kumpulnya hanya di kalangan terbatas. Ada cerita gerakan-gerakan masuk ke sekolah dan kampus, tidak membawa nama agama. Kedoknya membawa misi kemanusiaan. Mereka menyasar pelajar atau mahasiswa yang dinilai kurang fundamental dalam agama. Doktrin dimasukkan secara halus. Dimulai dengan kegiatan sosial. Peduli pada lingkungan atau sesama manusia. Bahkan untuk merekrut anggota, ada yang menggunakan tipuan. Setelah menemukan sasaran, diajak bertemu. Dalam pertemuan seolah-olah ada orang terpandang dihadirkan. Selanjutnya cuci otak berjalan. Mulai mengkritik ajaran agama dan menyalahkannya. Kemudian mereka membawa ajaran baru. Kondisi remaja yang umumnya labil, bisa dengan mudah terbawa masuk sangat dalam ke organisasi. Bahkan mereka rela meninggalkan orang tua.

Dengan kondisi kekinian. Peran tokoh agama begitu sentral. Para ulama harus kian rajin turun ke masyarakat. Membawa pesan dakwah lebih membumi. Salah satu faktor ceramah agama "kurang" mengena di kalangan muda adalah cara penyampaian. Anak muda sekarang suka dengan penyampaian yang diselingi humor. Dakwah dari sekolah ke sekolah maupun kampus ke kampus harus lebih militan. Seperti militannya gerakan perusak agama memasukkan doktrin.

Penguatan spiritual dan lemahnya kontrol orang tua pun perlu menjadi catatan penting. Saat ini jarang orang tua yang mengawasi anaknya secara intens. Pokoknya urusan bayaran pendidikan beres. Untuk urusan agama tidak sedikit orang tua merasa berat. Urusan les matematika, bahasa Inggris, fisika, ataupun kimia dengan biaya jutaan mudah keluar. Urusan pendidikan agama yang sebulan puluhan ribu, kadang masih tawar-menawar.Ini kemudian yang membuat gerakan "sempalan" leluasa masuk. Setelah cuci otak, biasanya anggotanya langsung percaya. Mereka pun yakin dan mengikuti semua arahan. Jika pengawasan orang tua dan pembekalan agama begitu ketat, organisasi semacam ini bisa dihindari.

Ketika Surga dan Neraka Dijual Manusia

Doktrin yang masuk berbau agama, namun sesungguhnya menyimpang dari agama. Itu kondisi nyata beberapa tahun terakhir di Indonesia. Paradigma baru masuk dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia sekarang sudah biasa jualan surga dan neraka. Kalau kelompok ini adalah kafir, golongan ini adalah musuh. Begitu mudahnya menghukumi sesuatu. Munculah kemudian manusia yang ingin membangun gedung bertingkat tanpa memikirkan pondasinya. Pokoknya yang penting sudah sampai atas. Itulah juga yang terjadi dalam pemahaman agama.

Dalam lingkungan sarung dan bakiak (istilah untuk pesantren) untuk mengenal Rabb dimulai dengan syariat, kemudian hakikat, dan makrifat. Dimana syariatnya jelas, kaitan dengan rukun islam. Syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Untuk memahami syariat ini pun sumbernya jelas, berasal dari Alqur'an dan hadist. Ada "jembatan" penghubung supaya syariat ini dipahami lebih utuh. Dari kalangan pesantren umumnya mempelajari kaitan soal fiqih biasanya Kifayatul Ahyar ataupun Bulughul Maram, masalah waris mewaris Faraid soal hadist melalui Riyadus Shalihin, termasuk belajar kitab-kitab seperti Ihya Ulumuddin, Talimul Mutaalim. Dan masih banyak lagi. Pemahaman secara utuh ini kemudian mengantarkan pada hakikat. Dimana seluk-beluk keagamaan dipahami secara kaffah. Hingga akhirnya sampai pada tingkatan makrifat billah. Mengenal Rabb begitu dekat, bahkan merasakan bersemayam dalam hati.

Kembali kepada soal Gafatar maupun aliran lainnya, itu berupaya mengarahkan pengikutnya mencapai gedung tertinggi tanpa mau repot membangun pondasi gedungnya. Tanpa disadari gedung itu bakal rata dengan tanah dalam beberapa saat. Janji mereka adalah jaminan surga. Bila tidak patuh neraka menanti. Pemahaman sederhana yang lebih ditakuti oleh kita kebanyakan. Seolah-olah urusan surga dan neraka menjadi dagangan dunia. Dan bukan hanya Gafatar, doktrin ini juga yang banyak dipakai oleh para teroris mencari jaringannya. Hasilnya, bom bunuh diri untuk menghabisi orang asing itu boleh. Adakah agama yang mengajarkan kekerasan?. Tidak ada. Sebenarnya masih banyak Gafatar lain di sekitar kita. Hanya kebetulan media sedang ramai membicarakan. Tanpa kita sadari, setiap waktu kita diombang-ambing doktrin yang tidak jelas sumbernya.

Dalam catatan saya yang sederhana dan tentu saja dengan banyak kesalahan. Ingin membagi cerita, bahwa kesederhanaan kita berpikir soal agama, membuat kebanyakan kita menjadi jumud. Berpikir begitu angkuh dan dapat mengatur jual beli surga dan neraka. Menjalankan agama dari puncak tertinggi. Menganggap agama itu begitu mudah. Menganggap agama bisa menjadi tameng atau sebaliknya menganggap agama sebagai penghalang. Saya meyakini islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat untuk seluruh semesta.(*)






0 10 komentar:

Post a Comment