SEJAK
balapan di Sirkuit Sepang, nama MotoGP kian melejit. Tidak hanya serunya siapa
jawara di kelas premier MotoGP. Keseruan justru muncul karena Valentino Rossi
calon jawara membuat Marquez tersungkur di Sepang, Malaysia. Rossi yang sedang
bersaing dengan Lorenzo menjadi juara Moto GP 2015, akhirnya ke pinalti tiga
poin. Ini membuat The Doctor (julukan Rossi) bakal memulai start paling
belakang di MotoGP Valencia. Seri pemungkas yang sangat menentukan siapa jawara
MotoGP 2014/2015.
Selepas
balapan di Sepang, keseruan MotoGP tidak lagi berkutat soal Lorenzo dan Rossi
yang bakal menjadi juara. Perhatian publik justru mengarah soal tindakan Rossi
menjatuhkan Marquez. Rossi dinilai tidak sportif. Marquez dituding membantu
Lorenzo menjadi juara MotoGP. Tidak
hanya di level pendukung. Saling dukung pun muncul dari negara masing-masing.
Perdana Menteri Italia dan Spanyol sama-sama memberikan dukungan untuk pembalap
mereka. Tentu mereka juga membela apa yang sudah dilakukan oleh pembalap dari
negeri pizza dan negeri matador. Benar menurut versi mereka.
Adu
persepsi ini bahkan membentuk dua kubu. Kubu Rossi dan kubu Marquez. The Doctor
yang lebih senior di MotoGP mendapat dukungan begitu banyak. Para pendukungnya
rata-rata menyebut, Marquez berkomplot membantu Lorenzo. Alasannya, dua
pembalap ini sama-sama asal Spanyol. Masuk akal. Memang Rossi dikepung oleh
rider Spanyol saat meraih peringkat tiga di Sepang. Sementara kubu Marquez
menilai Rossi tidak pantas melakukan hal tersebut. Bahkan mereka menganggap,
Rossi pantas diganjar hukuman lebih berat karena membuat Marquez jatuh.
Yang
pasti, MotoGP 2015 menjadi kian seru karena perdebatan ini. Setelah sebelumnya
disebut tiket di Sepang terjual habis. Giliran tiket di seri terakhir Valencia
sold out sejak sepuluh hari jelang balapan. Banyak pihak yang kemudian
mengaitkan ini sebagai strategi pemasaran. Perang urat saraf dalam dunia MotoGP
sebenarnya pernah tersaji ketika Rossi baru menjajal kelas premier. Saat itu ia
bersaing dengan senior satu negaranya Max Biaggi. Perseteruan mereka di
lintasan juga terbawa sampai luar. Tidak saling tegur dan kadang saling sindir.
Tapi, itu yang bikin MotoGP saat itu menarik ditonton. Lihat bagaimana dengan
Marquez yang menjadi juara dunia 2013/2014, masih tersisa lima seri juaranya
sudah kelihatan. Penonton bosan.
Dalam
dunia olahraga entertainer ikut mengatrol pendapatan. Tidak mengherankan kalau
kejadian Rossi versus Marquez mengingatkan final piala dunia 2006. Saat itu
Zidane dengan sengaja menanduk Materazzai. Zidane kena kartu merah dan Prancis
tersungkur di final. Kejadian itu justru lebih dikenang. Membuat pamor piala
dunia 2006 lebih diingat. Malah kalau tidak ada kejadian itu, belum tentu
Italia akan juara dunia.
Sebagai
penonton kita bebas mengomentari dan memberi pendapat. Patut dicatat, jangan
terpancing emosi berlebihan. Ini hiburan dan bagian dari dunia olahraga menarik
penonton. Dunia olahraga kadang tidak melulu soal sportivitas, semangat, dan
loyalitas. Infotainment juga asyik.(*)