Indonesia sedang
diberondong asap. Daerah paling parah adalah Sumatera dan Kalimantan. Dua pulau
tersebut memang memiliki potensi kebakaran hutan tinggi. Apalagi lahan disana
gambut, mudah sekali terbakar. Bila sudah terbakar, susahnya dipadamkan. Akibat
asap ini masyarakat di Sumatera maupun Kalimantan dibuat repot. Mereka harus
menggunakan masker untuk menghalau pekatnya asap. Inveksi saluran pernafasan
akut (ISPA) mulai menjangkiti masyarakat.
Dampak kepulan asal,
rupanya tidak hanya dirasakan oleh Sumatera dan Kalimantan. Asap mulai menyebar
kemana-mana. Bahkan hingga ke negara tetangga seperti Singapura, Malaysia,
sampai Filipina. Indonesia pun mendapat kecaman dari negara-negara tetangga.
Mereka keberatan dengan asap yang mulai membuat masyarakatnya terganggu.
Dari pemberitaan di
sejumlah media massa menyebutkan, asap dari Sumatera dan Kalimantan juga
menyebar di pulau lain di Indonesia diperparah dengan kebakaran di hutan di
daerah pulau-pulau lain. Termasuk di NTB juga tidak luput dari kebarakaran
hutan. Beberapa waktu lalu, hitan-hitan di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR)
terbakar. Asap pun mengepul dari TNGR. Tapi, secara garis besar kepulan asap di
NTB belum masuk taraf membahayakan. Ini yang membuat daerah Bali dan Nusa
Tenggara tidak terdampak polusi asap dari citra satelit.
Asap yang mulai
membuat masyarakat Indonesia pilu ini harus dicermati serius penyebabnya.
Selain akibat panas berkepanjangan yang memicu kebakaran. Ada pihak tidak
bertanggung jawab yang sengaja membakar hutan. Tidak saja perorangan, ada
perusahaan yang terlibat di dalamnya. Membakar hutan. Cara mudah untuk membuka
lahan baru. Seperti diketahui, di Sumatera dan Kalimantan yang masih banyak
hutan mulai digunduli untuk perkebunan dan ladang.
Melihat apa yang
terjadi saat ini, pertanyaan besar perlu dilontarkan kepada pemerintah. Seperti
apa pengawasan terhadap hutan-hutan yang masih ada.Tidak hanya pembalakan liar.
Alih fungsi hutan dengan pembakaran ini termasuk kejahatan. Pemerintah tidak
boleh tinggal diam, baik perorangan maupun perusahaan harus diberi efek jera.
Keberatan negara
tetangga bisa dimaklumi. Tapi, ketimbang mengumpat kegelapan, bukankah
sebaiknya menyalakan lilin. Kenapa negara-negara yang merasa terkena dampak asap
tidak ikut membantu Indonesia menangani. Faktanya Indonesia sendiri,
mati-matian untuk menghentikan asap yang merugikan masyarakat. Negara tetangga
harus bijak melihat masalah asap. Bila selama ini mereka mendapat udara segar
dari hutan Indonesia, giliran sekarang asap yang diberikan hutan.(*)
0 10 komentar:
Post a Comment