Direktur Utama PDAM
Giri Menang
HL Ahmad Zaini
Perusahaan air
minum PDAM Giri Menang, melayani distribusi air untuk Lombok Barat dan Kota
Mataram. Kinerja PDAM kerap disoal ketika air ngadat. Tantangan besar bagi
jajaran PDAM Giri Menang bisa memberi pelayanan optimal. Direktur Utama PDAM
Giri Menang HL Ahmad Zaini kembali terpilih untuk periode kedua memimpin
perusahaan pelat merah ini. Dalam beberapa kesempatan Zaini mengatakan, tahun
2015 bakal ada revitalisasi pipa-pipa PDAM di Lombok Barat maupun Kota Mataram.
Dikatakan, banyak pipa yang usianya sudah uzur. Idealnya 20 tahun usia maksimal
pipa air beroperasi.
“Kenyataan ada usia
pipa antara 35-45 tahun. Ini perlu pembenahan,” katanya.
Bukan perkara
mudah, kata Zaini, mengganti pipa uzur. Dengan perkembangan pembangunan di
Lombok Barat dan Mataram, ada kendala dihadapi. Khusus di Mataram jalur pipa
banyak di tengah jalan. Sementara PDAM tidak bisa asal pasang. Perlu koordinasi
dengan Balai Jalan Nasional (BJN) maupun PLN Wilayah NTB.
“Di bawah tanah
kondisinya sudah semerawut. Tantangan buat PDAM untuk pembaruan pipa,’’ akunya.
Dijelaskan,
anggaran penggantian pipa tak jadi soal. Pusat menggelontorkan Rp 50 miliar
tahun ini. Justru PDAM Giri Menang berpikir keras supaya kompromi pemasangan bisa
dilakukan. Tidak dipungkiri saat ini jalan di Mataram sudah mulus. Kondisi pipa
pun sekarang berbeda. Dahulu pipa ada di pinggir. Banyak jalan dibangun dan
diperlebar. Posisi pipa PDAM yang semula di pinggir pun kini pindah di tengah
jalan.
“Jalan mulus
penting. Rumah tangga dapat air tidak kalah pentingnya,” tambah suami Eryuwati
ini.
Kegalauan Zaini
cukup beralasan. Di awal memimpin PDAM Giri Menang empat tahun silam, jumlah
pelanggan air masih 69 ribu baik dari Lombok Barat maupun Mataram. Di periode
kedua menjadi dirut konsumennya tembus 100.949 rumah tangga. Rinciannya Mataram
63.323 rumah tangga dan Lombok Barat 37.626 rumah tangga. Lonjakan konsumen
harus diantisipasi. Sebaran pipa untuk menyalurkan air harus ditingkatkan
kemampuannya.
“Untuk kawasan yang
belum masuk ditambah pipa baru,” bebernya.
Salah satu
cita-citanya sebagai dirut, lanjutnya, seluruh warga Lombok Barat dan Mataram
bisa menikmati air PDAM. Tidak dipungkiri, dengan jumlah konsumen saat ini
belum seluruhnya puas. Terlebih di beberapa kawasan, air tidak mengalir deras.
“Setiap masukan ada
pelayanan kurang segera diperbaiki. Tapi, bukan berarti masalah membuat saya
tidak berani terus mengembangkan jangkauan pelayanan,” bebernya.
Menurutnya, selain
beberapa kawasan yang alirannya kurang optimal, bisa diperbaiki dengan
penggantian pipa. Ukuran pipa lebih besar. Otomatis debit air mengalir kian
besar. Pipa lama memang kurang ideal melayani seiring pertumbuhan konsumen.
Sedangkan rumah tangga yang belum mendapat aliran air PDAM, harus diatasi.
Seperti di Mataram, kondisi air sumur tidak layak konsumsi.
“Makanya perlu ada
kompromi supaya jaringan pipa bisa ditambah ataupun diganti,” imbuhnya.
Ayah dua anak ini
mengungkapkan, banyak tantangan baru perlu segera dituntaskan. Sebelumnya, ia
sudah “mencuci otak” jajarannya. Pegawai PDAM Giri Menang bergaya birokrat
diubah menjadi entrepreneur alias pengusaha. Pola pikir pengusaha adalah selalu
memberikan pelayanan terbaik. Tahap awal dimulai dengan merombak tatanan
kantor. Bangunan di Jalan Pendidikan dipermak. Pelayanan konsumen lebih
terbuka.
“Image PDAM mulai
berubah. Masih ada kekurangan saya akui, tapi perubahan sudah nyata,” sebutnya.
Langkah Zaini itu
tidak sia-sia. Sepanjang 2013-2014, Australia memberikan bantuan untuk
sambungan air minum gratis. Tidak tanggung-tanggung, sambungan gratis untuk
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) jumlahnya sampai 13 ribu sambungan.
Warga Mataram mendapat 6 ribu sambungan dan Lombok Barat 7 ribu sambungan.
“Sekarang dari
pusat ikut memberikan bantuan sambungan gratis,” tambahnya.
Bapak kelahiran
Praya, Lombok Tengah ini menyebut, aset PDAM Giri Menang naik signifikan. Dari
semula Rp 88 miliar, sekarang tembus Rp 232 miliar. Anggaran APBN tetap
dikucurkan. Itu berarti bisa memberikan keyakinan di pusat. Sementara
penyertaan modal daerah naik dari Rp 51 miliar menjadi Rp 122 miliar.
“Pemkab Lombok
Barat, Pemkot Mataram, dan Pemprov NTB memiliki perhatian tinggi,” imbuhnya.
PDAM Giri Menang,
lanjut Zaini, ingin ke depan air PDAM bisa langsung minum. Banyak kalangan
menyebut, keinginan ini terlalu muluk. Tapi, menurutnya justru dari sekarang
harus mulai ada keberanian. PDAM Giri Menang telah mempersiapkan lokasi di
Lombok Barat dan Mataram. Ada titik dengan proteksi khusus. Dimulai dari
kualitas air cukup. Memahami tupografi wilayah. Mengantisipasi tingginya
utilitas kawasan.
“Ini mimpi besar,
pasti berat. Prosesnya harus dimulai,” terang Bapak 45 tahun ini.
Di kota-kota besar,
sambungnya, tidak sekadar menyediakan air pam siap minum. Perusahaan air
sanggup mengolah air rumah tangga menjadi air konsumsi. PDAM sudah sanggup
mengolah air. Tidak cuma mengandalkan air dari mata air. Ke depan, PDAM Giri
Menang pun harus berani mengadopsi.
“Itu air untuk
mandi atau mencuci piring kan sumbernya dari air PDAM. Seharusnya memang PDAM
harus bisa mengolahnya, disana sanggup kenapa kita tidak,” tukas Zaini
tertawa..
Mata Air Terus
Berkurang
Sumber air di rumah
tangga pelanggan PDAM berasal dari mata air. Jumlah mata air di Hutan Sesaot
dan sekitarnya terus berkurang. Dirut PDAM Giri Menang HL Ahmad Zaini menyadari
pentingnya menjaga hulu. Memperhatikan hilir air saja tidak cukup. Perusahaan
air bersama masyarakat, terutama di sekitar mata air penting memelihara air.
Perusahaan memiliki corporate social responsibility (CSR). Dana itu didorong
sampai ke kelompok masyarakat.
“Perusahaan tidak
bisa survive tanpa peduli lingkungan,” katanya.
Dikatakan, Hutan
Sesaot kini tidak selebat dahulu. Jumlah pohon terus berkurang. Selain karena
penebangan liar, kurangnya vegetasi akibat pertambahan penduduk. Kondisi itu
ikut mempengaruhi keberadaan mata air. Pohon menjadi penjaga kelestarian mata
air.
“Itu pentingnya
gerakan reboisasi bersama masyarakat,” sambungnya.
Belum lama ini,
lanjutnya, bersama Pemkab Lombok Barat dan kelompok masyarakat ia menggelar
penanaman ribuan pohon di kawasan Hutan Sesaot. Masyarakat yang terlibat
menanam pohon, memiliki kontribusi besar. Langkah itu menjaga keberadaan air.
Dirasakan hingga beberapa tahun mendatang.
“Itu bisa dikatakan
termasuk shadaqah jariyah untuk air,” imbuhnya.
Saat ini, lanjut
Zaini, tidak banyak masyarakat sadar pentingnya air. Kondisi air berlimpah
kerap diabaikan. Padahal, akibat air bisa memicu konflik. Masyarakat rela
berkelahi sampai bertukar nyawa demi air.
“Ada nanti waktunya
harga air lebih mahal dari apapun. Perlu dari sekarang kita menjaga air,”
pintanya.(*)
0 10 komentar:
Post a Comment