Thursday 14 July 2016

Sekolah Swasta yang Dipinggirkan

TIDAK bisa mengecilkan peran sekolah, baik swasta maupun negeri. Keduanya sama-sama memiliki peran sebagai lembaga pendidikan. Mencerdaskan dan memberikan pengetahuan pada anak bangsa. Sekolah negeri sejauh ini di NTB masih menjadi primadona. Alasannya selain fasilitas lebih lengkap, sekolah negeri ditunjang dengan guru-guru yang berpengalaman. Meski sebenarnya kualitas sekolah swasta pun tidak kalah. Hanya memang fasilitas dan jumlah guru belum selengkap sekolah negeri. Namun di beberapa daerah seperti di Pulau Jawa atau Pulau Sumatera, sekolah swasta yang jadi primadona. Gengsi para orang tua justru ada di sekolah swasta. Tengok saja di kota besar seperti Surabaya, Jakarta, ataupun Medan, sekolah swasta merajai daerah. Selain guru yang bagus, sekolah swasta tersebut ditunjang fasilitas lengkap. Sekolah negeri paling favorit pun dianggap biasa saja. Kondisi ini berbanding terbalik bila melihat sekolah negeri di NTB. Patokan orang tua melihat anaknya sukses adalah masuk di sekolah negeri paling favorit. Ini bisa dimaklumi, sekolah swasta yang ada di NTB, khususnya di Kota Mataram dari sisi kualitas belum mengungguli sekolah negeri. Kalaupun ada, itu hanya beberapa sekolah swasta. Yang terlihat justru ada disparitas antara sekolah negeri dan swasta. Keberpihakan pemerintah condong ke sekolah negeri. Sekolah swasta dibiarkan berjalan tertatih-tatih sendiri. Tidak hanya dari sisi dukungan fasilitas. Kurangnya dukungan pun tampak dari kebijakan yang dikeluarkan. Salah satu contoh di Kota Mataram, adanya aturan bina lingkungan (BL). Dimana sekolah negeri masih diberi kesempatan untuk mengambil siswa di sekitar sekolah. Meski sebelumnya siswa sudah masuk melalui jalur bina prestasi maupun jalur online. Ini kemudian yang membuat jumlah siswa yang masuk sekolah negeri melebihi kuota. Antara jumlah siswa yang masuk dengan ruangan tersedia tidak seimbang. Bandingkan dengan ruangan sekolah swasta yang kosong melompong. Kondisi ini yang kemudian membuat sekolah swasta selalu berteriak saat tahun ajaran baru. Siswa berduyun-duyun ke sekolah negeri. Meski ada beberapa sekolah negeri yang sampai mengubah musala atau laboratorium jadi kelas, itu tidak jadi soal. Alasannya kualitas yang diberikan sekolah swasta kurang jempolan. Pernyataan tersebut menjadi tantangan bagi para kepala sekolah swasta. Harus membuktikan pada masyarakat kalau pendidikan yang diberikan juga bagus. Dan tentu saja, sekolah swasta tidak bisa berjalan sendiri. Pemerintah melalui Dinas Pendidikan harus memberikan dukungan. Kebijakan yang dikeluarkan harus juga menguntungkan sekolah swasta.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment