This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday 7 November 2015

Gunung Lombok Mengguncang Dunia



Selama beberapa hari terakhir di NTB, suasananya kurang nyaman. Keluar rumah harus menggunakan masker. Di jalan pengendara motor kurang leluasa, debu terus menerpa mata. Itulah kondisi setelah anak Gunung Rinjani atau yang dikenal dengan sebutan Gunung Baru Jari mengerang.
Letupan terakhir Gunung Baru Jari sempat membumbung hingga 2.500 meter. Letupan itu membawa material ke angkasa. Meski hujan membasahi Pulau Lombok, tidak serta-merta menghilangkan semua debu vulkanik. Terakhir Gunung Baru Jari membuat heboh terjadi 1994 silam.
Gunung Rinjani sendiri dahulu pernah mengguncang dunia. Letusannya hingga membuat dunia heboh. Dalam literatur dunia pun dibeberkan letusannya membuat perubahan musim. Bahkan letusan gunung itu disebut salah satu yang terbesar sepanjang masa.
Kini, anaknya pun mengguncang dunia. Bukan pada besar letusannya. Material yang “ditembakkan” oleh Gunung Baru Jari sudah membuat penerbangan ke Lombok lumpuh. Beberapa hari terakhir penerbangan menuju pulau seribu masjid terhenti sementara. Ada ribuan penumpang terlantar. Bukan hanya penerbangan domestik, penerbangan mancanegara pun terhenti. Abu vulkanik gunung merapi memang tidak bisa disepelekan. Tidak hanya mengganggu kesehatan manusia. Dampak abu vulkanik ini pun menganggu penerbangan. Tidak ingin mengambil resiko, otoritas penerbangan meminta tidak pergi dahulu ke Lombok.
Dari citra satelit terakhir, debu vulkanik Gunung Baru Jari menyebar hingga ke Bali dan NTT. Meski hujan sudah mengguyur, diperkirakan debu masih tetap di udara hingga beberapa hari ke depan. Tentu masyarakat yang keluar rumah, sementara harus rajin memakai masker.
Letusan Gunung Baru Jari sendiri memang tidak seheboh seperti beberapa gunung berapi di Pulau Jawa atau di Indonesia pada umumnya. Letusannya disertai dengan gempa tremor cukup dahsyat. Letusan Gunung Baru Jari lebih bersahabat. Letusannya tidak sampai membuat masyarakat terdekat seperti Lombok Timur dan Lombok Utara harus mengungsi. Masyarakat sekitar gunung masih bisa beraktivitas normal. Meski sementara para porter dilarang mengantar tamu hingga danau segara anak.
Gejala alam yang terjadi pada gunung berapi memang tidak bisa dilawan. Apa yang tengah dterjadi pada Gunung Baru Jari menunjukkan, bila alam sudah menegur manusia tidak bisa melawannya. Meski membawa petaka bagi daerah, letusan gunung berapi tetap harus disyukuri. Pasalnya, abu vulkanik dan material dari perut bumi yang dilepaskan, bisa membawa kesuburan untuk daerah sekitar.(*)

Friday 6 November 2015

Kasta Pendidikan Gaya Baru?

Masyarakat tentu belum lupa tentang standar-standar sekolah. Salah satu yang menjadi perbincangan adalah rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Belakangan RSBI dihapuskan oleh pemerintah, setelah ada judicial review di Mahkamah Konstitusi (MK).
Ya, bagi yang punya anak di sekolah umum dan RSBI, tentu tahu bedanya. Sekolah umum, dianggap sebagai sekolah yang biasa-biasa. Meski ada siswa paling pintar di sekolah itu, dianggap tidak terlalu spesial. Beda dengan di RSBI, begitu ada siswa berprestasi maka gaungnya begitu besar. Sekolah RSBI memang erat kaitannya dengan sekolah elit. Kenapa dibilang sekolah elit? Kebanyakan yang bisa masuk disana anak orang mampu. Kalaupun ada siswa miskin hanya segelintir. Itupun mereka masuk karena pintar dan ada beasiswa.
Kehadiran RSBI dan non RSBI, diistilahkan memunculkan kasta pendidikan. Tentu saja, RSBI berada di kasta tertinggi. Kasta ini pula yang membuat ada salah orientasi berpikir. Ada kecenderungan siswa-siswa asal RSBI berlaku superior dan merasa paling hebat. Padahal bila diadu secara intelektual, banyak juga anak-anak RSBI yang “biasa” saja. Sudah tepat, bila kemudian keberadaan RSBI kemudian ditiadakan.
Sekarang muncul lagi istilah sekolah percontohan. Disebutkan, sekolah itu disebut sekolah model. Nantinya di setiap kabupaten/kota bakal memiliki sekolah model semua jenjang, dari SD-SMA. Sampai saat ini memang belum dijelaskan detail seperti apa konsep sekolah model. Namun, tersirat di dalamnya, sekolah model ini juga bakal menjadi sekolah percontohan. Tidak sembarangan sekolah dipilih. Seleksi menjadi sekolah model cukup ketat. Selain mutu pendidikan, guru di sekolah, input sekolah bakal diperhatikan.
Dalam pengajaran di sekolah, tidak lagi mengandalkan pola konvensional. Bukan lagi guru menerangkan siswa mendengar. Ada istilah kelas digital, siswa pun ikut terlibat mencari tahu setiap pelajaran yang diterima. Konsep sekolah model menekankan supaya siswa lebih aktif dan kreatif. Sekolah model ini kemudian diharapkan menjadi contoh bagi sekolah lain. Sekolah tersebut ikut membina sekolah yang masih kurang optimal dalam pendidikan.

Jika melihat konsep awal yang diinginkan oleh pemerintah pusat ini, sebenarnya tidak jauh berbeda ketika dahulu RSBI dicetuskan. Sampai pusat secara khusus memberi anggaran untuk sekolah berstandar internasional. Harapan pemerintah, supaya sekolah itu menularkan pada sekolah lain, kemudian melahirkan output siswa yang luar biasa. Sayang, dalam praktiknya RSBI malah menjelma menjadi sekolah di puncak gunung es. Sulit dijangkau dan sukses sendirian. Semoga saja, hajat sekolah model tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Tidak lagi menghadirkan kasta pendidikan gaya baru.(*)

Thursday 5 November 2015

Suarakan Keterbukaan Publik Lebih Kencang

KETERBUKAAN publik di Indonesia masih susah. Banyak pihak mulai pemerintah daerah, instansi vertikal, instansi pemerintah di daerah belum terbiasa untuk terbuka. Mereka yang anti untuk terbuka tentu mengundang tanya. Ada apa gerangan?
Soal keterbukaan, sebenarnya sudah diatur undang-undang Nomor 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya memberikan kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi tertentu.
Tujuan keterbukaan informasi publik, menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan. Mengetahui alasan kebijakan publik yang memengaruhi hajat hidup orang banyak. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan/atau. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
Saat ini di NTB sedang mencari komisioner Komisi Informasi baru. Peran dari para komisioner untuk mensosialisasikan keterbukaan informasi publik cukup tinggi. Komisioner baru harus lebih kencang mendorong keterbukaan. Karena masih banyak instansi publik yang ragu membuka diri data maupun informasi. Padahal, lembaga ini dituntut untuk terbuka.
Memang ada pengecualian terhadap keterbukaan informasi publik. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat menghambat proses penegakan hukum, informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat, informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara. Dan masih banyak lagi yang lain.

Bila diluar faktor yang dikecualikan tidak ada alasan lembaga menolak setiap informasi yang diminta oleh pemohon. Keterbukaan publik sejatinya mendorong kejujuran. Keterbukaan akan membuat lembaga menjadi akuntabel dan kridibel.  Jika ada lembaga yang tertutup, malah mengundang tanda tanya. Ngapain takut terbuka kalau benar?.(*) 

Baru Assessment Kok Gaduh?

MUTASI di Kota Mataram selalu memiliki cerita. Dibalik beragam cerita, kegaduhan selalu muncul. Sedikit berbeda yang terjadi di era penjabat Wali Kota Mataram Hj Putu Selly Andayani, belum juga mutasi terjadi kegaduhan sudah merebak. Padahal, dalam statemen kepada media massa, penjabat itu tidak pernah tersurat menyebut bakal ada mutasi. Kegaduhan mulai muncul saat proses assessment dilakukan. Ada pejabat yang tidak mau assessment dengan alasan tidak ada dalam aturan. Perlawanan salah satu pejabat ini pun membuat situasi makin gaduh. Ada memang yang malu-malu menolak assessment.
Dalam PP Nomor 49 Tahun 2008 tentang pemberhentian dan pengangkatan penjabat kepala daerah pada pasal 132A ayat 1 disebutkan dilarang untuk mutasi. Boleh mutasi bila mendapat persetujuan dari menteri Dalam Negeri.
Pertanyaannya kemudian, apakah assessment ini berarti bakal ada mutasi? Dalam undang-undang Aparatur Sipil Negara (ASN) Nomor 5 Tahun 2014 disebutkan, assessment itu sebagai pemetaan. Proses assessment tidak serta-merta berarti bakal ada mutasi. Lalu kenapa gaduh?
Kegaduhan yang terjadi dalam assessment tidak hanya dalam lingkup pemerintah. Legislatif pun ikut mencak-mencak. Sampai Ketua DPRD Kota Mataram H Didi Sumardi langsung mengundang para pakar dengan gelar profesor maupun doktor ke dewan meminta pandangan. Kok tumben?
Tidak salah sebenarnya pakar memberikan pandangan dan telaah, sesuai dengan norma undang-undang yang berlaku. Hanya saja, tidak biasanya di Kota Mataram belum mutasi saja gaduhnya sudah kemana-mana. Padahal dalam konteks yang lebih parah, pejabat maupun wakil rakyat memilih tutup mulut.
Sama-sama gaduh, namun koteksnya berbeda di Kota Mataram terjadi 4 Februari 2015. Saat itu Pemkot Mataram menggelar mutasi pada 138 orang. Dalam mutasi tersebut terjadi pelanggaran, dimana mengacu UU ASN untuk promosi eselon II harus melalui panitia seleksi (pansel). Sayang, ada pejabat yang langsung naik tanpa assessment. Akibatnya, ada dua pejabat di Kota Mataram yang “dipaksa” pensiun lebih cepat. Kegaduhan ini tidak kalah menyita perhatian. Komisi ASN pun sampai memanggil Sekda Kota Mataram HL Makmur Said ke Jakarta. Dalam suratnya disebutkan telah terjadi pelanggaran. Lalu kenapa banyak yang diam? Kenapa tidak mengundang para pakar memberi telaah? Padahal saat itu sudah jelas terjadi pelanggaran.
Publik berhak bertanya atas kondisi saat ini. Baru proses assessment yang belum pasti mutasi, kondisinya sudah dibuat seperti perang. Adu opini bermunculan. Seolah ada kubu yang pro dan kontra dalam mutasi.
Padahal bila berpikir jernih dan mau melihat aturan yang ada, soal assessment hingga proses mutasi jelas membatasi penjabat. Namun, batas itu runtuh manakala Mendagri memberi restu. Sebaliknya juga begitu, seandainya pusat tidak memberi lampu merah, maka mutasi tidak bakal terjadi.
Semoga birokrat dan wakil rakyat tidak kehilangan gairah sebenarnya, mengabdi untuk masyarakat. Jangan sampai pikiran dan tenaga tersita untuk segelintir golongan. Masih banyak masalah pelik di Kota Mataram yang harus dituntaskan. Bukan hanya melulu soal jabatan dan kedudukan.(*)





Friday 30 October 2015

Gaya Entertainer Dunia Olahraga



SEJAK balapan di Sirkuit Sepang, nama MotoGP kian melejit. Tidak hanya serunya siapa jawara di kelas premier MotoGP. Keseruan justru muncul karena Valentino Rossi calon jawara membuat Marquez tersungkur di Sepang, Malaysia. Rossi yang sedang bersaing dengan Lorenzo menjadi juara Moto GP 2015, akhirnya ke pinalti tiga poin. Ini membuat The Doctor (julukan Rossi) bakal memulai start paling belakang di MotoGP Valencia. Seri pemungkas yang sangat menentukan siapa jawara MotoGP 2014/2015.
Selepas balapan di Sepang, keseruan MotoGP tidak lagi berkutat soal Lorenzo dan Rossi yang bakal menjadi juara. Perhatian publik justru mengarah soal tindakan Rossi menjatuhkan Marquez. Rossi dinilai tidak sportif. Marquez dituding membantu Lorenzo menjadi juara MotoGP. Tidak hanya di level pendukung. Saling dukung pun muncul dari negara masing-masing. Perdana Menteri Italia dan Spanyol sama-sama memberikan dukungan untuk pembalap mereka. Tentu mereka juga membela apa yang sudah dilakukan oleh pembalap dari negeri pizza dan negeri matador. Benar menurut versi mereka.
Adu persepsi ini bahkan membentuk dua kubu. Kubu Rossi dan kubu Marquez. The Doctor yang lebih senior di MotoGP mendapat dukungan begitu banyak. Para pendukungnya rata-rata menyebut, Marquez berkomplot membantu Lorenzo. Alasannya, dua pembalap ini sama-sama asal Spanyol. Masuk akal. Memang Rossi dikepung oleh rider Spanyol saat meraih peringkat tiga di Sepang. Sementara kubu Marquez menilai Rossi tidak pantas melakukan hal tersebut. Bahkan mereka menganggap, Rossi pantas diganjar hukuman lebih berat karena membuat Marquez jatuh.

Yang pasti, MotoGP 2015 menjadi kian seru karena perdebatan ini. Setelah sebelumnya disebut tiket di Sepang terjual habis. Giliran tiket di seri terakhir Valencia sold out sejak sepuluh hari jelang balapan. Banyak pihak yang kemudian mengaitkan ini sebagai strategi pemasaran. Perang urat saraf dalam dunia MotoGP sebenarnya pernah tersaji ketika Rossi baru menjajal kelas premier. Saat itu ia bersaing dengan senior satu negaranya Max Biaggi. Perseteruan mereka di lintasan juga terbawa sampai luar. Tidak saling tegur dan kadang saling sindir. Tapi, itu yang bikin MotoGP saat itu menarik ditonton. Lihat bagaimana dengan Marquez yang menjadi juara dunia 2013/2014, masih tersisa lima seri juaranya sudah kelihatan. Penonton bosan.
Dalam dunia olahraga entertainer ikut mengatrol pendapatan. Tidak mengherankan kalau kejadian Rossi versus Marquez mengingatkan final piala dunia 2006. Saat itu Zidane dengan sengaja menanduk Materazzai. Zidane kena kartu merah dan Prancis tersungkur di final. Kejadian itu justru lebih dikenang. Membuat pamor piala dunia 2006 lebih diingat. Malah kalau tidak ada kejadian itu, belum tentu Italia akan juara dunia.
Sebagai penonton kita bebas mengomentari dan memberi pendapat. Patut dicatat, jangan terpancing emosi berlebihan. Ini hiburan dan bagian dari dunia olahraga menarik penonton. Dunia olahraga kadang tidak melulu soal sportivitas, semangat, dan loyalitas. Infotainment juga asyik.(*)



Sarjana Komunikasi Jangan Jadi Penonton



Eksistensi sarjana komunikasi di daerah dinilai belum optimal. ISKI Pusat pun sudah mengambil ancang-ancang akan membangunkan semua sarjana komunikasi  yang masih tertidur.

Konfrensi nasional komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) di Lombok, September 2014, masih membekas di pikiran Ketua Umum ISKI Yuliandre Darwis Phd. Dalam pikirannya, konfrensi digelar di Lombok, otomatis NTB harus berada di garda terdepan dalam soal urusan-urusan berbau komunikasi. Dosen komunikasi di Universitas Andalas ini tidak mau berpikir sendiri. Pria yang akrab disapa Andre ini menuangkan uneg-unegnya soal sarjana komunikasi kepada Direktur Utama (Dirut) Lombok Post Alfian Yusni, Kordinator Liputan Lombok Post Hidayatul Wathoni, dan Redaktur Lombok Post Febrian Putra.
Pertemuan antara akademisi dan praktisi ini berlangsung cair. Banyolan mulai dari urusan politik, media massa, sampai soal akademisi silih berganti dibahas. Pembahasan soal keinginan ISKI pusat supaya sarjana komunikasi di Lombok memiliki peran signifikan, menjadi pembicaraan paling seru.
“Saya bayangkan nanti eksistensinya itu seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), harus mulai mengambil peran,” katanya.
Jebolan Universitas Teknologi Mara, Selangor, Malaysia ini meminta masukan soal progres ISKI ke depan. Kebetulan, selain menjadi Dirut di media massa terbesar di NTB, Alfian jebolan jurusan komunikasi.
“Ya, bagaimana supaya di NTB bisa jalan. Ini kita perlu membahasnya,” sambungnya.
Andre membayangkan, bila ISKI di NTB eksis, posisinya di daerah cukup berarti. Tidak hanya bagi daerah, ISKI ikut memberi kontrol terhadap komunikasi dari media massa daerah.
“Mungkin, nanti bisa kita buatkan acara tahunan, pemberian award untuk praktisi komunikasi dan media massa,” ucapnya.
Alfian Yusni mengatakan, saat ini yang perlu dirancang adalah mempertemukan dahulu para sarjana komunikasi. Berikutnya, menentukan siapa leader dari ISKI NTB. Menurutnya, sarjana komunikasi di NTB cukup banyak, baik latar belakang akademisi maupun praktisi.
“Banyak yang punya kemampuan untuk mendorong sarjana komunikasi ini berperan bagi daerah,” katanya.
Ayah dua anak ini menyebut, sarjana komunikasi di NTB sendiri tidak sebanyak sarjana jurusan lain. Jurusan komunikasi di Universitas Mataram baru dibuka. Jurusan komunikasi yang “senior” di NTB di Universitas 45 Mataram. Kampus lainnya yang memiliki jurusan komunikasi adalah IAIN Mataram. Belum sebanyak di Pulau Jawa, rata-rata memiliki jurusan komunikasi.
“Tapi, ini potensi untuk membangunnya lebih besar,” ucap Alumni komunikasi UPN Veteran Surabaya ini.
Fian menyinggung soal posisi praktisi komunikasi. Sarjana komunikasi yang memiliki profesi di media massa maupun bidang lain yang belum dioptimalkan. Ia mengambil contoh, ci Lombok Post sendiri mulai dari wartawan, redaktur, hingga pimpinan divisi banyak jebolan komunikasi, baik dari universitas di NTB maupun universitas di Jawa. Sayangnya, mereka-mereka ini belum dilibatkan jauh oleh kampus.
“Setidaknya ambil pengalaman mereka ketika terjun di lapangan. Supaya mahasiswa ini tidak hanya teori saja,” ucapnya.
Penyampaian dari Fian ini dianggap oleh Andre cukup menarik. Sudah seharusnya memang keberadaan praktisi komunikasi dioptimalkan. Posisi ini, kata Andre, menjadi salah satu peran dari ISKI memberi masukan. Pria keturunan Minangkabau ini menyebut, sudah tidak zamannya lagi mahasiswa komunikasi diberi teori-teori dalam kelas tanpa merasakan langsung. Ia pun berharap, setelah menjadi sarjana komunikasi peran mereka cukup signifikan di daerah.
“Makanya Mas Fian, untuk eksistensi ISKI di NTB dukungan dari semua sarjana komunikasi diperlukan,” tukasnya.(*)



Asap di Indonesia Membuat Pilu




Indonesia sedang diberondong asap. Daerah paling parah adalah Sumatera dan Kalimantan. Dua pulau tersebut memang memiliki potensi kebakaran hutan tinggi. Apalagi lahan disana gambut, mudah sekali terbakar. Bila sudah terbakar, susahnya dipadamkan. Akibat asap ini masyarakat di Sumatera maupun Kalimantan dibuat repot. Mereka harus menggunakan masker untuk menghalau pekatnya asap. Inveksi saluran pernafasan akut (ISPA) mulai menjangkiti masyarakat.
Dampak kepulan asal, rupanya tidak hanya dirasakan oleh Sumatera dan Kalimantan. Asap mulai menyebar kemana-mana. Bahkan hingga ke negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, sampai Filipina. Indonesia pun mendapat kecaman dari negara-negara tetangga. Mereka keberatan dengan asap yang mulai membuat masyarakatnya terganggu.
Dari pemberitaan di sejumlah media massa menyebutkan, asap dari Sumatera dan Kalimantan juga menyebar di pulau lain di Indonesia diperparah dengan kebakaran di hutan di daerah pulau-pulau lain. Termasuk di NTB juga tidak luput dari kebarakaran hutan. Beberapa waktu lalu, hitan-hitan di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) terbakar. Asap pun mengepul dari TNGR. Tapi, secara garis besar kepulan asap di NTB belum masuk taraf membahayakan. Ini yang membuat daerah Bali dan Nusa Tenggara tidak terdampak polusi asap dari citra satelit.
Asap yang mulai membuat masyarakat Indonesia pilu ini harus dicermati serius penyebabnya. Selain akibat panas berkepanjangan yang memicu kebakaran. Ada pihak tidak bertanggung jawab yang sengaja membakar hutan. Tidak saja perorangan, ada perusahaan yang terlibat di dalamnya. Membakar hutan. Cara mudah untuk membuka lahan baru. Seperti diketahui, di Sumatera dan Kalimantan yang masih banyak hutan mulai digunduli untuk perkebunan dan ladang.
Melihat apa yang terjadi saat ini, pertanyaan besar perlu dilontarkan kepada pemerintah. Seperti apa pengawasan terhadap hutan-hutan yang masih ada.Tidak hanya pembalakan liar. Alih fungsi hutan dengan pembakaran ini termasuk kejahatan. Pemerintah tidak boleh tinggal diam, baik perorangan maupun perusahaan harus diberi efek jera.
Keberatan negara tetangga bisa dimaklumi. Tapi, ketimbang mengumpat kegelapan, bukankah sebaiknya menyalakan lilin. Kenapa negara-negara yang merasa terkena dampak asap tidak ikut membantu Indonesia menangani. Faktanya Indonesia sendiri, mati-matian untuk menghentikan asap yang merugikan masyarakat. Negara tetangga harus bijak melihat masalah asap. Bila selama ini mereka mendapat udara segar dari hutan Indonesia, giliran sekarang asap yang diberikan hutan.(*)