Pernah mengetahui
pola kerja dunia media cetak tahun 1990? Saya memang tidak mengalami langsung.
Tapi, saat terjun ke dunia jurnalis saya mendapatkan cerita soal cara kerja
wartawan media cetak 20 tahun silam. Dari cerita senior wartawan kepada saya
saat tahun pertama di tahun 2010 cukup menggambarkan kerja keras menyajikan
informasi kepada khalayak. Di tahun 90-an, wartawan yang meliput harus membuat
berita dengan tulisan tangan. Kemudian berita itu dibawa ke kantor. Proses
selanjutnya dengan cara manual, menata huruf demi huruf. Baru kemudian naik
cetak. Sementara untuk wartawan dari luar kota, berita hasil tulisan tangan
dititip ke sopir kendaraan umum menuju kota.
Handphone menjadi penyampai informasi yang cepat |
Perjuangan membuat hasil liputan diterbitan lewat koran
cukup panjang. Jadi tidak usah heran, kadang berita yang muncul berselang
sehari setelah kejadian. Zaman itu memang sudah ada telepon rumah. Namun, tidak
semua wilayah di Pulau Lombok memiliki telepon. Informasi peristiwa atau
kejadian pun lambat.
“Pokoknya sekarang sudah enak sekali. Yang penting
aktifkan handphone,” kata senior wartawan pada saya kala itu.
Memang yang disampaikan
tidak berlebihan. Saat tahun pertama menjadi wartawan, saya sangat terbantu
dengan handphone. Tiap ada peristiwa penting, handphone langsung berdering.
Entah itu pesan singkat atau telepon. Ada banyak kejadian yang terbantu dengan
adanya teknologi. Beberapa diantara yang saya anggap kritis adalah ketika
kebakaran melanda pusat pertokoan di Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram pada
24 Desember 2011. Kebakaran terjadi pukul 23.30 Wita. Begitu ada laporan
masyarakat, saya ke lokasi, mengambil gambar, dan wawancara. Deadline berita
pukul 00.30 Wita. Waktu sangat terbatas. Beruntunglah adanya kemudahan
teknologi dan informasi. Dengan handphone Nokia C6, saya bisa mengirimkan foto
dan hasil liputan di lapangan. Tidak itu saja, berkah dari kemudahan teknologi
dan informasi itu terasa saat kebakaran asrama mahasiswa di Kota Mataram di
pertengahan 2011. Kejadiannya dini hari sekitar 02.30 Wita. Mengetahui kejadian
berkat pesan singkat ke handphone. Begitu tiba di lokasi, sudah ada pemadam
kebakaran dan polisi. Bagi seorang jurnalis, peristiwa dan gambar kejadian
cukup penting. Keberadaan handphone membuat informasi diterima lebih cepat.
Masih banyak lagi informasi yang terbantu dengan adanya handphone. Tugas
sebagai jurnalis lebih terbantu.
Informasi dalam
Genggaman
Dunia jurnalis
berhutang cukup besar pada dunia teknologi komunikasi. Setelah terbantu
handphone dengan telepon dan mengirim pesan singkat, di 2012 muncul yang lebih
canggih. Merasakan peran BlackBerry (BB) dan gadget berlayar lebar. BB memang
sudah beberapa tahun sebelumnya hadir. Sayang, harganya masih belum terjangkau.
Mulai 2012 BB dan gadget menjamur. Informasi di dunia media massa seolah tanpa
batas. Apalgi dengan dukungn fitur yang canggih. Ditambah hasil foto lebih
berkualitas. Mengetik berita tidak lagi perlu komputer atau laptop. Jika
sebelumnya menunggu sore hari baru mulai mengetik, setelah ada BB dan gadget.
Pekerjaan lebih taktis.
Dunia digital mulai memegang kendali informasi. |
Kemajuan teknologi komunikasi membuat informasi dalam
genggaman. Kejadian apapun di daerah bisa langsung update. Lebih keren lagi,
isu nasional yang berkaitan dengan daerah langsung tersambung. Smartphone itu
bisa dilengkapi fitur berita online. Kesempatan seorang jurnalis untuk memilah
informasi dan mencari data semakin terbuka. Perangkat yang canggih tidak bisa
dihindari. Smartphone yang bukan lagi barang mewah, membuat gadget mudah
dimiliki. Perangkat digital ini pun langsung diakses pada media sosial (medsos)
seperti Facebook, Twitter, Instagram dan masih banyak lagi. Bagi saya yang
bergelut dengan dunia media massa, jelas menguntungkan. Masyarakat era digital
menghabiskan waktu untuk bersosialisasi di medsos. Entah untuk bekerja atau
iseng belaka. Sisi positifnya banyak peristiwa dituangkan ke dunia online.
Malah beberapa kali masyarakat langsung berinteraksi dengan saya di medsos.
Mengabarkan setiap peristiwa, mulai dari human interest, kejahatan, bencana,
sampai prestasi manusia yang mengundang informasi.
Media sosial pun menjadi bagian keseharian masyarakat digital |
Tentu saja, semua informasi yang beredar di dunia online
tidak bisa ditelan mentah-mentah. Tugas jurnalis mengolah dan memastikan
validitas data. Konfirmasi pada nara sumber terkait pun dilakukan. Meski
teknologi komunikasi telah maju, masih banyak masyarakat yang belum melek
teknologi. Khusus mereka yang menjadi pembaca media cetak, harus diberikan
berita terbaik. Tetap saya mengakui, jurnalis berhutang besar pada kemajuan
teknologi komunikasi.(*)
0 10 komentar:
Post a Comment