PROGRAM-program
yang dijanjikan oleh pusat bagi NTB, tidak terealisasi. Salah satunya janji
Presiden Jokowi memberikan suntikan untuk Mandalika Rp 1,8 triliun. Tidak itu saja, sejumlah program
strategis pun anggarannya gagal turun. Apa yang terjadi?
Kelemahan juru lobi
NTB disebut sebagai salah satu penyebab. Program yang sudah dijanjikan pusat,
tidak bisa turun begitu saja. Janji itu perlu dikawal. Janji itu harus ditagih.
Bila tidak, janji hanya sebatas janji. Disaat daerah lain mendapat suntikan
dana besar dari pusat, maka di NTB gigit jari.
Kegagalan ini
sempat direspon oleh wakil rakyat NTB. Mereka menyebut, wakil NTB di pusat
tidak memiliki gairah mengawal program untuk NTB. Wakil NTB pun dituding kurang
memperhatikan daerahnya. Tentu saja, komen ini segera mendapat respon dari
wakil rakyat NTB di pusat. Menurut mereka, salah bila dikatakan tidak mengawal
program asal NTB. Justru sebagai wakil rakyat asal NTB, yang patut
diperjuangkan adalah masyarakat NTB. Budaya saling menyalahkan terjadi di
antara wakil rakyat. Wakil yang dipilih oleh rakyat itu bukannya mencari
solusi, malah sibuk menyalahkan. Sudah tidak zamannya saling tunjuk.
Bila melihat wakil
rakyat NTB di pusat, cukup memiliki peran besar. Sebut saja Prof Farouk
Muhammad yang merupakan Wakil DPD RI, belum lagi nama H Rachmat Hidayat yang
berasal dari partai penguasa yaitu PDI Perjuangan. Yang jelas, wakil rakyat
dari NTB lainnya baik di DPD dan DPR RI, ukan kacangan. Mereka sudah lama
terjun di dunia politik maupun pemerintahan. Sudah hafal, seperti apa cara
pusat supaya bisa menggelontorkan dana ke daerah.
Ketimbang debat
kusir dan saling menyalahkan, wakil rakyat baik di provinsi maupun pusat,
segera duduk bersama. Mencari solusi terbaik supaya program pusat bisa mengucur
ke NTB. Karena dari program itu, ikut memberikan kemakmuran dan kesejahteraan
bagi NTB. Karena tidak menutup kemungkinan wakil rakyat di daerah, kurang aktif
berkomunikasi. Banyak yang sibuk dengan urusan golongan atau kelompoknya. Lupa
tugas awalnya.
Selain wakil
rakyat, tentu pemerintah provinsi juga harus lebih tanggap. Harus lebih rajin
untuk menunjukkan program ke pusat. Membeberkan persoalan yang masih terjadi di
daerah. Percuma kalau hanya sekadar komplain dan protes di daerah. Pusat tidak
mendengar jelas. Satu-satunya jalan supaya pusat mendengar dengan jelas adalah
mengejarnya di Jakarta.(*)
0 10 komentar:
Post a Comment