Friday 30 October 2015

Gaya Entertainer Dunia Olahraga



SEJAK balapan di Sirkuit Sepang, nama MotoGP kian melejit. Tidak hanya serunya siapa jawara di kelas premier MotoGP. Keseruan justru muncul karena Valentino Rossi calon jawara membuat Marquez tersungkur di Sepang, Malaysia. Rossi yang sedang bersaing dengan Lorenzo menjadi juara Moto GP 2015, akhirnya ke pinalti tiga poin. Ini membuat The Doctor (julukan Rossi) bakal memulai start paling belakang di MotoGP Valencia. Seri pemungkas yang sangat menentukan siapa jawara MotoGP 2014/2015.
Selepas balapan di Sepang, keseruan MotoGP tidak lagi berkutat soal Lorenzo dan Rossi yang bakal menjadi juara. Perhatian publik justru mengarah soal tindakan Rossi menjatuhkan Marquez. Rossi dinilai tidak sportif. Marquez dituding membantu Lorenzo menjadi juara MotoGP. Tidak hanya di level pendukung. Saling dukung pun muncul dari negara masing-masing. Perdana Menteri Italia dan Spanyol sama-sama memberikan dukungan untuk pembalap mereka. Tentu mereka juga membela apa yang sudah dilakukan oleh pembalap dari negeri pizza dan negeri matador. Benar menurut versi mereka.
Adu persepsi ini bahkan membentuk dua kubu. Kubu Rossi dan kubu Marquez. The Doctor yang lebih senior di MotoGP mendapat dukungan begitu banyak. Para pendukungnya rata-rata menyebut, Marquez berkomplot membantu Lorenzo. Alasannya, dua pembalap ini sama-sama asal Spanyol. Masuk akal. Memang Rossi dikepung oleh rider Spanyol saat meraih peringkat tiga di Sepang. Sementara kubu Marquez menilai Rossi tidak pantas melakukan hal tersebut. Bahkan mereka menganggap, Rossi pantas diganjar hukuman lebih berat karena membuat Marquez jatuh.

Yang pasti, MotoGP 2015 menjadi kian seru karena perdebatan ini. Setelah sebelumnya disebut tiket di Sepang terjual habis. Giliran tiket di seri terakhir Valencia sold out sejak sepuluh hari jelang balapan. Banyak pihak yang kemudian mengaitkan ini sebagai strategi pemasaran. Perang urat saraf dalam dunia MotoGP sebenarnya pernah tersaji ketika Rossi baru menjajal kelas premier. Saat itu ia bersaing dengan senior satu negaranya Max Biaggi. Perseteruan mereka di lintasan juga terbawa sampai luar. Tidak saling tegur dan kadang saling sindir. Tapi, itu yang bikin MotoGP saat itu menarik ditonton. Lihat bagaimana dengan Marquez yang menjadi juara dunia 2013/2014, masih tersisa lima seri juaranya sudah kelihatan. Penonton bosan.
Dalam dunia olahraga entertainer ikut mengatrol pendapatan. Tidak mengherankan kalau kejadian Rossi versus Marquez mengingatkan final piala dunia 2006. Saat itu Zidane dengan sengaja menanduk Materazzai. Zidane kena kartu merah dan Prancis tersungkur di final. Kejadian itu justru lebih dikenang. Membuat pamor piala dunia 2006 lebih diingat. Malah kalau tidak ada kejadian itu, belum tentu Italia akan juara dunia.
Sebagai penonton kita bebas mengomentari dan memberi pendapat. Patut dicatat, jangan terpancing emosi berlebihan. Ini hiburan dan bagian dari dunia olahraga menarik penonton. Dunia olahraga kadang tidak melulu soal sportivitas, semangat, dan loyalitas. Infotainment juga asyik.(*)



0 10 komentar:

Post a Comment