Saturday 17 October 2015

Ingin Air PDAM Langsung Minum

Direktur Utama PDAM Giri Menang

HL Ahmad Zaini


Perusahaan air minum PDAM Giri Menang, melayani distribusi air untuk Lombok Barat dan Kota Mataram. Kinerja PDAM kerap disoal ketika air ngadat. Tantangan besar bagi jajaran PDAM Giri Menang bisa memberi pelayanan optimal. Direktur Utama PDAM Giri Menang HL Ahmad Zaini kembali terpilih untuk periode kedua memimpin perusahaan pelat merah ini. Dalam beberapa kesempatan Zaini mengatakan, tahun 2015 bakal ada revitalisasi pipa-pipa PDAM di Lombok Barat maupun Kota Mataram. Dikatakan, banyak pipa yang usianya sudah uzur. Idealnya 20 tahun usia maksimal pipa air beroperasi.
“Kenyataan ada usia pipa antara 35-45 tahun. Ini perlu pembenahan,” katanya.
Bukan perkara mudah, kata Zaini, mengganti pipa uzur. Dengan perkembangan pembangunan di Lombok Barat dan Mataram, ada kendala dihadapi. Khusus di Mataram jalur pipa banyak di tengah jalan. Sementara PDAM tidak bisa asal pasang. Perlu koordinasi dengan Balai Jalan Nasional (BJN) maupun PLN Wilayah NTB.
“Di bawah tanah kondisinya sudah semerawut. Tantangan buat PDAM untuk pembaruan pipa,’’ akunya.
Dijelaskan, anggaran penggantian pipa tak jadi soal. Pusat menggelontorkan Rp 50 miliar tahun ini. Justru PDAM Giri Menang berpikir keras supaya kompromi pemasangan bisa dilakukan. Tidak dipungkiri saat ini jalan di Mataram sudah mulus. Kondisi pipa pun sekarang berbeda. Dahulu pipa ada di pinggir. Banyak jalan dibangun dan diperlebar. Posisi pipa PDAM yang semula di pinggir pun kini pindah di tengah jalan.
“Jalan mulus penting. Rumah tangga dapat air tidak kalah pentingnya,” tambah suami Eryuwati ini.
Kegalauan Zaini cukup beralasan. Di awal memimpin PDAM Giri Menang empat tahun silam, jumlah pelanggan air masih 69 ribu baik dari Lombok Barat maupun Mataram. Di periode kedua menjadi dirut konsumennya tembus 100.949 rumah tangga. Rinciannya Mataram 63.323 rumah tangga dan Lombok Barat 37.626 rumah tangga. Lonjakan konsumen harus diantisipasi. Sebaran pipa untuk menyalurkan air harus ditingkatkan kemampuannya.
“Untuk kawasan yang belum masuk ditambah pipa baru,” bebernya.
Salah satu cita-citanya sebagai dirut, lanjutnya, seluruh warga Lombok Barat dan Mataram bisa menikmati air PDAM. Tidak dipungkiri, dengan jumlah konsumen saat ini belum seluruhnya puas. Terlebih di beberapa kawasan, air tidak mengalir deras.
“Setiap masukan ada pelayanan kurang segera diperbaiki. Tapi, bukan berarti masalah membuat saya tidak berani terus mengembangkan jangkauan pelayanan,” bebernya.
Menurutnya, selain beberapa kawasan yang alirannya kurang optimal, bisa diperbaiki dengan penggantian pipa. Ukuran pipa lebih besar. Otomatis debit air mengalir kian besar. Pipa lama memang kurang ideal melayani seiring pertumbuhan konsumen. Sedangkan rumah tangga yang belum mendapat aliran air PDAM, harus diatasi. Seperti di Mataram, kondisi air sumur tidak layak konsumsi.
“Makanya perlu ada kompromi supaya jaringan pipa bisa ditambah ataupun diganti,” imbuhnya.
Ayah dua anak ini mengungkapkan, banyak tantangan baru perlu segera dituntaskan. Sebelumnya, ia sudah “mencuci otak” jajarannya. Pegawai PDAM Giri Menang bergaya birokrat diubah menjadi entrepreneur alias pengusaha. Pola pikir pengusaha adalah selalu memberikan pelayanan terbaik. Tahap awal dimulai dengan merombak tatanan kantor. Bangunan di Jalan Pendidikan dipermak. Pelayanan konsumen lebih terbuka.
“Image PDAM mulai berubah. Masih ada kekurangan saya akui, tapi perubahan sudah nyata,” sebutnya.
Langkah Zaini itu tidak sia-sia. Sepanjang 2013-2014, Australia memberikan bantuan untuk sambungan air minum gratis. Tidak tanggung-tanggung, sambungan gratis untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) jumlahnya sampai 13 ribu sambungan. Warga Mataram mendapat 6 ribu sambungan dan Lombok Barat 7 ribu sambungan.
“Sekarang dari pusat ikut memberikan bantuan sambungan gratis,” tambahnya.
Bapak kelahiran Praya, Lombok Tengah ini menyebut, aset PDAM Giri Menang naik signifikan. Dari semula Rp 88 miliar, sekarang tembus Rp 232 miliar. Anggaran APBN tetap dikucurkan. Itu berarti bisa memberikan keyakinan di pusat. Sementara penyertaan modal daerah naik dari Rp 51 miliar menjadi Rp 122 miliar.
“Pemkab Lombok Barat, Pemkot Mataram, dan Pemprov NTB memiliki perhatian tinggi,” imbuhnya.
PDAM Giri Menang, lanjut Zaini, ingin ke depan air PDAM bisa langsung minum. Banyak kalangan menyebut, keinginan ini terlalu muluk. Tapi, menurutnya justru dari sekarang harus mulai ada keberanian. PDAM Giri Menang telah mempersiapkan lokasi di Lombok Barat dan Mataram. Ada titik dengan proteksi khusus. Dimulai dari kualitas air cukup. Memahami tupografi wilayah. Mengantisipasi tingginya utilitas kawasan.
“Ini mimpi besar, pasti berat. Prosesnya harus dimulai,” terang Bapak 45 tahun ini.
Di kota-kota besar, sambungnya, tidak sekadar menyediakan air pam siap minum. Perusahaan air sanggup mengolah air rumah tangga menjadi air konsumsi. PDAM sudah sanggup mengolah air. Tidak cuma mengandalkan air dari mata air. Ke depan, PDAM Giri Menang pun harus berani mengadopsi.
“Itu air untuk mandi atau mencuci piring kan sumbernya dari air PDAM. Seharusnya memang PDAM harus bisa mengolahnya, disana sanggup kenapa kita tidak,” tukas Zaini tertawa..

Mata Air Terus Berkurang

Sumber air di rumah tangga pelanggan PDAM berasal dari mata air. Jumlah mata air di Hutan Sesaot dan sekitarnya terus berkurang. Dirut PDAM Giri Menang HL Ahmad Zaini menyadari pentingnya menjaga hulu. Memperhatikan hilir air saja tidak cukup. Perusahaan air bersama masyarakat, terutama di sekitar mata air penting memelihara air. Perusahaan memiliki corporate social responsibility (CSR). Dana itu didorong sampai ke kelompok masyarakat.

“Perusahaan tidak bisa survive tanpa peduli lingkungan,” katanya.
Dikatakan, Hutan Sesaot kini tidak selebat dahulu. Jumlah pohon terus berkurang. Selain karena penebangan liar, kurangnya vegetasi akibat pertambahan penduduk. Kondisi itu ikut mempengaruhi keberadaan mata air. Pohon menjadi penjaga kelestarian mata air.
“Itu pentingnya gerakan reboisasi bersama masyarakat,” sambungnya.
Belum lama ini, lanjutnya, bersama Pemkab Lombok Barat dan kelompok masyarakat ia menggelar penanaman ribuan pohon di kawasan Hutan Sesaot. Masyarakat yang terlibat menanam pohon, memiliki kontribusi besar. Langkah itu menjaga keberadaan air. Dirasakan hingga beberapa tahun mendatang.
“Itu bisa dikatakan termasuk shadaqah jariyah untuk air,” imbuhnya.
Saat ini, lanjut Zaini, tidak banyak masyarakat sadar pentingnya air. Kondisi air berlimpah kerap diabaikan. Padahal, akibat air bisa memicu konflik. Masyarakat rela berkelahi sampai bertukar nyawa demi air.

“Ada nanti waktunya harga air lebih mahal dari apapun. Perlu dari sekarang kita menjaga air,” pintanya.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment