Friday 30 October 2015

Asap di Indonesia Membuat Pilu




Indonesia sedang diberondong asap. Daerah paling parah adalah Sumatera dan Kalimantan. Dua pulau tersebut memang memiliki potensi kebakaran hutan tinggi. Apalagi lahan disana gambut, mudah sekali terbakar. Bila sudah terbakar, susahnya dipadamkan. Akibat asap ini masyarakat di Sumatera maupun Kalimantan dibuat repot. Mereka harus menggunakan masker untuk menghalau pekatnya asap. Inveksi saluran pernafasan akut (ISPA) mulai menjangkiti masyarakat.
Dampak kepulan asal, rupanya tidak hanya dirasakan oleh Sumatera dan Kalimantan. Asap mulai menyebar kemana-mana. Bahkan hingga ke negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, sampai Filipina. Indonesia pun mendapat kecaman dari negara-negara tetangga. Mereka keberatan dengan asap yang mulai membuat masyarakatnya terganggu.
Dari pemberitaan di sejumlah media massa menyebutkan, asap dari Sumatera dan Kalimantan juga menyebar di pulau lain di Indonesia diperparah dengan kebakaran di hutan di daerah pulau-pulau lain. Termasuk di NTB juga tidak luput dari kebarakaran hutan. Beberapa waktu lalu, hitan-hitan di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) terbakar. Asap pun mengepul dari TNGR. Tapi, secara garis besar kepulan asap di NTB belum masuk taraf membahayakan. Ini yang membuat daerah Bali dan Nusa Tenggara tidak terdampak polusi asap dari citra satelit.
Asap yang mulai membuat masyarakat Indonesia pilu ini harus dicermati serius penyebabnya. Selain akibat panas berkepanjangan yang memicu kebakaran. Ada pihak tidak bertanggung jawab yang sengaja membakar hutan. Tidak saja perorangan, ada perusahaan yang terlibat di dalamnya. Membakar hutan. Cara mudah untuk membuka lahan baru. Seperti diketahui, di Sumatera dan Kalimantan yang masih banyak hutan mulai digunduli untuk perkebunan dan ladang.
Melihat apa yang terjadi saat ini, pertanyaan besar perlu dilontarkan kepada pemerintah. Seperti apa pengawasan terhadap hutan-hutan yang masih ada.Tidak hanya pembalakan liar. Alih fungsi hutan dengan pembakaran ini termasuk kejahatan. Pemerintah tidak boleh tinggal diam, baik perorangan maupun perusahaan harus diberi efek jera.
Keberatan negara tetangga bisa dimaklumi. Tapi, ketimbang mengumpat kegelapan, bukankah sebaiknya menyalakan lilin. Kenapa negara-negara yang merasa terkena dampak asap tidak ikut membantu Indonesia menangani. Faktanya Indonesia sendiri, mati-matian untuk menghentikan asap yang merugikan masyarakat. Negara tetangga harus bijak melihat masalah asap. Bila selama ini mereka mendapat udara segar dari hutan Indonesia, giliran sekarang asap yang diberikan hutan.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment