Monday 28 September 2015

Hutan Aik Nyet yang Disayang Warganya



Belajar Menjaga Hutan dari Dusun Aik Nyet, Lombok Barat

Hutan Sesaot, Lombok Barat cukup ramai di akhir pekan. Mobil dan otor tampak terparkir begitu memasuki area hutan. Meski diluar matahari cukup menyengat, masuk ke hutan lebih sejuk. Penyebabnya tentu pohon besar dengan kanopi rapat yang berjajar. Motor terus melaju memasuki Desa Buwun Sejati, begitu tertulis di gapura. Di kawasan ini ada satu mata air yang mengalir sepanjang tahun meski tengah kemarau. Hujan yang tak kunjung turun,membuat mata air dan sungai mengering. Lalu apa yang membuat salah satu mata air di sekitar Hutan Sesaot, tetap mengalir dengan deras?. Sejumlah pemuda yang dijumpai di sekitarHutan Sesaot mengarahkan untuk mencari tahu soal mata air tersebut ke Kepala Dusun (Kadus) Aik Nyet. Tidak sulit untuk mencapai rumah kadus.
“Silahkan masuk, apa yang bisa dibantu,” sapa Kadus Aik Nyet Nurjayadi pada wartawan Lombok Post.  
Nurjayadi terdiam sesaat, ketika ditanya soal mata air di wilayahnya yang mengalir sepanjang tahun.
“Oh, itu Pancor Enem atau bisa disebut mata air Batu Belah,’’ katanya.
Dari mata air itu, diceritakannya, ratusan kepala keluarga (KK) di Dusun Aik Nyet mendapat penghidupan. Mulai dari memasak, mandi, dan mencuci dipenuhi oleh mata air itu. Di musim kering seperti saat ini, airnya begitu dibutuhkan masyarakat.
“Saat panas begini memang banyak mata air kering. Pancor Enem tetap mengalir, meski tidak sederas saat musim hujan,’ ujarnya.
Bapak berkumis tipis ini mengungkapkan, kelestarian hutan rahasia yang membuat mata air Pancor Enem tetap lestari. Mata air dikelilingi banyak pohon.
“Keterlibatan masyarakat menjaga alam bagus, menanam dan mencegah adanya penebangan pohon sembarangan. Untuk lebih jelas biar saya telpon ketua komunitas pemuda disini,” lanjutnya.
Tidak sampai 10 menit, dua pemuda langsung masuk ke rumah kadus. Satu bernama Herman dan satu lagi Wiramdi. Herman adalah Ketua Aliansi Pemuda Aik Nyet atau lebih dikenal Alpa. Komunitas yang cukup aktif untuk menjaga kelestarian hutan. Para pemuda bersama warga dari lima RT rajin membuat kegiatan di hutan. Beberapa waktu lalu mereka gotong royong menanam pohon.
“Selain tanam pohon. Kami bersama-sama membersihkan sampah,” kata Herman.
Herman mengakui, debit air dari mata air Pancor Enem saat kemarau berkurang drastis. Kelestarian hutan membuat mata air mengalir sepanjang tahun. Herman pun mengajak melihat mata air Pancor Enem. Jarak dari parkir Aik Nyet hanya beberapa puluh meter. Mata air dikelilingi pohon-pohon besar dan tinggi. Teduh dan sejuk suasananya.
“Saat musim hujan, air dari Pancoran Enem bisa meluber sampai sekitar warung,”ucap Herman.

Airnya bening seperti kaca. Rasanya segar sekali. Tidak mengherankan kalau beberapa anak-anak asik mandi dibawah pancuran. Bahkan ada yang membawa bebek-bebekan seperti ketika ada di kolam renang umum. Anak-anak ini terlihat bahagia dengan adanya mata air tersebut.



 Dalam obrolan mengenai mata air itu, muncul anggota Alpa lainnya Juin Nurul Azmi. Pemuda ramah yang akrab disapa Jo ini pun ikut nimbrung. Ia cukup bersemangat bercerita nasib hutan di Dusun Aik Nyet. Beruntung hutan tersebut masih bisa lestari. Luput dari perambahan hutan karena kesadaran warganya. Di dusun lainnya seperti Kumbi dan Lembah Sempaga. Kayu-kayu hutan banyak ditebang untuk dijadikan uang.
 “Padahal pohonnya itu, dirangkul orang lima baru bisa. Saking besarnya,” katanya.
Setelah banyak pohon ditebang, kata dia, tentu mata air ikut hilang. Akar pohon sebagai penyimpan air. Beruntung, di sekitar mata air Pancoran Enem pohon Mahoni dan Bajur masih ada. Meski ukurannya tidak sebesar seperti di Dusun Kumbi maupun Lembah Sempaga. Kesadaran masyarakat menjaga hutan juga memberi penghasilan. Hutan menjelma menjadi “mesin uang” bagi warga sekitar. Hutan di Dusun Aik Nyet dilirik oleh masyarakat luar sebagai tempat wisata. Sering menjadi camping ground.
“Ini kemudian yang membuat masyarakat berinisiatif membuka warung-warung. Awalnya hanya satu,” ceritanya.
Sekarang, kata Jo, jumlah pedagang disekitar mata air cukup banyak. Kuncinya adalah karena masyarakat sadar menjaga hutan. Ia yakin, bila kesadaran itu terus terjaga, maka hutan akan menjadi penghidupan bagi masyarakat. Apalagi, kawasan itu sudah dianggap sebagai ekowisata terpadu.
“Tinggal bagaimana peduli kebersihannya saja mas,” sambungnya.

Apa yang disampaikan oleh Jo tidak berlebihan, disaat bersamaan hadir Bhabinkamtibmas Brigpol Ade yang sedang mengecek rencana kemah mahasiswa salah satu universitas di Mataram. Anggota Polsek Narmada itu memastikan kebenaran rencana kemah.
“Koordinasi sama Alpa, memastikan lagi,” ucap polisi ramah ini.
Warga Pagutan Permai Mataram ini menyebut, kawasan hutan di sekitar mata air Pancoran Enem ini masih terjaga. Masyarakat memiliki kesadaran tinggi menjaga lingkungan di hutan. Tidak ada masyarakat yang menebang pohon. Itu yang membuat suasananya asri dan sejuk.
“Makanya yang bosen di kota bisa kesini, santai merasakan kesejukan. Sering juga ada yang kemah,” ucapnya.

Kesadaran warga Dusun Aik Nyet menjaga hutan ini perlu ditiru. Seperti kisah bebek bertelur emas. Tidak perlu membunuh bebeknya untuk mengambil telurnya. Memeliharanya dengan baik, maka telur emas akan keluar sendirinya.(*)



0 10 komentar:

Post a Comment