Thursday 22 October 2015

Jualo.com Dedikasi Bagi Anak Jalanan



Dedikasi Chaim Fetter “Bule Belanda” untuk Lombok (2-Habis)

JANGAN buru-buru mengklaim memiliki materi berlimpah, kebahagiaan anda sudah lengkap. Apalah artinya memiliki banyak uang, kalau tidak ada kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kebahagiaan itu yang akhirnya membuat “Bule Belanda” bertahun-tahun di Pulau Lombok mengurusi anak jalanan. Chaim Joel Fetter, memang dilahirkan bukan dari keluarga berada. Kekurangan yang membuat kreativitasnya berjalan cepat. Berumur 13 tahun, Chaim sudah membuat website.
“Kira-kira tiga tahun kemudian saya sudah punya bisnis buat website e-commerce (perdagangan elektronik) Waktu saya berumur 20 tahunan, saya sudah mapan,” kata Chaim. 

Tujuan hidup itu yang kemudian ditemukan dengan mendirikan Yayasan Peduli Anak (YPA) di Desa Langko, Kecamatan Lingsar Lombok Barat. Sepuluh tahun berjalan, anak-anak yang dahulu di jalanan hidupnya mulai membaik. Fakta lain yang cukup menggembirakan buat Chaim, di Indonesia YPA menjadi LSM percontohan. Ini semakin memotivasinya bersama rekan-rekannya untuk terus bekerja melanjutkan visi dan misi yayasan yaitu memberikan kehidupan yang aman dan bermakna kepada anak-anak yang kurang beruntung.
“Saya berharap YPA bisa menjadi yayasan yang bergerak nasional, dan bekerja sama dengan berbagai pihak baik individu, bisnis, maupun pemerintah untuk memberi peluang akan masa depan yang cerah bagi anak-anak,” beber Chaim.
Meski pemerintah memberi support, ada rekannya di Belanda memberi donasi, biaya operasional yang dibutuhkan terus bertambah. Chaim terus terang, sangat berharap dukungan dari banyak pihak. Tapi, Chaim menunjukkan kalau dedikasinya untuk anak jalanan 100 persen. Tidak ingin hanya menunggu donasi. Itu yang akhirnya membuatnya hijrah ke Jakarta mencari uang. Bila dahulu Chaim menjual perusahaan di Belanda untuk membantu anak jalanan, ia akhirnya memutuskan mendirikan perusahaan di Indonesia untuk kembali menyelamatkan anak jalanan.
“Bersama teman akrab saya, kami menggagas ide tentang Jualo.com pada tahun 2013. Lalu meluncurkan website Jualo.com tahun 2014 sebagai platform untuk jual beli barang bekas,” ceritanya.

Visi dari bisnisnya adalah membuat situs jual beli yang menyediakan beragam layanan, dari pasang iklan, distribusi sampai pembayaran online. Indonesia adalah pasar besar, dimana pengguna internetnya berkembang cukup pesat. Tapi ada masalah serius didalamnya seperti masalah distribusi, pembayaran (orang lebih suka bayar tunai), terakhir kepercayaan pengguna layanan online masih rendah. “Oleh karena itu, kami mengembangkan Jualo.com untuk memecahkan masalah-masalah tersebut,” terang pria kelahiran Baarn, Belanda ini.
Dalam situs tersebut, lanjutnya, sekaligus memberikan pengalaman belanja barang bekas yang terbaik di Indonesia. Berdasarkan pemahamannya, tentang konsumen Indonesia. Chaim membangun platform yang paling memahami kebiasaan penjual dan pembeli di Indonesia.
“Sebagai contohnya, kami punya fitur GEO Search yang membantu pengguna untuk mencari barang-barang di sekitar mereka. Selain itu kami juga mengembangkan sistem escrow atau rekening bersama (untuk pembayaran via transfer yang aman),” terangnya.
Suami Martina Natratilova melanjutkan, meski tergolong baru terbukti Jualo.com terus berkembang setiap hari dan menjadi situs nomor dua di Indonesia, setelah hanya satu tahun beroperasi. Dukungan tim kecil yang bekerja keras untuk menjadikan terbaik di pasar menjadi kuncinya. 
Saat ini, kata Chaim, Jualo.com bisa dinikmati gratis dan sudah ada jutaan pengguna setiap bulannya. Situs tersebut sudah menghasilkan uang sejak hari pertama. Ia percaya bahwa bisnis yang baik adalah bisnis yang mendatangkan penghasilan.
“Sebagian dari penghasilan tersebut kami sumbangkan ke YPA untuk membantu program pendidikan dan kesehatan anak,” aku pria 34 tahun ini.


Jualo.com, kata Chaim, memang lahir di Indonesia, namun target besar sudah dipatok. Bakal mengembangkan layanan secara regional dalam waktu dua tahun kedepan.
“Harapan kami, Jualo.com bisa menjadi kisah sukses online di Indonesia dan menjadi contoh bagi para wirausahawan teknologi di Indonesia,” sambungnya.


Chaim berujar, saat ini masih perlu rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama-sama menolong anak-anak. Dikatakan, saat diundang jadi salah satu bintang tamu di episode yang mengangkat tentang kaum minoritas, seperti anak-anak jalanan. Chaim senang bisa berbagi di acara tersebut dan mendapat reaksi positif dari masyarakat. Meski demikian, dukungan positif tersebut juga diwujudkan menjadi aksi yang lebih kongkrit.
“Misalnya, dari acara yang ditonton 20 juta pemirsa di rumah, hanya empat orang yang memberi donasi ke anak-anak di yayasan,” tukasnya.



Chaim yang dari Belanda saja begitu peduli terhadap anak jalanan. Pertanyaannya tentu, sudahkah kita peduli dengan anak-anak jalanan di sekeliling kita?. Seperti kata Chaim memberi mereka uang di jalan bukan solusi. Mari peduli dengan cara dan profesi kita masing-masing. Mereka yang di jalan juga berhak untuk menikmati masa mudanya dengan lebih baik.(*)

1 comment: