Sunday 4 October 2015

Tenun NTB yang Menggoda



DERETAN pertokoan di Jalan Energi tepat disamping Kantor Bidy Tour ada outlet bertuliskan rumah tenun. Begitu masuk ke dalam outlet tersebut jajaran pakaian dari kain tenun sudah menyambut. Ada juga meja yang khusus menyediakan kain tenun yang masih dalam bentuk lembaran. Toko ini milik Linda Hamidi Grander. Ibu satu anak ini dengan bersemangat bercerita , ada model senior asal Surabaya yang memborong berbagai karya tenun miliknya. Tenun NTB memang menggoda. Tidak hanya di kancah nasional, tenun asal NTB juga berhasil menggoda pecinta mode mancanegara.
Membeli busana dari kain tenun tidak seperti membeli pakaian biasa. Ada karya yang ikut dibeli oleh konsumen. Sebagai seorang desainer kain tenun, ia mengaku, gampang-gampang susah untuk membuat busana berbahan kain tenun. Tidak seperti kain biasa yang bisa menyesuaikan dengan desain. Membuat busana dari kain tenun, desainer yang harus mengikuti motif pada kain.
''Tidak bisa sembarangan. Selain kainnya terbatas, harganya juga mahal,'' bebernya.

Diceritakan, rumah tenun yang dibuka sejak 2009 silam itu kerap menjadi jujukan orang dari luar daerah yang ingin membeli busana kain tenun. Apresiasi pada busana kain tenun yang diberikan oleh warga lokal sendiri, belum setinggi seperti warga luar daerah. Busana yang dijual dengan kisaran harga Rp 200-700 ribu untuk jenis rok atau Rp 750 ke atas untuk long dress masih dianggap mahal.
''Padahal sebenarnya relatif juga. Busana dari kain tenun ini harga kainnya saja sudah mahal,'' bebernya.
Bagi yang paham akan kain tenun, tentu tahu seperti apa rumitnya membuat kain ini. Tidak seperti kain dari pabrik yang dibuat oleh mesin. Untuk kain tenun, dikerjakan secara manual. Menyusun helai demi helai benang. Prosesnya panjang. Butuh berbulan-bulan menyelesaikan selembar kain tenun.

Linda mengungkapkan, pecinta kain tenun sendiri, bisa menempatkan diri. Busana menggunakan kain tenun, berbeda dengan busana pada umumnya. Biasanya pecinta kain tenun hanya menggunakan kain tenun pada acara-acara penting.
''Kalau sehari-hari jarang pakai kain tenun,'' imbuhnya.
Ditambahkan, ada tujuan utama pentingnya mengenalkan busana kain tenun. Kain tenun sebagai salah satu kearifan lokal yang dihasilkan masyarakat. Tidak seperti kain dari pabrik yang sekali jadi. Geliat kain tenun NTB yang menggoda, patut untuk terus dipertahankan.
''Prosesnya ini mahal dan memiliki nilai seni'' imbuhnya.
Ibu ramah ini bercerita, daerah di NTB memiliki motif tenun masing-masing. Tiap daerah memiliki keunikan masing-masing. Pilihan Linda jatuh pada tenunan dari Desa Ungga dan Pringgasela, Lombok Timur.

Linda mengaku cukup senang bila ada masyarakat yang datang ke rumah tenun, meski hanya melihat-lihat. Menurutnya, dengan melihat kain tenun lokal masyarakat bisa mengenal karya asli daerah. Masyarakat NTB harus bangga dengan tenun daerah. Saat ini tenun NTB sudah menggoda banyak daerah. Jangan sampai di daerah sendiri, tenun NTB justru tidak mendapat tempat.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment