Melihat Kondisi Singapura Terkini (1)
Kondisinya nyaman dan bersih. Kondisi yang jelas membuat penumpang yang datang nyaman. Layak bila bandara milik Singapura ini dinobatkan sebagai salah satu bandara terbaik di dunia.
Rombongan wartawan yang dipandu oleh
tour guide bernama Harbans Kaur. Begitu bus yang
ditumpangi melaju meninggalkan bandara, rombongan ini sudah dibuat heran dengan
kondisi negara berlambang Merlion ini. Meski luasnya hanya 721 kilometer
persegi, tidak terlihat ada kemacetan. Padahal jalan yang dimiliki tidak
terlalu lebar. Untuk ukuran weekend di negara makmur seperti Singapura, jalanannya longgar Sepanjang jalan mata dimanjakan pohon teduh. Taman
bunga di tengah jalan membentang. Semuanya bersih dan rapi.
"Untuk taman dan pohon Singapura
memang mengupayakan serius," kata Harbans.
Perempuan berkacamata ini membeberkan,
lalu lintas di Singapura tidak terlalu padat karena lebih banyak menggunakan
kendaraan umum. Ada tiga kendaraan umum yang kerap dihunakan. Taksi maksimal
dengan penumpang empat orang. Bisa digunakan dini hari, tarifnya memang mahal.
Untuk yang lebih murah masyarakat bisa memilih bus umum. Bus jalan mulai pukul
06.30 sampai 24.00. Naik bus dengan uang pas. Jarak jauh dekat, tarifnya jelas.
Pilihan kendaraan terakhir adalah kereta api di bawah tanah. Memiliki rute yang
jelas. Tarifnya juga tidak terlalu mahal.
"Ini yang membuat lalu lintas
teratur," lanjutnya.
Meski kendaraan umum jadi urat nadi
penghubung, bukan berarti kendaraan pribadi jarang terlihat. Kendaraan pribadi
dengan harga selangit berseliweran. Ferrari dan Lambhorgini beberapa
kali melintas. Tapi, mereka tidak selalu memakai kendaraan pribadi setiap hari.
Kendaraan kelas premium yang tidak sembarangan orang bisa memilikinya.
Selain kendaraan, faktor lain yang
membuat lalu lintas di Singapura bagus adalah kedisiplinan pejalan kaki. Mereka
tidak boleh menyeberang sembarangan. Ada jalur zebra cross yang khusus dipakai
menyeberang. Jika ada masyarakat melanggar, bisa kena denda.
"Disini tidak bisa sembarangan
menyeberang jalan. Semua yang memakai kendaraan pribadi sangat menghargai
waktu, kalau kita menyeberang sembarangan bisa ditabrak," beber Harpans.
Pemandangan ini tentu sulit dijumpai
di Indonesia khususnya di Pulau Lombok. Untuk menyeberang jalan bisa dilakukan
di semua jalur. Malah jembatan penyeberangan saja tidak dihiraukan. Punismant
bagi para pelanggar ini cukup berat, sudah diatur di undang-undang Singapura. Bicara
soal sanksi, Singapura memang negerinya hukuman.
Menurut Harbans, semua hal yang
berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat memiliki rambu jelas. Itu salah satu
sebab Singapura menjadi tertib. Imbasnya pun mengarah pada soal kebersihan.
Mereka yang membuang sampah sembarangan bakal diancam denda. Sanksi itu yang
membuat nyali masyarakatnya ciut. Jangankan membuang bungkus makanan, snack
atau boto air mineral. Buang puntung rokok sembarangan saja bisa kena masalah.
Seperti cerita seorang bule yang kena denda karena membuang puntung rokok
sembarangan. Ceritanya, ada bule tinggal di apartemen, dia asik merokok dan
membuang puntung dari atas apartemen. Bule tersebut cuek saja, ia tidak tahu closed
curcuit televisi (CCTV) tersebar di berbagai titik. Akibatnya si bule harus menerima denda cukup besar.
Setelah dihitung ada 37 buah puntung dibuang sembarangan.
"Kena denda 2.000 Dollar
Singapura," ucapnya.
Bila dihitung satu Dollar Singapura Rp
9.700, bisa dibayangkan berapa rupiah harus dikeluarkan. Harbans pun
menyarankan rombongan kuli tinta Indonesia meniru gaya warga Singapura. Kebanyakan warga Singapura menyimpan bungkus
makanan sebelum membuangnya. Sekalipun itu bungkus permen. Mereka menghindari
terkena denda berat. Tidak semua titik bisa menjumpai tong sampah.
Aturan seperti ini juga berlaku pada
perokok. Di Singapura bukan surga bagi perokok. Mereka yang merokok sangat dibatasi. Hanya di lokasi tertentu bisa menghisap rokok. Bagi yang perokok
berat, ini menjadi masalah besar. Harbans pun mewanti-wanti rombongan jurnalis
supaya mengindahkannya.
Apakah warga Singapura sendiri disiplin?
Dikatakan Harbans, tidak semuanya memiliki disiplin tinggi. Ada saja yang
curi-curi pelanggaran di jalan, buang sampah sembarangan, ataupun merokok.
Namun, jumlah mereka tidak banyak. Mereka yang melanggar ini harus hati-hati
karena CCTV terus mengintasi.
“Sebaiknya jangan melanggar lah, nanti
repot,” ucap perempuan keturunan India ini.
Kedisiplinan yang lahir karena ada
sanksi tegas ini membuat Singapura tertib. Sendi-sendi kehidupan diatur dengan
jelas. Pemerintah sendiri tidak sekadar memberi sanksi-sanksi saja. Pemenuhan
fasilitas dipikirkan serius. Ada zona yang ditata dengan baik. Seperti zona
perokok ataupun penyeberangan. Sudut-sudut padat disiapkan tempat sampah. Para
wisatawan yang berkunjung pun nyaman. Tidak hanya di darat, di air pun bersih
tanpa sampah. Seperti di muara sungai sekitar monumen Merlion, tidak ada
satupun sampah mengambang. Jika awalnya kedisiplinan karena tekanan, lama-kelamaan
menjadi gaya hidup.
Cara memberi sanksi untuk kebersihan, sebenarnya diterapkan di sejumlah kawasan di Indonesia. Salah satunya adalah Surabaya.
Untuk di jalur utama ibukota Jawa Timur cukup bersih. Mereka yang membuang
sampah dijalan dikenai pasal tindak pidana ringan (tipiring). Sanksinya mulai
dari disita KTP, denda uang, sampai di penjara. Saya membayangkan, Kota
Mataram menerapkan pola tersebut. Perangkat dan aturan sudah ada, sayang sanksinya
masih lemah.(bersambung)