Dikenal di luar saja untuk kopi Lombok
rasanya tidak cukup. Sudah seharusnya seluruh masyarakat Lombok tahu betul
tentang kualitas kopi lokal ini. Seringnya pertanyaan mengenai cita rasa kopi
Lombok ditanyakan, mendorong Dody A Wibowo sejak 20 Agustus lalu membuka kafe
di Jalan Sriwijaya 5D. Ia mengibaratkan Etnic Coffee ini sebagai kedai kopi
lokal.
‘’Banyak yang ingin nyoba. Kepikiran juga
akhirnya membuka kafe,’’ kata Dody.
Brand kafe yang diusung, kata Dody, meski
juga menjual makanan dan minuman lain, tetap menonjolkan kopi Lombok. Rasanya
kurang lengkap kalau kopi yang diproduksi dari petani lokal itu hanya dalam
bentuk biji mentah ataupun bubuk. Ini juga bisa menjadi media promosi untuk
penggemar kopi yang ingin mencoba rasa kopi lokal.
‘’Dibuktikan saja. Benar tidak rasanya
memang enak,’’ ungkapnya.
Pemuda 27 tahun ini bercerita, seringkali
mendapat cerita soal kopi yang masuk kafe harganya selalu mahal. Menurutnya,
tidak semua kafe menjual kopi dengan harga tinggi. Bahan baku menjadi salah
satu penyebab kopi yang masuk kafe harganya mahal. Karena semua proses dilalui
sendiri, Etnic Coffee pun menawarkan harga yang terjangkau.
‘’Untuk bisa menghasilkan racikan kopi yang
paten saya pun belajar tentang kopi. Ya, kalau bahasa kerennya jadi barista,’’
kelakarnya.
Dody mengaku, belajar secara otodidak untuk
mengasilkan kopi yang berkualitas. Pertama tentu saja pemilihan biji kopi di
tingkat petani, proses berikutnya memasak kopi atau biasa disebut roasting.
Proses pematangan kopi ini tidak bisa sembarangan. Ia harus menjaga supaya
kematangan kopi tepat, sehingga tidak merusak cita rasa kopi.
‘’Jempol tangan ini sampai melepuh seharian
urus kopi terus,’’ ucapnya sembari menunjukkan jempol tangan yang memerah.
Anak pertama tiga bersaudara ini pun tidak
mau setengah-setengah belajar meracik kopi yang bagus. Selain rajin sharing
dengan pecinta kopi, ia pun kerap bertanya pada para ahli kopi. Racikan yang
coba dikembangkan saat ini berkiblat ke Italia.
‘’Kiblat ke luar tapi cita rasa tetap
lokal,’’ akunya.
Kopi Lombok, kata Dody, naik kelas begitu
sudah masuk dapur. Ia pun mencontohkan cara membuat coffee latte, latar
belakangnya itu espresso dicampur susu. Variasi bisa dicampur berbagai flavour
(rasa) seperti vanilla, mocha, coconut, hazelnut, ataupun irish.
‘’Ini sekarang saya tunjukkan caranya,’’
ucapnya.
Di meja barista itu, Dody terlihat cekatan membuat
coffee latte. Setelah kopi siap, ia pun mengambil susu murni yang dipanaskan.
Kopi ini pun kemudian dicampur dengan susu. Satu cangkir kopi ini dibuatnya
tidak sampai lima menit.
‘’Biar semakin lengkap saya hias dulu
atasnya. Ini waktunya hias tidak sampai semenit,’’ katanya.
Dikatakan, pilihan lain ada black eye,
espresso yang dicampur kopi seduh. Ada juga cappuccino yang merupakan perpaduan
espresso campur susu dengan milk foam. Untuk lebih menggoda, ada espresso
dengan campuran whipped cream yang diberi nama espresso con panna.
‘’Untuk yang ingin cita rasa aslinya juga
bisa,’’ katanya.
Lajang kelahiran 15 Januari 1987 ini
mengatakan, untuk cira rasa original kopi Lombok bisa diseduh biasa. Alat seduh
manual untuk kopi hitam seperti siphon, coffee pot, Vietnam drip dan alat
lainnya sudah dipersiapkan.
‘’Ya, mau rasa kopi asli tetap disiapkan,’’
imbuhnya.
Karena sedari awal mengangkat citra kopi
lokal, kata Dody, inovasi kopi tidak boleh berhenti. sudah ada rencana untuk
mengembangkan peaberry yang merupakan kopi lanang dengan campuran jahe. Bagi
kaum adam kopi lanang ini dipercaya bisa meningkatkan vitalitas, apalagi ada
tambahan jahe.
‘’Supaya laki-laki lebih strong,’’ ujarnya
tertawa.
Dody sedikit mengisahkan tentang kopi
lanang. Peaberry sebenarnya biji kopi yang cacat dalam pertumbuhannya. Bagi
sebagian orang biji kopi ini sudah tidak dianggap.
‘’Dibalik itu ada khasiatnya,’’ ungkapnya.
Keberadaan Etnic Coffee diakui alumni SMAN
2 Mataram ini sekaligus menyongsong Asean Free Trade Area (AFTA) 2015.
Perdagangan bebas Asia Tenggara tersebut akan membuat banyak produk luar
Indonesia berjubel masuk ke Indonesia. Kopi Lombok yang barus dikenalkan secara
luas bisa tenggelam oleh produk luar.
‘’Memang kita semua harus mempersiapkan
diri,’’ tambahnya.
Dody mengatakan, kafe bercita rasa lokal
ini memang harus banyak muncul di Lombok. Dengan perputaran kopi lokal yang
semakin pesat, berimbas pada pendapatan dan kesejahteraan petani lokal. Sangat
ironis ketika kopi luar justru lebih dikenal pecinta kopi asal Lombok.
‘’Ngopi bagi masyarakat Lombok kan tidak
bisa dipisahkan dari keseharian,’’ ungkapnya.
Dody berangan-angan bisa menyajikan
langsung kopi buatan tangannya ke Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi. Ia ingin
membuktikan NTB begitu kaya potensi. Semua bergantung pada keinginan
masyarakatnya untuk mencintai produk lokal.
‘’Ya,
kalau ngopi dengan Pak Gubernur saya mau sekalian sampaikan kopi ini sudah
mampir ke Chile menyusul ke Yordania. Ayo pemerintah NTB terus motivasi
petani,’’ katanya.(*)