This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday 8 December 2015

Kopi Lombok Berkualitas



Dikenal di luar saja untuk kopi Lombok rasanya tidak cukup. Sudah seharusnya seluruh masyarakat Lombok tahu betul tentang kualitas kopi lokal ini. Seringnya pertanyaan mengenai cita rasa kopi Lombok ditanyakan, mendorong Dody A Wibowo sejak 20 Agustus lalu membuka kafe di Jalan Sriwijaya 5D. Ia mengibaratkan Etnic Coffee ini sebagai kedai kopi lokal.
‘’Banyak yang ingin nyoba. Kepikiran juga akhirnya membuka kafe,’’ kata Dody.
Brand kafe yang diusung, kata Dody, meski juga menjual makanan dan minuman lain, tetap menonjolkan kopi Lombok. Rasanya kurang lengkap kalau kopi yang diproduksi dari petani lokal itu hanya dalam bentuk biji mentah ataupun bubuk. Ini juga bisa menjadi media promosi untuk penggemar kopi yang ingin mencoba rasa kopi lokal.
‘’Dibuktikan saja. Benar tidak rasanya memang enak,’’ ungkapnya.
Pemuda 27 tahun ini bercerita, seringkali mendapat cerita soal kopi yang masuk kafe harganya selalu mahal. Menurutnya, tidak semua kafe menjual kopi dengan harga tinggi. Bahan baku menjadi salah satu penyebab kopi yang masuk kafe harganya mahal. Karena semua proses dilalui sendiri, Etnic Coffee pun menawarkan harga yang terjangkau.
‘’Untuk bisa menghasilkan racikan kopi yang paten saya pun belajar tentang kopi. Ya, kalau bahasa kerennya jadi barista,’’ kelakarnya.
Dody mengaku, belajar secara otodidak untuk mengasilkan kopi yang berkualitas. Pertama tentu saja pemilihan biji kopi di tingkat petani, proses berikutnya memasak kopi atau biasa disebut roasting. Proses pematangan kopi ini tidak bisa sembarangan. Ia harus menjaga supaya kematangan kopi tepat, sehingga tidak merusak cita rasa kopi.
‘’Jempol tangan ini sampai melepuh seharian urus kopi terus,’’ ucapnya sembari menunjukkan jempol tangan yang memerah.
Anak pertama tiga bersaudara ini pun tidak mau setengah-setengah belajar meracik kopi yang bagus. Selain rajin sharing dengan pecinta kopi, ia pun kerap bertanya pada para ahli kopi. Racikan yang coba dikembangkan saat ini berkiblat ke Italia.
‘’Kiblat ke luar tapi cita rasa tetap lokal,’’ akunya.
Kopi Lombok, kata Dody, naik kelas begitu sudah masuk dapur. Ia pun mencontohkan cara membuat coffee latte, latar belakangnya itu espresso dicampur susu. Variasi bisa dicampur berbagai flavour (rasa) seperti vanilla, mocha, coconut, hazelnut, ataupun irish.
‘’Ini sekarang saya tunjukkan caranya,’’ ucapnya.
Di meja barista itu, Dody terlihat cekatan membuat coffee latte. Setelah kopi siap, ia pun mengambil susu murni yang dipanaskan. Kopi ini pun kemudian dicampur dengan susu. Satu cangkir kopi ini dibuatnya tidak sampai lima menit.
‘’Biar semakin lengkap saya hias dulu atasnya. Ini waktunya hias tidak sampai semenit,’’ katanya.
Dikatakan, pilihan lain ada black eye, espresso yang dicampur kopi seduh. Ada juga cappuccino yang merupakan perpaduan espresso campur susu dengan milk foam. Untuk lebih menggoda, ada espresso dengan campuran whipped cream yang diberi nama espresso con panna.
‘’Untuk yang ingin cita rasa aslinya juga bisa,’’ katanya.
Lajang kelahiran 15 Januari 1987 ini mengatakan, untuk cira rasa original kopi Lombok bisa diseduh biasa. Alat seduh manual untuk kopi hitam seperti siphon, coffee pot, Vietnam drip dan alat lainnya sudah dipersiapkan.
‘’Ya, mau rasa kopi asli tetap disiapkan,’’ imbuhnya.
Karena sedari awal mengangkat citra kopi lokal, kata Dody, inovasi kopi tidak boleh berhenti. sudah ada rencana untuk mengembangkan peaberry yang merupakan kopi lanang dengan campuran jahe. Bagi kaum adam kopi lanang ini dipercaya bisa meningkatkan vitalitas, apalagi ada tambahan jahe.
‘’Supaya laki-laki lebih strong,’’ ujarnya tertawa.
Dody sedikit mengisahkan tentang kopi lanang. Peaberry sebenarnya biji kopi yang cacat dalam pertumbuhannya. Bagi sebagian orang biji kopi ini sudah tidak dianggap.
‘’Dibalik itu ada khasiatnya,’’ ungkapnya.
Keberadaan Etnic Coffee diakui alumni SMAN 2 Mataram ini sekaligus menyongsong Asean Free Trade Area (AFTA) 2015. Perdagangan bebas Asia Tenggara tersebut akan membuat banyak produk luar Indonesia berjubel masuk ke Indonesia. Kopi Lombok yang barus dikenalkan secara luas bisa tenggelam oleh produk luar.
‘’Memang kita semua harus mempersiapkan diri,’’ tambahnya.
Dody mengatakan, kafe bercita rasa lokal ini memang harus banyak muncul di Lombok. Dengan perputaran kopi lokal yang semakin pesat, berimbas pada pendapatan dan kesejahteraan petani lokal. Sangat ironis ketika kopi luar justru lebih dikenal pecinta kopi asal Lombok.
‘’Ngopi bagi masyarakat Lombok kan tidak bisa dipisahkan dari keseharian,’’ ungkapnya.
Dody berangan-angan bisa menyajikan langsung kopi buatan tangannya ke Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi. Ia ingin membuktikan NTB begitu kaya potensi. Semua bergantung pada keinginan masyarakatnya untuk mencintai produk lokal.
‘’Ya, kalau ngopi dengan Pak Gubernur saya mau sekalian sampaikan kopi ini sudah mampir ke Chile menyusul ke Yordania. Ayo pemerintah NTB terus motivasi petani,’’ katanya.(*)

Avroins Made in Lombok


Clothing Produk Lombok (1)

Pergaulan kadang menularkan semangat berkarya. Sering bergaul dengan owner clothing lokal, memunculkan inspirasi. Itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya Avroins Apparel.
Sebagai clothing lokal pendatang baru. Owner Avroins Apparel Akbar Ongko tidak menutupi, ketertarikan pada bisnis clothing karena sering berbincang soal clothing. Juli 2014 produk Avroins Apparel dikenalkan.
"Arti nama itu kemakmuran," katanya.
Clothing di Lombok memang sedang naik daun. Kaos-kaos buatan lokal ini tampil sebagai produk lokal. Kualitasnya tidak kalah dengan busana yang sudah dikenal oleh anak muda. Pilihan bahan pun sengaja dicarikan yang terbaik.

Untuk produksi, kata Akbar, ada 17 macam desain kaos. Selain kaos ada juga produksi waistbag, topi, bennie, gelang, lanyard, dan jaket. Seperti clothing lokal lainnya, awal berdiri tidak langsung memiliki distro atau store sendiri. Pilihannya tentu titip di bebrapa distro. Di Mataram produknya bisa dijumpai di Lucky Light Candy, Lovely Sunday, dan Electra Diamond. Di Lombok Timur dititip di Duke Store. Titip-menitip produk menjadi hal lumrah diantara clothing lokal. Istilah mereka saling membantu.
"Selain itu kita kirim barang ke Sumbawa, di Murcle Store," bebernya.
Dengan mematok harga Rp 120 ribu tiap kaos, penggemarnya memberi apresiasi positif. Ada pangsa pasar sendiri. Meski bisnis clothing lokal menggeliat tidak lantas membuat kehilangan peminat. Costumer memiliki kesempatan menyampaikan desain. Setelah desain disampaikan, tentu saja Akbar bakal memberikan sentuhan terbaik.
"Selain dari kita. Konsumen bisa usul desain," ucap Akbar.
Pemuda berjenggot ini menambahkan, desain untuk para skater menjadi andalan. Desain simpel untuk penggemar skateboard menyita perhatian. Kebanyakan clothing lokal mengambil desain art atau komunitas.
"Saya desain yang mudah-mudah saja. Tapi mengena ke konsumen," akunya
Menurut Akbar, geliat clothing lokal tidak membuatnya gentar bersaing. Justru banyak pengalaman dari clothing senior bisa diambil. Justru clothing karya anak muda Mataram harus dipertahankan. Selain membuat nama daerah terkatrol, desain lokal menunjukkan kreativitas anak mudanya. Clothing bagian dari ekonomi kreatif.
"Soal lesu atau sepi itu proses," tambahnya.
Ditengah gencarnya usaha anak muda menghidupkan clothing, lanjutnya, harus diberi ruang lebih oleh pemerintah. Perlu ada pameran untuk clothing lokal. Sejauh ini clothing lokal eksis secara mandiri. Padahal bisnis clothing ikut menumbuhkan ekonomi kecil. Selain penjual kaos, tukang sablon mendapat untung.
"Harus dibantu pemerintah. Seperti ada event pameran clothing berkala," ucapnya.
Diakuinya, solidaritas diantara pemilik clothing lokal cukup bagus. Itu membuat clothing junior diberi kesempatan. Konsumen memiliki banyak pilihan. Tinggal masing-masing clothing memberi karyawan terbaik.(*)

Mutiara Lombok Sanggup Mendunia

Sudah sejak lama Lombok dikenal dengan mutiaranya. Sedikit sentuhan tangan dingin, mutiara asal Lombok bisa melanglang buana. Indah Pratiwi kartini menjual mutiara Lombok dari Timur Tengah sampai Eropa.
Berawal tanpa modal, Indah mulai bisnis mutiara. Menurutnya modal bukan satu-satunya ukuran memulai usaha. Kemauan besar kunci utamanya. Meski baru memulai usaha mutiara 2011 silam, usaha itu menuai hasil. Terjun menjual mutiara bukan karena tidak ada pekerjaan. Saat itu, Indah menjadi pegawai bank di Mataram. Kerap wira-wiri ke Jakarta bertemu sesama audit bank, dimanfaatkan untuk menjual mutiara.
“Animonya bagus,” katanya.

Bermula dari sana, kata Indah, mulai mencoba promosi mutiara via online. Jual beli mutiara melalui facebook dimulai. Minat konsumen dunia maya cukup bagus. Keputusan berani diambil, ia memutuskan berhenti bekerja di bank. Akhir 2011, fokus utamanya bisnis mutiara. Awal memulai bisnis, tidak langsung modal besar dan membuka toko. Modalnya hanya gadget dan laptop. Setiap hari rajin datang ke toko-toko mutiara. Tekad yang luar biasa.
“Modal nol, datang ke toko-toko hanya ambil foto,” bebernya.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini menyebut, ilmu ekonomi di bangku kuliah diterapkan. Konsepnya menjual, untung buat modal dan menggaji diri sendiri. Manfaat ilmu di bangku kuliah dirasakan. Juli 2012, Indah mulai mencoba membuat asesoris dari mutiara sendiri. Kreasi muncul di benaknya. Asesoris jilbab dijual Rp 60 ribu. Permintaan konsumen meledak. Indah melihat peluang, saat itu belum ada yang membuat asesoris jilbab dari mutiara. Inovasinya tidak berhenti. Selanjutnya mulai membuat kreasi sepatu dan tas mutiara. Tanpa diduga karya sepatu dan tas mutiara me
mbuatnya memang di ajang wirausaha Mandiri 2013.
“Itu membuat nama saya makin dikenal setelah menang di ajang itu,” ucapnya.
Ibu satu anak ini berkesempatan mendapat pelatihan dari wirausaha top Indonesia, salah satunya Sandiago Uno. Ia pun akhirnya bisamembawa nama Indah Mutiara Lombok, menggelar pameran di Jakarta. Perjuangan yang dilakukan selama ini berbuah manis. Pengalaman di Jakarta didapat. Hingga akhirnya, kesempatan lebih besar didapat. Indah bisa tampil di Beirut, Libanon. Membawa nama mutiara Lombok hingga ke Libanon bukan pekerjaan mudah. Kesempatan emas untuk mendunia yang tidak bisa disia-siakan. Di Timur Tengah mutiara Lombok dikenalkan. Kebanggaan luar biasa, bisa jualan sekaligus mengenalkan Lombok.
Selain di kawasan Timur Tengah. Mutiara Lombok selanjutnya memikat daratan Eropa. Belanda dan Rusia dua negara yang rajin memesan mutiara Lombok. Dua negara tersebut bergiliran memesan mutiara. Sama seperti di Beirut, peredaran mutiara Lombok di Eropa diyakini akan membawa nama Lombok dikenal di Eropa. Sedangkan di Asia, costumer datang dari Jepang, Thailand, Singapura, dan Korea Selatan.
Indah menegaskan, memnjual mutiara lintas negara tidak melulu bisnis. Pilihan melebarkan sayap keluar negeri, cukup potensial. Mutiara Lombok tidak hanya dikenal di dalam negeri saja. Dalam waktu dekat ada undangan menggelar pameran di Kiev, Ukraina.
“Ini sekaligus untuk mengenalkan Lombok,” ucapnya.
Ibarat bayi, kata Indah, usaha mutiara yang digelutinya baru belajar merangkak. Baru cerita manis didapat. Ia pun mempersiapkan diri sebaik mungkin mengembangkan usaha mutiara. Dunia fashion selalu berkembang. Desain mutiara pun harus berkembang. Namanya usaha, selalu ada pasang-surut. Tapi, sepanjang semangat besar terus ada diyakini semua akan terus berjalan baik.
“Harus selalu update,” kata perempuan 29 tahun ini.
 Bisnis mutiara laut yang digeluti, setiap tahun mengalami peningkatan. Jumlah income dan peredaran semakin positif. Terakhir tahun lalu, omzet mutiara menangguk rupiah sampai Rp 3,4 miliar. Tak heran, pilihan berhenti sebagai pegawai bank tak pernah disesali Indah. Dari modal nol, kini beromzet miliaran.(*)

Monday 7 December 2015

Mengelola Sampah dan Sungai di Kota Mataram


Indriyatno

(Dosen Program Studi Kehutanan Universitas Mataram)

Siapa yang tidak kenal sampah? Sampah merupakan suatu masalah bahkan menjadi masalah di daerah maupun masalah nasional. Seperti halnya juga di Pulau Lombok, di Kota Mataram misalnya Adipura tidak dapat di raih karena belum beres mengelola sampa dan sungai. Demikian juga di Lombok Barat.
Para pemerhati lingkungan memikirkan sampah mau dikemanakan sampah ini??? Salah satu oleh Forum Wartawan Lombok Barat ke Bandung menyoroti penanganan sampah, dari hasil kunjungan ke Bandung, Di Bandung yang konon rencananya akan dijadikan sampah sebagai sumber energy listrik. Demikian juga DPR melalui kaukus DPR melakukan temu rembug dengan masyarakat untuk mendengarkan masalah sampah dan pengelolaan sungai di Kelurahan Ampenan beberapa waktu yang lalu.
Sebenarnya ketika memandang sampah dengan berpikir positif maka sampah merupakah berkah bagi kita, mengapa?? Banyak ide yang bisa kita lakukan dari sampah, juga bagaimana solusi penangan sampah, terutama yang sesuai dengan kondisi sosial masyarakat Lombok ini.
Salah satu warga Kelurahan Banjar mengembangkan Bank Sampah pengrajin handycraf plastic bekas, dia saat ini medapatkan order untuk diekspor, dalam pegembangannya sampah yang dibuat ternyata bukan sembarang sampah, sampah yang dimaksud adalah sampah yang diperlakukan dengan baik, mengapa bungkus permen, atau kopi cara pemotonganngya harus standar sehingga bisa didesain menjadi model dan bahan yang sesuai dengan keinginan pembeli seperti tas, dompet dan lain-lain, artinya manajemen sampah perlu disosialisasikan kepada warga dan warung-warung bagaimana memperlakukan sampah.
Penulis sendiri memiliki pengalaman ketika menangangi sampah, dari kotoran limbah pemotongan dan limbah mesin penetasan telur penulis membudidayakan papaya kalifonia mendapatkan pendapatan perhari minimal Rp. 50.000,-, sedangkan pak Japri seorang petani denga lahan sewa seluas 2 ha di daerah Pejarakan juga mampu memangkas kebutuhan pupuk an organik sebesar 10 % dari limbah sampah serta dia bisa menggaji karyawan usaha taninya Rp. 500.000,- per hari dan mempekerjakan 10 tenaga kerja setiap hari.
Mengelola sampah secara individu pun mendatangkan hasil, bagaimana bia dilakukan secara berjamaah, tentu lah banyak ide yang muncul dari sana. Dua tahun yang lalu penulis bertemu dengan seorang lurah yang memiliki perhatian terhadap lingkungan, kami berjuang bersama mencoba mengolah sampah bersama masyarakat. Dari hasil diskusi dengan warga yang kami lakukan hampir setiap minggu di Kelurahan Banjar ternyata sampah bisa ikut mengsejahterakan warganya bila cita-cita yang rencanakan terwujud. Mengapa kesejahteraan, karena kalimat ini merupakan kalimat yang abstrak, dan tidak mudah didifinisikan dan direalisasikan, menurut penulis kesejahteraan adalah hal yang sederhana di mana setiap orang akan disebut sejahtera jika dia bisa mengakses kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan, sarana dan prasarana. Mengapa demikian sepanjang pengalaman penulis melakukan pengelolaan sampah di Lingkungan Selaparang, pengalaman yang paling menyedihkan adalah ketika ada seorang kader kelurahan meninggal ketika di terkena kangker rahim namanya ibu Maryati. Tentang kegigihan ibu Maryati tentu warga Banjar tidak meragukan lagi, setiap pagi penulis sambil mengirim sayur lihat bu maryati menyapu sampah di Jalan Energi, pada saat almarhum tidak terltihat menyapu lagi di jalan, ternya beliau masuk rumah sakit Bayangkara. Dari visum dokter dia terkena kangker rahim stadium IV dan harus di kemoterapi. Bukan tidak ada perhatian dari pemeritah, berbekal kartu askin beliau dirujuk untuk khemo di Rumah sakit di Bali. Warga, ketua liggkungan, ketua RT dan tokoh masyarakat serta pak Lurah pun membantu untuk bisa berobat, namun persoalnya tidak sesederaha yang kita bayangkan. Beliau tidak bisa berobat bukan karena tidak ada rumah sakit yang mengobati tetapi tidak ada biaya digunakan untuk keperluan hidup di Bali pada saat pengobatan. Sehingga beliau tetap di rumah sampai beliau meninggal. Jadi orang disebut sejahtera jika suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungngnya dapat memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau keluar dari kerentanan, jika hal tersebut tidak tercapai maka seseorang atau rumah tangga disebut miskin.
Jadi ketika tingkat pengetahuan dan kesehatan terpenuhi cenderung alam dan sosial menjadi baik, bila kesehatan dan materi terpenuhi cenderung kondisi sosial dan politik menjadi baik, demikian juga jika materi dan pengetahuan baik cenderung politik dan ekonomi menjadi baik dan diharapkan natinya bila kondisi politik kondusif, alamnya mendukung, ekonomi masyarakat meningkat maka sarana dan prasarana juga akan meningkat. Itulah makna kesejahateraan yang sebenarnya bagi kita masyarakat. Berpikir dari situlah kita mencoba mengembangkan pengelolaan sampah dan Sungai Jangkok
Dari permasalahan itu, dicobalah kita mengembangkan askes kelurahan, dimana bila setiap KK minta untuk iuran Rp. 10.000 untuk mengelola sampah, maka di lingkungan itu aka memiliki kas setiap bulan sebesar Rp. 6.000.000, uang tersebut digunakan untuk pembersih sampah sebanyak Rp. 2.500.000,- maka masih terdapat kas Lingkungan sebesar Rp. 3.500.000 dalam 1 tahun akan terkumpul Rp. 3.500.000 maka dalam satu tahun terkumpul uang sebesar Rp. 42.000.000.
Pada saat ini secara swadaya pihak kelurahan juga membentuk kelompok ekonomi produkif untuk mengelola 2 kumbung jamur yang posisinya di bantaran sungai jangkok. Hasil usaha tersebut kecuali untuk meningkatkan pendapatan warga juga digunakan untuk mengelola sampah dan manejemen pengelolaan sungai.
Ditambah lagi bila warga dan anak-anak KKN tematik Unram berhasil menanam nangka unggul lokal, nagka tersebut penulis temukan pada saat masuk hutan di kaki Gunung Rinjani menemukan buah nangka beratnya mencapai 80 kg, luar biasa seandainya ditanam di sepanjang Bantaran Sungai Jangkok sebagai estimasi bila 1 buah harganya Rp. 100.000 didalam 1 pohon menghasilkan 10 buah dan ditanam sebanyak 100 pohon dalam 1 lingkungan maka akan didapatkan uang sebanyak Rp. 100.000/tahun, penulis juga berkonsultasi dengan para pedagang dodol dan kripik nangka di daerah soronadi, memberi informasi bahwa nangka yang jenis tersebut digunakan sebagai bahan dodol dan kripik .
Artinya total pendapatan dari kegiatan warga dari budidaya nangka dan uang sampah menjadi Rp. 142.000.000,- sungguh luar biasa, bila ditambahkan dengan ide yang dikembangkan seorang sahabat kepala dusun nan jauh di pinggiran hutan sesaot mengembangkan pisang sehat, bila di lingkungan Selaparang menanam papaya setiap kk 2 pohon 1 pohon diambil oleh pemilik rumah sedangkan 1 pohon diserahkan ke lingkungan sebagai asumsi saat ini 1 pohon bisa menghasilkan Rp. 50.000 maka dalam 1 tahun akan didapatakan uang sebesar Rp. 50.000 x 600 tanaman = Rp. 30.000 jadi total terdapat uang sebanyak Rp. 172.000.000 sungguh luar biasa, semoga dari dana sebesar ini bisa untuk dana kesehatan mencapai kesejahaterakan yang di amanhakan dalam UUD 1945, termasuk tidak ada lagi kejadian Ibu Maryani tidak bisa berobat karena tidak ada biaya.
Dana tersebut bisa diakses oleh warga yang sakit maksimal Rp. 2.000.000,- saat ini dengan segala keterbatasan pak lurah baru mampu menggerakan warganya sebesar 2 RT. Memang jalan terjal mengelola sampah masih panjang dan belum optimal.
Pengembangan pengelolaan sampah bukan perkara mudah di tingkat implementasi di masyarakat, walaupun dibuat papan larangan membuang sampah biasanya perilaku masyarakat membuang sampah ke sungai tidak berubah, yang diperlukan saat ini adalah melakukan perubahan mainset perilaku. Pak lurah sendiri dalam menghadapi warganya penuh tantangan dan kesabaran. Seorang ketua RT menyarankan kepada warganya di depan pak lurah “ jangan buang samah di pinggir sungai tapi buanglah ke tengah sungai” namun demikian dari tangan dingin seorang lurah saat ini 2 RT sudah tertangani. Untuk merubah mainset pak lurah mengerakkan warganya untuk begotong royong setiap minggu seperti membuat bipori dan penyuluhan pegelolaan sampah, dimana biopori kecuali untuk mengendalikan banjir di kelurahan Banjar juga dapat dipakai sebagai lubang pengolah sampah organik, Dari kegiatan biopori sedikit demi sedikit genangan-genangan yang biasanya terjadi di daerah Lingkungan Selaparang mulai berkurang,
Pembelajaran yang lain yang diberikan adalah dengan memberikan modal usaha simpan pinjam sebesar Rp. 400.000 uang tersebut diberikan kepada kelompok kader pengolah sampah sebagai dana simpan pinjam, Bu Maryati almrhumlah dan Maryani yang meminjamkan kepada anggotanya untuk usaha simpan pinjam, sampai bu Maryati meninggal dana tersebut bertambah menjadi 600.000, dana ini tidak cepat bertambah karena dari hasil diskusi dengan kelompok tidak ada bunga yang konon kabarnyanya mengandung riba secara agama. Dengan memberikan modal ekonomi utuk usaha bersama yang ditumbuhkan adalah membangun modal kepercayaa bahwa kita akan bersama bangkit mengelola sampah untuk kesehateraan, walaupun perjalanan warga keluran Banjar berjalan sangat pelan. Semoga warga Banjar tetap bersemangat memperjuangkan pengelolaan sampah untuk kemaslahatan umat manusia amin.

Sunday 6 December 2015

Singapura Membuat Orang Pintar Seperti Mesin

Melihat Kondisi Singapura Terkini (3-Habis)


MALAM kedua di Singapura, rasa penasaran menggelayut di kepala saat mendengar kisah bagusnya pendidikan di negeri singa. Tour guide rombongan jurnalis asal Indonesia membeberkan kalau di Singapura pendidikannya sangat maju. Rasa penasaran itu terobati. Beruntung bisa bertemu M Roil Bilad, dosen Nanyang Technological University. Darinya banyak informasi pendidikan di Singapura. Pria asli Lombok Tengah ini sebenarnya tidak asing bagi Lombok Post, beberapa waktu lalu profilnya pernah dibuat. Setelah meluangkan waktunya, ia menjemput di Hotel Ibis Bencoolen. Meski perjumpaan pertama, tidak ada kesan kaku. Dengan senyum mengembang dia langsung menyapa.
"Halo, ayo mau kemana?" katanya menyapa.
Pilihan untuk berbincang pun jatuh di Bugis Street, jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 300 meter dari hotel. Sepanjang jalan ia banyam bertanya tentang kedatangan para wartawan dari Indonesia. Dan seperti gaya khas orang timur, latar belakang masing-masing menjadi topik pembuka sepanjang jalan. Gayanya sangat bersahabat. Setelah berkeliling membelah Bugis Street kami memutuskan memilih satu kedai untuk nongkrong.
"Disini kemana-mana enak, naik kendaraan umum cepat," bebernya.
Seperti tulisan sebelumnya, tidak banyak orang Singapura memiliki kendaraam pribadi. Untuk bisa punya motor menyiapkam 7 ribu SGD ( Rp 9.700 tiap dollar) sementara mobil 70 ribu SGD. Kalau tidak benar-benar kaya enggan punya kendaraan. Toh, transportasi umum disana sangat bagus. Setelah bincang santai 15 menit, topik pun mulai beralih soal pendidikan. Roil bercerita pelajar maupun mahasiswa di Singapura pintar-pintar. Dari kecil mereka sudah berusaha memacu diri supaya pintar. Orang tuanya sangat mendukung. Bahkan mereka rela mencarikan guru les khusus. Mencari guru les di Singapura tidak mudah. Sampai banyak yang menyebar brosur ke kampus untuk mencari guru. Tarifnya dihitung per jam. Tiap jam harus bayar 45 SGD. Mahal untuk ukuran Indonesia, lebih Rp 400 ribu.
"Itupun nyari guru tidak mudah. Belum tentu dapat cepat," ucap Roil.
Doktor jebolan Belgia ini bercerita, sebenarnya belum terlalu lama masuk Singapura. Menjadi dosen Maret 2015. Tapi, ia sudah bisa menggambarkan sistem pendidikan di Singapura. Biaya pendidikan mahal. Kuliah tiap semester harus bayar hampir Rp 300 juta. Orang tua tidak mampu langsung membayar. Maka pilihannya adalah pinjam bank. Sebagian besar orang tua pinjam uang di bank untuk pendidikan. Setelah anak lulus kuliah, harus cepat kerja. Dengan begitu uang pinjaman di bank bisa dilunasi.
"Untuk pendidikan memang mahal. Masuk TK saja harus les, mampu bahasa dengan baik," urainya.
Itu kemudian yang membuat tingkat kompetisi di Singapura begitu tinggi. Hidupnya benar-benar ditekan. Orang pintar diciptakan bak "mesin". Pikirannya hanya memacu diri dan memacu diri. Disana juga yang akhirnya menjadi kekurangan. Tingkat individual warga begitu tinggi. Jarang yang peduli dengan sekitar. Roil menyebut, kepintaran warga dipupuk sejak dini. Kalau otaknya tidak top, mereka tidak bisa kuliah. Kualitas pendidikan pertama dan menengahnya memang cukup maju.
"Kalau yang tidak kuliah akhirnya pilih kejuruan atau vocasi," lanjut pria asli Lombok Tengah ini.
Saat kuliah, lanjutnya, pola di Singapura langsung berkumpul, di dalamnya bisa antara 1.200-1.600 mahasiswa. Tidak ada istilah mereka tidak mengerti. Dosen cukup memberi silabus. Kemudian mahasiswa belajar sendiri.
"Disini pintar-pintar," tandas Roil.
Ia menepis keraguan soal belajar dengan banyak orang tidak akan terserap. Justru kuncinya bukan pada pembelajaran di kelas. Kompetisi yang tinggi, membuat mahasiswa mandiri. Mereka belajar keras. Tidak ada tengok kanan-kiri, pokoknya belajar, belajar, dan belajar. Etos belajar tinggi mahasiswa, ikut ditunjang kualitas dosen. Dosen universitas di Singapura memiliki nama besar. Para dosen rajin menulis di jurnal internasional. Apapun tulisannya, nama besarnya sudah menyihir dunia pendidikan.
"Pendidikan, Singapura akan terus leading. Tidak hanya Asia, bahkan dunia," ungkap Roil.
Kemampuan tinggi mahasiswa ini, benar-benar terwujud nyata di dunia kerja. Singapura terkenal dengan negara mudah investasi. Tidak perlu menunggu bulanan, hitungan jam izin beres. Orang pintar ini juga yang kemudian membuat ekonomi tetap bagus. Sampai saat ini Singapura masih menerapkan bea masuk barang nol persen. Pengusaha hanya dikenai pajak 7 persen. Para sarjana itu juga yang kemudian mengkonsep transportasi masal yang baik.
"Disini sangat efisien," tambahnya.
Penjelasan Roil ini melengkapi cerita soal pendidikan di Singapura dari Harbans Suki. Tour guide tersebut mengurai, pendidikan di Singapura adalah segalanya. Mereka dipacu supaya pintar. Bila tidak pintar dampaknya tentu ke negara. Lagi-lagi posisi tawar negara yang tinggi, menjadi pemicu. Singapura tidak ingin dibebani warganya. Dengan menjadi pintar, berarti mereka bisa menolong dirinya sendiri. Jadi jangan heran, kalau pendapatan rata-rata paling rendah adalah 2 ribu SGD.
"Harus pintar, tidak boleh tidak," katanya.
Perempuan keturunan India ini menyebut, kondisi warga Singapura yang di atas rata-rata membuat kompetisi begitu kuat. Tidak mudah orang bisa masuk. Kalaupun masuk kebanyakan menjadi tenaga kasar. Seperti warga India yang banyak menjadi sopir atau buruh di pelabuhan.
"Anak saya sendiri yang terakhir kuliah di Australia. Supaya pintar," aku ibu tiga anak ini.
Pola pendidikan Singapura memang tidak harus ditiru oleh Indonesia. Namun, etos belajar dan tingginya kompetisi layak menjadi acuan. Bukankah selama ini kita belum menomor satukan pendidikan. Kita terlalu sibuk dengan urusan konsumtif mulai motor, gadget, sampai urusan dompet.(*)

Papa Minta Saham Ruwet

SUGUHAN media massa beberapa hari ini masih soal pencatutan nama Presiden Jokowi oleh Ketua DPR Setya Novanto. Kasus yang dikenal di khalayak dengan kasus papa minta saham ini membuat publik pusing. Penuntasan seolah dibuat lambat. Keputusan yang seharusnya bisa segera terjadi, seolah berlarut-larut. Pemberitaan pun membentuk dua arus. Arus yang membela Ketua DPR dan arus yang menuntut supaya kasus tersebut segera selesai.

Mereka yang membela menyebut, laporan dari Menteri ESDM Sudirmam Said tidak tepat. Mahkamah Kehormatan DPR hanya boleh menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat. Bukan dari pejabat pemerintah. Kebetulan kubu pembela Setya Novanto adalah barisan koalisi merah putih (KMP). Koalisi yang selama ini dianggap sebagai rival pemerintah. Pembelaan tersebut, memunculkan image di masyarakat, pertemanan adalah segalanya. Urusan benar atau salah belakangan. Munculah pembelaan mati-matian.

Substansi masalah yang seharusnya menyoroti dugaan pencatutan nama presiden untuk meminta saham ke PT Freeport, beralih pada masalah sah dan tidaknya pengaduan Sudirman Said. Tidak itu saja, MKD pun sedang mempertontonkan kekonyolan dengan mempersoalkan bukti rekaman pembicaraan antara Ketua DPR dengan Presiden Freeport. Rekaman itu dikaitkan dengan sah tidaknya penyadapan. Padahal sudah jelas itu rekaman bukan penyadapan.

Sementara itu, rakyat yang penasaran menuntut supaya kasus Setya Novanto diusut secara proporsional. Aneh memang rasanya, ketika pokok persoalan dikaburkan oleh hal-hal remeh. Esensi dari pengaduan Sudirman Said ke MKD sesungguhnya, soal pelanggaran etika. Bagaimana seorang pimpinan wakil rakyat bertemu pimpinan perusahaan, kemudian lobi-lobi. Hal tersebut yang mestinya diperjelas kebenarannya. Bukti sudah jelas, dari rekaman pembicaraan. MKD seharusnya menanggapi secara gentle. Jika memang tidak ada pelanggaran, berikan alasan yang masuk akal. Jangan malah menjalankan proses yang membuat masyarakat mengeryitkan dahi. Menilai kalau isi Senayan sama saja.

Bila Setya Novanto terbukti salah, MKD pun harus terbuka ke masyarakat. Di zaman yang serba terbuka, tidak ada lagi hal yang ditutup-tutupi. Anggota DPR adalah representasi rakyat Indonesia. Mereka duduk di Senayan karena dipilih rakyat. Janganlah menjadi cemen. Rakyat Indonesia sudah cerdas. Tidak perlu lagi dibohongi dengan alibi-alibi konyol. MKD harus membuktikan mereka bertindak secara fair dan proporsional. Penuntasan dugaan papa minta saham ini akan menjaga marwah wakil rakyat. Dugaan pemburu rente di Senayan harus ditangkal.

Saturday 5 December 2015

Hiburan di Singapura Keren Abis



Melihat Kondisi Singapura Terkini (2)


STATUS negara kecil tidak membuat Singapura minder. Dengan sumber daya alam terbatas, negara ini gila-gilaan mengembangkan diri. Pembangunan besar-besaran dimulai di tahun 1980 an. Salah satu pembangunan yang mencolok adalah destinasi wisata. Fasilitas pariwisata dibangun tidak hanya menyenangkan warganya. Destinasi baru dibangun sekaligus untuk menjaring pemasukan. Nilai investasi pariwisata mencapai puluhan juta SGD (dollar Singapura). Langkah Singapura ini membuatnya layak untuk dikunjungi wisatawan. Beberapa lokasi menarik yang dikunjungi disana diantaranya Gardens by the Bay. Terletak di sebelah Marina Reservoir, Gardens by the Bay menawarkan pemandangan pantai yang luar biasa. Destinasi holtikulturanya luar biasa.
Tour guide yang mendampingi wartawan Harbans Kaur mengatakan, luas mencapai  101 hektare. Lahan reklamasi, tanahnya dibeli dari Indonesia. Terdiri dari dua area utama - Bay South Garden dan Bay East Garden, Cloud Forest.
"Dengan taman-taman di dalamnya, gunung setinggi 35 meter diselimuti kabut dan tanaman yang rimbun mengelilingi air terjun dalam ruangan tertinggi di dunia," terang Harbans.
Ya, di dalam bangunan ini, tanamannya bukan hanya khas daerah tropis. Mereka yang datang bisa melihat tanaman khas Afrika, Amerika, maupun Australia. Pengunjungnya cukup padat. Banyak yang kagum dan menjadikan pohon-pohon langka untuj berfoto. Air terjun buatan di dalamnya membuat kebun ini sejuk. Untuk masuk pengunjung harus membayar tiket 28 SGD (Rp 9.700 per dollar).
Lokasi lain yang juga spektakuler disana adalah Universal Studios Singapore (USS) yang dibuka pada Januari 2010, merupakan wahana bermain Universal Studios yang pertama kali dibuka di wilayah Asia Tenggara, dan merupakan yang kedua di wilayah Asia setelah Universal Studios Jepang. Taman bermain bertema film-film terkenal Hollywood produksi Universal Studios ini berlokasi di Pulau Sentosa. Beberapa wahana yang telah dibuka, al.The Lost World, Far and Away, New York, Sci-Fi City, Hollywood Boulevard, Madagascar, Ancient Egypt dan masih banyak lagi. Untuk masuk kesana tiketnya 78 SGD. masyarakat bisa bermain sepuasnya di dalam. Harbans menjelaskan, USS menjadi lokasi kunjungan wajib para turis. Belum ke Singapura jika belum masuk. Dan benar, saat datang di hari libur di USS begitu padat.
Di sekitar USS juga ada Kasino di Resort World Sentosa. Kawasan judi yang disebut-sebut mirip Macau, Hongkong. Begitu masuk di dalam, suasanya mirip dengan kasino yang terpampang di televisi. Tidak hanya kaum adam, banyak juga kaum hawa yang asik bermain. Malah ada kakek dan nenek yang terlihat serius. Sayang, di dalamnya sangat ketat, tidak boleh mengambil gambar. Bahkan ada satu wartawan yang tidak bisa masuk karena lupa membawa paspor.
Untuk malam hari, masih di kawasan Pulau Sentosa juga menawarkan hiburan menarik. Dikenal dengan Wings of time. Pertunjukan di tepi laut itu menampilkan tarian air. Untuk masuk harus membayar 18 SGD.
Harbans bercerita, semua destinasi wisata buatan itu ramai saat akhir pekan. Lokasi yang dijadikan sebagai tempat melepas lelah. Warga Singapura memang dituntut bekerja keras. Pendapatan rata-rata sekitar 2 ribu SGD. Mereka kerja pagi sampai malam demi uang. Sampai banyak yang melajang tak kunjung menikah karena mengejar karir.
"Kalau tidak kerja keras disini, tidak bisa hidup," ucapnya.
Menjadi penduduk Singapura memang seperti dicambuk. Tekanan kerja tinggi. Aturan tenaga kerja ketat. Tidak ada istilah protes atau demo. Makanya Harbans menyebut lokasi hiburan benar dimanfaatkan melepas kepenatan. Pemerintahnya pun gila-gilaan untuk menyenangkan warganya. Gajinya dipaksa dipotong pemerintah, uang ini disimpan pemerintah bisa diambil setelah pensiun. Pemerintah tidak mau dibebani warganya. Kebanyakan bekerja dobel. Warga Singapura 80 persen tinggal di rumah susun. 

Soal etos kerja tinggi, dibenarkan oleh Dr Roil Bilad. Warga asli Lombok yang sekarang menjadi dosen disana menyebut, biaya hidup di Singapura tinggi. Sebulan untuk tinggal saja butuh 600 SGD. Untuk makan dan transortasi sehari bisa butuh 8 SGD, kalau masih lajang. Jika berkeluarga lebih mahal lagi.
"Memang untuk tempat hiburan mahal-mahal. Tapi ada juga gratisan, karena banyak dibangun ruang terbuka publik," katanya.
Roil sendiri tidak mengelak kalau warganya berlomba-lomba memburu uang. Tidak perlu memikirkan kendaraan pribadi. Sebagian besar pendapatan habis untuk konsumtif. Khusus untuk kendaraan pribadi, untuj motor harus membayar "pajak" atau deposit uang 7 ribu SGD. Sementara mobil sampai 70 ribu SGD. Tidak semua orang tertarik membeli kendaraan pribadi.
"Ini negara yang memang butuh kerja keras," sambungnya.
 Untuk tempat hiburan sendiri tidak semuanya memang bayar. Ada turis yang hanya mengincar destinasi tertentu. Salah satunya Marina Bay ialah sebuah teluk dekat Central Area di daerah selatan Singapura dan berada di sebelah timur dari Downtown Core. Disini terdapat berbagai fasilitas dan infrastruktur yang inovatif seperti "terowongan infrastruktur terpadu" dibangun dan aktivitas luar biasa mengambil tempat untuk tampil. Di sekitar sana ada patung Merlion yang menjadi objek berfoto andalan.(bersambung)