This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday 18 July 2016

Ortu Harus Rajin ke Sekolah

HARI pertama masuk sekolah, keriuhan ditunjukkan para orang tua. Surat edaran (SE) Menteri Pendidikan untuk mengantar anak di hari pertama sekolah direspon. Jika biasanya orang tua tidak sempat mengantar, kali ini ramai-ramai menyempatkan diri. Entah orang tua menteri, pejabat daerah, pengusaha, atau pegawai negeri semua ramai mengantar anak mereka. Ramainya sekolah tidak lagi karena ratusan siswa. Para orang tua ikut meramaikan. Di daerah para kepala sekolah (kasek) pun ramai-ramai mendorong kehadiran orang tua. Tidak semua orang tua memang menganggap penting mengantar sekolah. 

Tidak sedikit yang nyinyir menganggap mengantar anak sekolah berlebihan. Membuat anak tidak bisa mandiri. Ratusan orang tua yang mengantar sekolah pun dianggap lebay. Itu pilihan. Semua bebas berpendapat dan memberi penilaian. Tidak bisa disalahkan. Jadi berikan kesempatan juga mengapresiasi orang tua yang mengantar anak sekolah di hari pertama. Itu salah satu bukti orang tua peduli kepada anak. Tidak sekadar memilihkan sekolah semata. Para orang tua pun banyak memanfaatkan kesempatan ini untuk berinteraksi dengan warga sekolah. Berkomunikasi dengan para guru maupun orang tua yang lain. Jauh hari, Menteri Pendidikan Anies Baswedan memberikan penekanan, kedatangan para orang tua ke sekolah sebagai bentuk kepedulian pada pendidikan. Orang tua bisa melihat lingkungan pendidikan anak. Lebih penting interaksi antara sekolah dengan orang tua akan terbangun. Setelah mengantar anak sekolah di hari pertama, orang tua merasa sudah lepas tanggung jawab. Bila perlu sesering mungkin mengantar sekolah. Rajin berinteraksi dengan para guru. Bila perlu ikut memberi masukan untuk dunia pendidikan. Bukankah mendidik anak bukan hanya tanggung jawab sekolah. Semoga para orang tua makin rajin memantau pendidikan anak.(*)

Paramotor Visit Lombok-Sumbawa Hebohkan Ibukota

JAKARTA--Direct Promotion Pariwisata NTB di Jakarta ditutup dengan Parade Budaya NTB di Gedung Sapta Pesona Kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI. Parade Budaya heboh dengan manuver paramotor Visit Lombok-Sumbawa. Pejalan kaki di car freeday (CFD) Jalan Thamrin-Sudirman dibuat kagum dengan penampilan sepuluh paramotor dari DPD Federasi Aerospace Indonesia (FASI) Jakarta. "Luar biasa. Baru pertama kali promosi pariwisata dengan paramotor," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata RI, Esthy Reko Astuti, kemarin (17/7). Diakuinya, aksi paramotor ditengah parade budaya menjadi pembeda. Selain berkeliling di sekitar Monumen Nasional, aksi paramotor juga membelah kerumunan massa yang berolahraga di CFD. Jelas masyarakat akan bertanya-tanya dengan aksi tersebut. "Memang promosi tidak boleh biasa-biasa. Setelah masyarakat penasaran mereka akan bertanya, secara tidak langsung nama NTB terangkat," ucapnya. Parade budaya yang dilepas Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata RI, Esthy Reko Astuti dan Wakil Gubernur NTB HM Amin diawali dengan pelepasan 500 pesepeda berasal dari berbagai komunitas sepeda Jakarta. Ini salah satu kampanye bersepeda internasional Gran Fondo New York (GFNY) yang akan berlangsung di Lombok, 2 Oktober 2016 mendatang. Selanjutnya kontingen seni budaya khas Lombok dan Sumbawa, mulai dari rombongan mahasiswa NTB di Jakarta yang membawa berbagai macam backdrop bertuliskan even-even besar kepariwisataan yang akan berlangsung di NTB. Esthy mengungkapkan, Kemenpar mengapreasiasi positif promosi pariwisata yang dilakukan Pemprov NTB. Langkah tersebut bagian dari implementasi kebijakan Menteri Pariwisata. "Dimana Gedung Sapta Pesona atau Kantor Kemenpar selalu terbuka untuk kegiatan apapun dari daerah-daerah,” sambungnya. Dikatakan, dengan dukungan eksekutif maupun legislatifnya yang begitu kompak, pariwisata di NTB bisa makin berkembang. Kemenpar pun akan memberi dukungan ke daerah. Semakin banyak kunjungan wisatawan ke NTB, baik domestik maupun mancanegara, menjadi keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan sektor pariwisata. "Dari 260 juta pergerakan wisatawan seluruh dunia, paling tidak ada 12 juta wisatawan mancanegara diantaranya yang akan berkunjung ke Indonesia, termasuk ke Lombok dan Sumbawa,” lanjutnya. Lebih jauh, keindahan alam di Lombok dan Sumbawa tidak boleh berhenti dipromosikan. Pasalnya, jika tidak terus dipromosikan keluar daerah atau keluar negeri, tidak banyak yang mengenal. Imbasnya jelas pada tingkat kunjungan wisatawan. "Kami salut dengan promosi NTB di Jakarta. Sebagai ibukota menjadi penggerak wisatawan nasional," imbuhnya. Wagub NTB HM Amin kembali mengulang obsesi Provinsi NTB menjadikan pariwisata sebagai andalan. Pariwisata diharapkan bisa mengalahkan pertanian pada produk domestik regional bruto (PDRB). "Ini akan berpengaruh pada kesejahteraan dan menurunnya kemiskinan," katanya. Selain pertambangan, kata Amin, pariwisata cukup seksi. NTB sudah mendapat stempel halal tourism. Peluang mendapat wisatawan dari timur tengah cukup besar. Tinggal bagaimana terus mengenalkan daerah. "Memang tidak murah biayanya. Namun apa yang dilakukan ini juga akan sepadan dengan hasil yang akan dicapai, tidak hanya sekarang tapi sampai anak cucu," sambungnya. Amin pun menyinggung soal keterisian kamar hotel sepanjang liburan, nyaris semua hotel kebanjiran tamu. Pencapaian itu dinilai sebagai buah dari gencarnya promosi yang dilaksanakan tahun-tahun sebelumnya oleh Disbudpar NTB. Termasuk dukungan stakeholdernya holder pariwisata. "Tentu ini sepadan dengan upaya yang sudah dilakukan," ujarnya. Bapak murah senyum ini kembali mengajak seluruh masyarakat NTB terbuka dan mendukung pariwisata. Majunya pariwisata merupakan sinergi semua elemen. Masyarakat diminta terlibat dan menikmati kesuksesan pariwisata. "Semua masyarakat kita ikut menikmati geliat pariwisata yang semakin berkembang," bebernya. Amin pun mengingatkan soal potensi gangguan pariwisata. Wisatawan yang datang ke NTB harus dibuat nyaman. Insiden sekecil apapun tidak boleh menerpa wisatawan. Sedikit saja gangguan, citra pariwisata akan buruk. "Gangguan apapun itu, mau begal, rampok, atau sampah. Destinasi yang ada juga harus terus diperbaiki dan dijaga," tegasnya. Kepala Disbudpar NTB HL Moh Faozal mengatakan, promosi pariwisata di Jakarta dimulai dengan pameran ekonomi kreatif di Kemenpar RI. Menyusul table top yang dihadiri pelaku pariwisata dari NTB dan Jakarta. Diakhiri dengan Parade Budaya NTB. "Promosi di Jakarta sekaligus menyebarkan kabar MTQ Nasional XXVI digelar di NTB," katanya. Faozal menyebut, ratusan pesepeda dari Jakarta tampil mempromosikan GFNY yang sebentar lagi dihelat di Lombok. Bersamaan dengan gelaran MTQ, ada ajang Paralayang Internasional 4-6 Agustus. Berikutnya disusul Rinjani 100. Termasuk ajang Bulan Budaya Lombok-Sumbawa. Kegiatan pariwisata yang digelar sebulan. Termasuk festival internasional travel fair dan halal travel fair untuk mewujudkan halal destinasi. "Terus kegiatan pariwisata di NTB akan berjalan sampai akhir tahun," sambungnya. Mantan Kepala Museum NTB ini menambahkan, sebelum di Jakarta promosi pariwisata sudah dilakukan di Makassar. Berikutnya menyusul Batam, Yogyakarta, dan Batam. Promosi tersebut salah satu upaya intensif mengenalkan pariwisata NTB."Untuk di Jakarta semua (promosi) berjalan lancar dan cukup baik," tutupnya.

Sekolah Bukan Penitipan Anak

KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), mengeluarkan surat edaran (SE) tentang mengantar anak sekolah di hari pertama. Tujuan SE ini membuat supaya orang tua hadir dan mendampingi anak-anak mereka di hari pertama sekolah. SE tersebut sesungguhnya tidak mengikat. Orang tua bisa saja mengabaikannya. Tidak peduli di hari pertama sekolah. Alasannya jelas, sibuk kerja. Pertanyaannya kemudian, apakah sekolah itu tempat penitipan anak? Melepaskan anak mendapat pendidikan. Orang tua kerja cari uang. Kemudian orang tua membayar uang. Beres. Sudah bayar ke sekolah, maka berikutnya urusan guru adalah mendidik anak. Semoga pikiran para orang tua tidak seperti itu! Dalam SE Kemendikbud soal mengantar hari pertama sekolah ini, berupaya melibatkan orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua bisa mengetahui cara pendidikan di sekolah. Mulai dari kualitas guru hingga kualitas pengajaran. Dengan begitu, seandainya anak kurang maksimal di sekolah, orang tua bisa dengan mudah mengontrol. Apa yang dilakukan oleh kementerian ini sepertinya langkah taktis membuat orang tua peduli pendidikan. Kita tentu masih ingat, ketika ada orang tua melaporkan guru ke polisi. Akibat guru menegur siswa di sekolah. Bentuk teguran guru di sekolah beragam. Ada yang cukup dengan lisan. Ada guru yang memberi sanksi mendidik. Tidak sedikit pula guru mendidik dengan memberi sanksi fisik. Hukuman yang diberikan guru ini pun sifatnya bukan menciderai, justru itu bentuk kasih sayang guru. Pemahaman seperti ini tentu muncul bila orang tua dan sekolah rajin berinteraksi. Memiliki kemauan yang sama mendidik anak. Keluarga tetap menjadi rumah besar mendidik anak. Waktu anak di sekolah tidak sampai 10 jam. Selebihnya anak banyak di rumah. Agak aneh bila ada orang tua membebankan peran pendidikan pada sekolah.(*)

Thursday 14 July 2016

Sekolah Swasta yang Dipinggirkan

TIDAK bisa mengecilkan peran sekolah, baik swasta maupun negeri. Keduanya sama-sama memiliki peran sebagai lembaga pendidikan. Mencerdaskan dan memberikan pengetahuan pada anak bangsa. Sekolah negeri sejauh ini di NTB masih menjadi primadona. Alasannya selain fasilitas lebih lengkap, sekolah negeri ditunjang dengan guru-guru yang berpengalaman. Meski sebenarnya kualitas sekolah swasta pun tidak kalah. Hanya memang fasilitas dan jumlah guru belum selengkap sekolah negeri. Namun di beberapa daerah seperti di Pulau Jawa atau Pulau Sumatera, sekolah swasta yang jadi primadona. Gengsi para orang tua justru ada di sekolah swasta. Tengok saja di kota besar seperti Surabaya, Jakarta, ataupun Medan, sekolah swasta merajai daerah. Selain guru yang bagus, sekolah swasta tersebut ditunjang fasilitas lengkap. Sekolah negeri paling favorit pun dianggap biasa saja. Kondisi ini berbanding terbalik bila melihat sekolah negeri di NTB. Patokan orang tua melihat anaknya sukses adalah masuk di sekolah negeri paling favorit. Ini bisa dimaklumi, sekolah swasta yang ada di NTB, khususnya di Kota Mataram dari sisi kualitas belum mengungguli sekolah negeri. Kalaupun ada, itu hanya beberapa sekolah swasta. Yang terlihat justru ada disparitas antara sekolah negeri dan swasta. Keberpihakan pemerintah condong ke sekolah negeri. Sekolah swasta dibiarkan berjalan tertatih-tatih sendiri. Tidak hanya dari sisi dukungan fasilitas. Kurangnya dukungan pun tampak dari kebijakan yang dikeluarkan. Salah satu contoh di Kota Mataram, adanya aturan bina lingkungan (BL). Dimana sekolah negeri masih diberi kesempatan untuk mengambil siswa di sekitar sekolah. Meski sebelumnya siswa sudah masuk melalui jalur bina prestasi maupun jalur online. Ini kemudian yang membuat jumlah siswa yang masuk sekolah negeri melebihi kuota. Antara jumlah siswa yang masuk dengan ruangan tersedia tidak seimbang. Bandingkan dengan ruangan sekolah swasta yang kosong melompong. Kondisi ini yang kemudian membuat sekolah swasta selalu berteriak saat tahun ajaran baru. Siswa berduyun-duyun ke sekolah negeri. Meski ada beberapa sekolah negeri yang sampai mengubah musala atau laboratorium jadi kelas, itu tidak jadi soal. Alasannya kualitas yang diberikan sekolah swasta kurang jempolan. Pernyataan tersebut menjadi tantangan bagi para kepala sekolah swasta. Harus membuktikan pada masyarakat kalau pendidikan yang diberikan juga bagus. Dan tentu saja, sekolah swasta tidak bisa berjalan sendiri. Pemerintah melalui Dinas Pendidikan harus memberikan dukungan. Kebijakan yang dikeluarkan harus juga menguntungkan sekolah swasta.(*)

Tuesday 12 July 2016

Ketika Daerah Dikepung Juru Parkir

KEBERADAAN tukang parkir cukup membantu. Selain membantu mengatur kendaraan, tukang parkir ikut menjaga kendaraan. Bahkan ikut mengatur lalu lintas di sekitar tempat parkir. Tidak ada yang mengesampingkan peran juru parkir. Mengeluarkan uang beberapa rupiah untuk jasa parkir tidak jadi soal. Lalu apa jadinya kalau daerah dikepung dengan juru parkir? Pertanyaan itu mungkin sudah dirasakan oleh pemilik kendaraan. Apalagi yang tinggal di Kota Mataram. Nyaris setiap sudut tidak ada yang bebas parkir. Mulai dari pasar modern, pasar tradisional, tempat wisata, pasar, sampai tempat ibadah. Jika dalam sehari berhenti di empat titik, untuk sepeda motor harus menyiapkan Rp 4.000. Sementara mobil antara Rp 10-12 ribu. Keberadaan juru parkir seolah tidak terkontrol. Mereka menarik uang tanpa karcis. Kadang malah berlaku seperti masyarakat biasa. Modalnya hanya peluit. Begitu ada kendaraan terparkir, langsung ditarik. Juru parkir ilegal ini pun seolah menjamur di berbagai titik. Apalagi di pusat-pusat jasa perdagangan. Keberadaan juru parkir yang menyenangkan, berubah jadi menyebalkan. Juru parkir berubah menjadi seperti tukang palak. Pemilik kendaraan harus mengeluarkan uang setiap berhenti. Tidak peduli kendaraan hanya parkir beberapa menit. Seolah kejar setoran, para juru parkir khususnya juru parkir ilegal tanpa sungkan meminta uang. Barangkali pengalaman ini pernah dirasakan semua pemilik kendaraan. Begitu parkir kendaraan, di lokasi parkir terlihat sepi. Tapi, begitu hendak balik sudah ada orang dengan peluit minta uang. Lebih parahnya, uang parkir yang dikeluarkan lebih besar dibanding uang untuk belanja. Keberadaan juru parkir di daerah harus mulai dipikirkan. Terutama pada juru parkir ilegal. Mereka harus ditertibkan. Juru parkir resmi. Bukan tukang palak. Tiap meminta uang jasa parkir ada karcis yang diberikan. Selain itu perlu disiapkan pakaian dan ID card khusus juru parkir. Selain itu, lokasi parkir pun harus ditentukan. Tidak semua tempat wajib parkir. Sehingga masyarakat jadi nyaman. Bila perlu daerah membuat terobosan parkir berlangganan. Pendapatan juru parkir dibagi dari hasil pendapatan parkir. Pemilik kendaraan cukup sekali membayar untuk bisa parkir di semua titik. Keberadaan parkir berlangganan ini pun bisa menekan kebocoran parkir. Selama ini retribusi parkir dituding banyak kebocoran.(*)

Wednesday 6 July 2016

Istimewanya Malam Lebaran di Kota Mataram

Semarak takbir di Pulau Lombok cukup meriah. Di malam hari raya Idul Fitri 1437 Hijriah tahun 2016, diwarnai dengan pawai takbir. Nyaris semua kabupaten/kota di Pulau Lombok menggelar pawai takbir. Seperti di Kota Mataram, dari masing-masing kecamatan tumpah ke Taman Sangkareang. Taman kebanggan di Kota Mataram itu pun penuh dengan sukacita. Lantunan takbir menggema bersahut-sahutan. Hadir langsung di Lapangan Sangkareang Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh dan Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana.Beberapa daerah memiliki kekhasan dalam malam lebaran. Jika di Pulau Jawa takbir keliling identik dengan tabuhan dan obor. Di Kota Mataram semarak takbir dimeriahkan replika masjid. Remaja masjid dari masing-masing kecamatan seolah menampilkan ciri khasnya. Salah satu replika yang mencuri perhatian adalah replika Islamic Center (IC) NTB. IC memang menjadi ikon NTB. Bangunannya megah. Arsitekturnya menawan. Dan tentu masjid paling besar di NTB. Arak-arakan pawai takbir dengan membawa replika ini dimeriahkan anak-anak, remaja, hingga orang tua. Seperti tahun lalu, tahun ini pawai takbir pun dilombakan. KNPI Kota Mataram dibawah komando H Novian Rosmana menjadi penanggung jawab lomba pawai takbir. Tidak hanya IC. Bila diperhatikan seksama hampir semua replika masjid begitu istimewa. Detail, sempurna, dan kokoh. Tidak bisa sendiri untuk membawanya. Butuh belasan orang mengangkutnya. Replika masjid ini modelnya mendekati aslinya. Membuatnya kian menarik, diselipkan hiasan. Mulai dipasang lampu sampai kertas warna-warni. Selain replika masjid, pawai takbir juga dimeriahkan dengan kaligrafi raksasa. Tulisan Arab lafadz "Bismillahirrahmanirrahiim" diarak oleh beberapa muda-mudi. Tulisan itu menyala. Di dalam kertas dilengkapi lampu. Dari kejauhan tulisan Arab itu jadi terlihat indah. Tidak itu saja, peserta pawai ada yang membuat replika Quran raksasa. Indah dan istimewa. Anak-anak muda yang membuatnya terlihat total. Terlihat ayat-ayat yang ada di dalamnya ditulis begitu apik. Memang pawai takbir diikuti dengan penuh sukacita. Semua yang hadir memberikan yang terbaik untuk karyanya. Wajar kalau pawai takbir juga menjadi tontonan menarik. Warga Kota Mataram dari berbagai penjuru tumpah di pinggir jalan. Ada yang sampai berjalan beberapa kilometer ke Taman Sangkareang. Suka cita kian lengkap dengan suara kembang api yang bersahut-sahutan.

Monday 4 July 2016

Mendidik Siswa Lebih Kreatif

Teoritis tekstual. Begitu barangkali bila bicara tentang pendidikan di Indonesia. Dalam pendidikan formal, polanya hampir sama. Guru membaca dan siswa mendengarkan. Meski kurikulum berganti, pola pendidikannya nyaris sama. Siswa yang pintar, tak jadi soal. Sepulang sekolah akan mengorek dan mendalami segala materi yang disampaikan guru. Untuk siswa ini jumlahnya bisa dihitung jari. Kebanyakan justru siswa pasif. Cukup menunggu dari guru saja. Tidak mau repot dan menggali pelajaran yang didapatkan. Orientasi siswa yang seperti ini biasanya sama. Rajin sekolah dan dapat nilai baik. Itu yang utama. Pengalaman serta pengetahuannya pun berkisar pada teori semata. Tidak memahami esensi sebenarnya. Tentu saja pola pendidikan ini menjadi problem. Bagaimana menghasilkan generasi muda yang mandiri, kalau semuanya disetir. Semuanya berjalan bukan karena kesadaran. Ada istilah, "seperti kerbau dicocok hidungnya,". Otak terbiasa dalam kendali. Kurang cekatan berpikir ketika ada situasi diluar kebiasaan. Paniknya luar biasa. Padahal secara teoritis sudah bagus. Diukur nilai akademiknya pun diatas rata-rata. Kebiasaan kurang mandiri pada pola pendidikan, efeknya berantai. Kreativitas, survival, dan keberanian seorang anak tereduksi. Lebih memilih mengikuti seperti apa yang disampaikan di dalam kelas oleh guru. Kurang berani mencoba, mencoba, dan mencoba. Setiap mencoba peluang berhasil dan gagal porsinya sama. Kalau berhasil itu bagus. Ketika gagal justru makin bagus. Kok makin bagus? Ya, karena ketika mencoba dan gagal, akan ada pelajaran. Jadi hitungannya begini. Seandainya seorang siswa mengerjakan sesuatu, langsung benar nilainya satu. Tanpa nilai lebih, karena apa yang dikerjakan sudah ada arahnya. Siswa sudah menerapkan sesuai teori dan pelajaran dari guru. Lalu bagaimana yang kreatif? Jelas yang ini nilainya lebih. Berhasil nilainya dua. Jika gagal nilainya malah lebih banyak lagi. Hitungannya begini: keberhasilan dapat bonus dua. Sudah kreatif dengan berani mencoba. Kemudian berhasil. Lebih mantap yang mencoba kreatif kemudian gagal. Nilainya lebih tinggi. Selain siswa sudah kreatif dengan berani mencoba. Kegagalan mengajarkan pengalaman. Dari kegagalan itu siswa akan belajar. Dari kegagalan ini jalan pikir siswa kian berkembang. Contoh sederhana begini, ketika siswa mendapatkan teori tentang menanam kacang hijau. Berdasar teori guru, medianya tanah, kacang hijau ditanam, kemudian disiram. Kacang hijau tumbuh. Teoritis. Bandingkan bila siswa diajak kreatif. Meminta siswa menanam kacang hijau dengan berbagai medium. Hidroponik (air), dengan kapas, sekam, ataupun tanah. Sekali coba, hasilnya dengan kapas lebih bagus. Wah, dapat pengalaman. Ternyata media untuk menanam kacang hijau tidak hanya tanah. Lebih banyak lagi ketika menanam menggunakan tanah dan kapas gagal. Siswa bisa mencoba dengan hidroponik maupun sekam. Semakin banyak media dicoba. Pengalaman kian banyak. Malah bisa membuat kesimpulan kualitas antar media tanam. Makin keren. Tentu saja, pola pendidikan yang teoritis tekstual ini kuncinya ada di tangan guru. Para pendidik harus menjadi trigger (pemantik). Menerapkan pola pendidikan yang lebih kreatif. Mengurangi teori di dalam kelas. Lebih banyak mengajak siswa langsung mencoba di lapangan. Bila sedang mengajarkan cara menulis artikel, tidak usah terlalu banyak teori. Minta saja langsung menulis. Semakin banyak yang ditulis, isi kepala dan pergerakan tangannya merangkai kata kian luwes. Tulisan jelek, coba lagi. Semakin sering dicoba, semakin berpengalaman. Perbendaharaan kata bertambah. Isi kepala makin bergizi. Bagaimana bapak/ibu guru, berani mencoba?.

Sunday 5 June 2016

Bertaruh Nyawa Menyelamatkan Imam Masjidil Haram

PERNAH mendengar cerita tentang kudeta berdarah di Makkah 1979? Kisah ini pernah ditulis oleh Yrovlav Trofimov dengan judul The Siege of Mecca. Buku ini mengisahkan pemberontakan yang dipimpin Juhaiman Ibnu Muhammad Ibnu Saif al-Otaibi. Dalam peristiwa tersebut ada ulama Pulau Lombok yang menjadi saksi mata. Bahkan, ikut terlibat dalam penyelamatan tokoh penting di Makkah. Ulama itu adalah TGH Musthafa Umar Abdul Aziz pendiri Ponpes Al Aziziyah, Kapek Gunung Sari. Ketua Yayasan Ponpes Al Aziziyah TGH Fathul Aziz bercerita kisah berdarah yang terjadi 20 November 1979 itu. Saat itu ia pun termasuk salah satu jamaah di Masjidil Haram. “Mamiq (TGH Musthafa Umar) saat itu menyelamatkan imam masjidil haram,” katanya. Peristiwa pemberontakan di Makkah terekam kuat diingatannya. Sejak 1976 TGH Musthafa Umar dan beberapa keluarganya bermukim di Makkah. Saat peristiwa itu terjadi usia Fathul Aziz 11 tahun. Kengerian ini sendiri diulas dalam buku Yrovlav Trofimov ada 500 orang bersenjata api lengkap. Ribuan orang jamaah haji disekap di dalam masjidil haram dan disandera. Saat itu polisi atau petugas pengamanan di Masjidil Haram menjadi sasaran utama. “Begitu diketahui dia polisi langsung ditembak. Darah dimana-mana,” bebernya. Ditengah kepanikan mencekam, lanjutnya, para pemberontak mencari Imam Masjidil Haram Syech Muhammad bin Subail. Kala itu, kebiasaannya usai salat Subuh, imam masuk ke ruangan khususnya untuk beristirahat. Pintu untuk melarikan diri ada di bawah tanah jalur Shafa-Marwa. Pintu masjid yang biasa dipakai jamaah sudah dikuasai pria bersenjata. “Mamiq kemudian datang ke ruangan Syech (Syech Muhammad bin Subail) mengetuknya. Kemudian menginformasikan adanya pemberontakan,” ungkapnya. Sementara itu pemberontak pimpinan Juhaiman terus berteriak-teriak mencari Imam Masjidil Haram. Pengambilalihan Masjidil Haram oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan penyelamat dunia ini semakin membuat jamaah panik. Apalagi peluru tajam terus dimuntahkan. “Mamiq meminta Syech keluar dari jalur bawah tanah. Mislah (jubah) yang dipakai diminta dilepas,” kata Fathul lagi. Disebutkan, langkah TGH Musthafa Umar mengambil mislah tersebut bukan tanpa resiko. Membawa mislah tersebut akan dengan mudah ditanda pemberontak. Karena tidak memakai mislah, sang imam tidak dikenali. Sementara TGH Musthafa Umar langsung didatangi oleh pemberontak. “Ada pemberontak yang saat itu bilang tembak saja. Kemudian mamiq ditanya darimana, kerja dimana,” kata putra keempat TGH Musthafa Umar. Dengan tenang TGH Musthafa Umar menjawab pertanyaan para pemberontak. Akhirnya pimpinan pemberontak melepaskannya. Sementara Syech Muhammad Abdullah bin Subail sudah diluar dan dalam perlindungan polisi. “Alhamdulillah mamiq dan imam Masjidil Haram sama-sama selamat,” imbuhnya.
Peristiwa yang terjadi 1 Muharam 1400 Hijriah ini diakui Fathul Aziz cepat terlupakan. Dari sejumlah literatur menyebutkan Kerajaan Saudi Arabia memang menutup rapat tragedi tersebut. Listrik dan jalur komunikasi sempat diputus beberapa saat. Perebutan itu terjadi sekitar 2 minggu lamanya. Jumlah korban 255 orang, baik jamaah di masjid maupun pemberontak.

Sunday 8 May 2016

Merubah Skenario Pengumuman Ujian

Ketawa sinis bercampur kecewa. Asyik keliling kota menjumpai sekelompok anak SMA melintas dengan seragam penuh coretan. Ketawa karena kok masih musim corat-coretan. Sinisnya jelas, Ujian Nasional (UN) sekarang tak ada beda dengan ujian sekolah. Kalau rajin dan ikut UN, dipastikan akan lulus. Sudah tiga tahun terakhir penentu kelulusan siswa ada di tangan para guru. Kok aneh begitu pengumuman hasil UN anak2 ini gembira bukan main. Bangganya dimana? Kelakarnya kelulusan tanpa coretan seragam itu kurang asyik. Untuk periode lima tahun ke belakang bolehlah. Saat itu memang UN begitu menyeramkan. Nasib sekolah tiga tahun hanya ditentukan tiga hari. Munculah euforia kegembiraan berlebihan. Meski sebenarnya biasa saja. Mau ujian sudah pengayaan, les tambahan, sampai tryout. Masak susah lulus. Ada rasa kecewa melihat seragam bagus itu berlumur cat dan tanda tangan. Memang sih itu seragam mereka. Dibeli pun dengan uang orang tua mereka. Tidak ada alasan melarang-larang. Tapi, bolehkan kecewa melihat seragam bagus itu berubah jadi seragam tak layak. Namanya penonton, selalu diberi keleluasaan kecewa. Seperti saat kecewa usai menonton Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2. Setelah 14 tahun menanti, kenapa cerita film ini berjalan biasa saja. Epiknya sederhana. Tanpa dramatis ketika Rangga dan Cinta berjumpa. Delapan purnama tidak ketemu cuma ada tamparan "cplak". Sekali saja. Perjumpaan sederhana di Yogyakarta. Saya yakin banyak penonton mau lebih. Baik dramatis, romantismenya ataupun suasana penuh emosionalnya. Alur ceritanya banyak terputus. Yah, namanya penonton cukup hanya kecewa. Sekecewa menonton anak muda yang seragamnya penuh coretan.Aada harapan. Lebih bermakna kalau mereka menghimpun seragam sekolah layak itu. Dikumpulkan bersama. Kemudian ramai-ramai diantar ke sekolah-sekolah terpencil. Di NTB masih banyak sekolah terpencil. Gedungnya dari bedek. Pengajarnya guru honor. Fasilitasnya seadanya. Seragam siswanya?jangan ditanya lagi. Syukur saja mereka mau ke sekolah. Tapi saya pikir masih ada kesempatan mengubah skenario pengumuman UN. Tidak perlu seperti AADC yang harus menunggu 14 tahun. Tahun depan kebiasaan corat-coret seragam ini bisa diubah. Jalan ceritanya sih terlihat mudah. Dinas pendidikan mengeluarkan edaran wajib, semua sekolah harus menghimpun seragam siswa. Kepala sekolah jadi ujung tombak di sekolah. Wajib hukumnya semua siswa kumpulkan seragam. Tanpa nego. Surati saja langsung para orang tua, meminta seragam para siswa. Sedikit ancaman bolehlah. Gak setor seragam terancam tidak lulus. Apa nanti sudah pasti tidak ada corat-coret seragam. Belum tentu. Bisa saja ada siswa beli seragam untuk disumbang. Seragamnya tetap dipakai corat-coret. Itu urusan mereka lah. Ada kepedulian untuk pendidikan. Seragam bagus itu bermanfaat. Dan terpenting kali ini penonton ada kesempatan mengubah alur cerita. Semoga saja.

Tuesday 26 April 2016

Quran Ibarat "Mesin" Kehidupan

Jangan meremehkan fadilah membaca quran. Demikian diucapkan oleh Ustad Yusuf Mansur saat bertandang ke Madrasah Sayang Ibu di Dasan Griya, Lingsar, Lombok Barat, Selasa (26/4) siang. Ustad yang kerap muncul di televisi ini bercerita tentang kehebatan Alquran dengan bahasa yang sederhana. Membaca Alquran bak mesin. Semakin dibaca laju kehidupan tidak terduga melaju dengan kencang. Ia memulai dengan kisah pemuda bergelar sarjana yang menjadi tambal ban. Ustad Yusuf berjumpa dengannya 2008 silam. Saat jumpa, keluhan pemuda itu didengar. Cerita susahnya mencari kerja disimak. Tidak banyak kata keluar kata dari Ustad Yusuf Mansur kala itu. “Saya katakan, baca Surat Waqiah pagi dan sore hari, begitu saja,” ucapnya. Setelah pertemuan itu, ustad kembali ke pondok dan pemuda tetap kembali menjadi tambal ban. Tanpa diduga di 2009, seorang pemuda datang meminta kehadiran Yusuf Mansur pada peresmian swalayan. “Gue tanya nih, lu siapa. Jawabnya, saya tambal ban dan Surat Waqiah,” ujarnya terkekeh. “Agak lupa, bingung juga apa hubungan tambal ban dengan Waqiah,” sambungnya disertai tawa jamaah. Pemuda itu pun bercerita, ia adalah tukang tambal ban yang dijumpai Yusuf Mansur 2008. Kemudian diberi amalan membaca Surat Waqiah. Meski jarang salat dan mengaji, ia melaksanakan anjuran dari Yusuf Mansur. “Kotor soalnya, namanya tambal ban. Ibadahnya agak kurang, tapi dia jalankan amalan itu,” terang Yusuf Mansur. Dalam hitungan bulan, lanjut Yusuf Mansur, si pemuda langsung terlibat bisnis property. Untung lumayan hingga bisa membeli tanah dan bangunan. Itulah kemudian akhirnya membuat swalayan. “Masya Allah. Luar biasa,” terangnya. Ustad Yusuf Mansur berkata, semakin banyak amalan yang dibaca makin bertambah kemampuan “mesinnya”. Diibaratkan seperti menaiki pesawat Boeing 747 dengan Bombardier 777. Jelas menggunakan Bombardier lebih cepat. Menuju Makkah saja bedanya dua jam. Seperti itulah mereka yang rajin mengamalkan Alquran. Sesungguhnya sedang memperkuat mesin. “Hidup saya itu isinya amalan saja, pagi, siang, malam itu saja. Soal begini saya NU dan NW dah,” ucapnya tertawa. Di kisah yang lain Yusuf Mansur bercerita, bagaimana seorang wirausaha steak dan shake berusaha. Untuk mencari tempat baru membuka dagangan harus keliling ke banyak sudut. Sayang, setiap datang tidak pernah bertemu tempat yang cocok. Mereka pun mulai rajin Duha dan membaca Surat Ar Rahman, tiba-tiba sebuah tempat di Tegal yang begitu jauh seolah “terlihat”. “Sebelumnya jarang cocok, setelah pakai sajadah begitu jadinya,” ucapnya. Bahkan ketika diundang salah satu Kyai untuk melihat pondoknya, Yusuf Mansur mengaku pernah ditodong untuk membantu. Pondok itu dibangun bantuan dari Arab Saudi, bantuan terhenti. Pondok terbengkalai. Santrinya cukup banyak sekitar 4 ribu. “Saya dikasih nih kesempatan bicara di depan santri, saya katakana baca Waqiah, Ar Rahman, dan Al Mulk. Kyainya sempat bilang, kirain kasih bantuan,” ujarnya tersenyum. “Ya, tapi Masya Allah tidak lama pembangunan di pondok akhirnya kembali berjalan,” tambahnya. Yusuf Mansur tidak memungkiri, ada orang-orang yang datang kemudian menegur, seharusnya kalau membaca quran yang ikhlas jangan karena niat apa-apa. Namun semuanya dijawab dengan senyuman. Menurutnya, ada rahasia besar dalam Alquran yang banyak tidak diketahui orang. Ustad yang dikenal banyak mencetak para penghafal quran ini pun memberi semangat pada Madrasah Sayang Ibu tetap mempertahankan konsep Alquran dan riset.(*)

Thursday 24 March 2016

Rio di F1, Indonesia Mendunia

Akhirnya Indonesia memiliki wakil di Formula 1 (F1) 2016. Satu kata, hebat. Start paling belakang di debut pertama, tetap luar biasa. Ini sejarah. Di Asia, Rio satu-satunya pembalap F1. Indonesia dibuat mendunia. Rio, pemuda 23 tahun, menembus sirkuit di Australia tidak mudah. Harus wara-wiri mencari dana, supaya bisa mengisi satu slot di Manor Racing. Nilainya memang ratusan miliar. Mustahil ditanggung sendiri. Toh, akhirnya bisa mengaspal. Ekspektasi bangsa Indonesia meninggi. Gembira dan bangga. Tidak semua memang. Ada sebagian yang menyebut amatiran. Masih anak bawang di F1. Ya, karena dalam kualifikasi menabrak kolega F1 lainnya. Kena pinalti lah dia. Mulai lah muncul cibiran. Rio Haryanto, pemuda pertama asal Indonesia di F1. Sepanjang masa, belum ada orang Indonesia yang merasakan ketatnya jet darat. Rio sebelum terjun di F1, memulai dari GP2. Beberapa kali anak Solo ini merasakan podium utama. Lagu Indonesia Raya berkumandang. Bendera merah putih berkibar. Tentu prestasi di podium GP2 itu diharapkan terulang di F1. Berat, sangat berat. Rio berstatus rookie alias "anak baru". Namun, anak muda ini menunjukkan kebesaran hatinya. Sebagai rookie, bisa finish saja luar biasa. Apalagi sampai mendapat poin. Rio menjadi salah satu pembalap yang banyak diburu media asing. Sebagai satu-satunya pembalap Asia diantara 22 pembalap, tentu menarik dikulik. Rasa penasaran media asing, dijawab dengan optimisme. Penuh semangat di balapan pertama di Australia. Ingin membuat bangga Indonesia. Debut pertama Rio kurang mulus. Hanya 19 lap dilalui. Padahal seharusnya Rio melahap 57 lap. Gangguan teknis di jet daratnya jadi persoalan. Rio tak risau. Kecewa tidak bisa finish. Tapi, tetap penuh semangat. Ah, seandainya banyak anak muda seperti ini. Kurang adil rasanya gara-gara gagal finish, lalu bilang Rio amatiran. Terlalu cepat. Masih ada beberapa race yang bakal dilalui. Sebenarnya, bukan hanya Rio yang gagal finish. Beberapa pembalap pun gagal finish. Termasuk mantan juara F1, Fernando Alonso. Penampilan Rio selanjutnya, harus disambut dengan penuh optimisme. Bukan hanya oleh Rio semata. Seluruh Indonesia harusnya memberikan optimisme yang sama. Mendoakan supaya tampil terbaik. Belum tentu di F1 selanjutnya ada wakil Indonesia. Lalu bagaimana soal APBN dan donasi yang masih jadi perdebatan?Sudahlah, biarkan dukungan ini mengalir dulu. Jangan rusak euforia ini. Berjuanglah Rio. Harumkan Indonesia.(*)

Saturday 27 February 2016

Bau Nyale yang Legendaris

PERNAH mendengar atau mengikuti festival bau nyale?. Ini festival asal Lombok yang peminatnya sangat banyak. Ketika acara dihelat, ribuan orang tumpah di pinggir pantai. Apa gerangan yang sedang dilakukan. Ribuan orang ini rela berada di laut mulai dini hari sampai usai subuh. Masyarakat yang tengah menumpuk di pinggir pantai, hendak memanen nyale (sejenis cacing laut). Legenda nyale ini cukup terkenal. Cacing berwarna-warni, kebanyakan berwarna hijau disebut jelmaan putri. Cacing ini diburu banyak orang. Katanya cacing membawa banyak khasiat. Ya, konon ceritanya cacing itu berasal dari putri yang menenggelamkan diri. Alkisah, dahulu kala ada putri cantik jelita di Lombok. Kecantikannya membuat banyak pangeran terkesima. Pangeran ini akhirnya berbindong-bondong ingin meminang sang putri. Melihat begitu banyaknya pangeran, putri bernama Mandalika itu tidak menentukan pilihan. Pertimbangannya tidak ingin ada pertumpahan darah. Putri Mandalika memutuskan menenggelamkan dirinya di laut. Dia pun berkata akan muncul setahun sekali dan membawa kebahagiaan. Itulah kemudian yang disebut nyale. Bau nyale yang legendaris itu pun menjadi festival tahunan di NTB. Bau nyale masuk dalam kalender pariwisata NTB. Si cacing "nyale" hadir setahun sekali. Perhitungannya pun agak rumit, dengan hitungan penanggalan Sasak. Kisah legenda itu pun membungkus festival nyale. Barangkali di Indonesia, bahkan dunia, hanya di Lombok ribuan orang memburu cacing. Cacing yang disebut membawa banyak khasiat, mulai kesehatan, kesuburan, sampai rejeki. Secara teoritis keilmuan, nyale adalah cacing laut. Seperti halnya biota laut lainnya, cacing ini juga ada di banyak tempat. Hanya di Lombok istimewa kemunculannya bisa diprediksi. Ditambah bumbu legenda yang cukup menarik. Kemasan bau nyale yang semakin bagus, membuat festival ini makin ditunggu. Bau nyale yang legendaris bukan lagi milik Lombok. Bau nyale sudah jadi milik nasional bahkan internasional. Jangan heran ketika festival dihelat mereka yang hadir tidak saja dari Lombok. Ada yang dari luar daerah, bahkan luar negeri. Bau nyale yang legendaris ini harus tetap dijaga kelestariannya. Digelar semakin profesional dan ditampilkan sebagai ikon pariwisata Lombok.(*)

Saturday 20 February 2016

Lawan Penyebaran LGBT

JANGAN menuntut lebih pada negara untuk aktivitas menyimpang. Menuntut pengakuan lebih sama halnya mengarahkan negara mengangkangi konstitusi yang ada. Itu fenomena kekinian soal lesbian, gay, biseks, dan transgender (LGBT) yang terus menggelinding. Kelompok ini berupaya meminta pengakuan negara pada keberadaannya. Ingin diakui dan diperbolehkan menyebarkan aktivitasnya. Komunitas LGBT membawa-bawa beberapa negara yang "menghalalkan" pernikahan sejenis. Membawa liberalisme barat ke Indonesia. Permintaan pengakuan yang jelas salah alamat. Konstitusi negara tidak memberi ruang. Secara norma ketimuran prilaku ini dianggap menyimpang. Bicara LGBT dari sisi prilaku sebenarnya sudah usang. Aktivitas yang sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Pergerakan mereka denhan komunitasnya berjalan sudah lama. Hanya saja, mereka permisif. Takut akan stigma dari masyarakat. Mereka menutupi diri. Tidak ingin terus berada dalam ketakutan, mereka ingin mendeklarasikan diri. Mereka ingin dilegalkan negara. Keinginan yang justru membangkitkan perhatian publik. Akibat langkah ini, akhirnya mayoritas elemen di Indonesia menyatakan perlawanan. Sampai muncul dorongan membuat undang-undang LGBT. Wakil Presiden Jusuf Kalla cukup bijak menanggapi dorongan banyak elemen. LGBT sebagai aktivitas individu tidak bisa dibatasi. Negara tidak perlu masuk dalam urusan personal. Menjadi masalah bila LGBT berupaya menyebarkan "virusnya" ini salah dan harus dihentikan. Banyak pakar psikologi menilai, LGBT sebagai penyakit. Itu bisa disembuhkan. Jadi tidak perlu para LGBT itu malah berteriak-teriak meminta pengakuan negara. Mereka seharusnya mengintropeksi diri. Bukankah dengan melegalkan LGBT di Indonesia sama halnya menyebarkan "virus" ganas pada generasi muda. Secara kodrat manusia diciptakan laki-laki dan perempuan. Mereka menikah, kemudian memiliki keturunan. Ini hukum Tuhan yang tidak bisa dibantah. Lalu kenapa kemudian, mereka ingin dilegalkan. Bila kemudian ini dibawa ke urusan Hak Asasi Manusia (HAM), semuanya menjadi kian berpendar. Perhatian justru mengarah pada LGBT yang di dzolimi. Padahal LGBT ini adalah "virus" yang bisa menyerang kita, tetangga, atau keluarga kita. Contoh nyata, adalah soal dugaan aktor Indonesia yang melakukan tindakan seksual pada remaja laki-laki. Dugaan cabul itu, apakah tidak membawa efek berantai? Apakah korbannya nanti tidak mengalami perubahan orientasi seksual? Apakah nantinya mereka tidak mencari mangsa baru lagi?. Lalu bagaimana pertanggungjawabannya kalau ini menjadi wabah. Kita melawan LGBT bukan memusuhi orangnya.(*)

Friday 19 February 2016

Lombok Memang Surga di Bumi

INDAHNYA pantai di Lombok terus mendapat pengakuan dunia. Banyak pantai di Lombok dinilai luar biasa bagusnya. Belum lama ini, giliran Pantai Gili Meno, Kabupaten Lombok Utara (KLU) yang bertengger di posisi teratas sebagai pantai paling menarik di Indonesia. Itu diumumkan situs resmi perjalanan dunia yang mengeluarkan daftar para pemenang "2016, Traveler's Choice" untuk kategori pantai terbaik di Indonesia. Penilaian dilakukan langsung berdasarkan kuantitas dan kualitas ulasan dan rating dari wisatawan dunia mengenai pantai-pantai yang dikumpulkan dalam periode 12 bulan. “Much more calm, friendly, clean (lebih damai, bersahabat, dan bersih). Berdasarkan visitor rating di situs tersebut, Gili Meno mendapat penilaian excellent sebanyak 260 voters, 120 voters menilai Gili Meno Very good, 32 voters lain memberi penilaian avarage atau rata-rata, 11 voters memberi penilaian poor alias jelek dan hanya 7 voters yang mengkritik Gili Meno sebagai pantai yang buruk. Masih di situs tersebut, berbagai review positif pun ditujukkan untuk menggambarkan keindahan dan kenyamanan berlibur di Gili Meno. Ada yang memuji Gili Meno sebagai pulau kecil yang masih sepi penghuni dan penduduknya ramah. Ada pula yang mengungkapkan ketakjubannya melihat penangkaran penyu di Gili Meno. Pada review tersebut banyak yang memilih Gili Meno dari pada dua gili lainnya yakni Gili Trawangan dan Gili Air. Salah satu keunggulannya karena Gili Meno dinilai masih alami. Sementara, dua gili lainnya dianggap sudah sangat ramai dan penuh pesta hura-hura. Namun jelas Gili Meno tidak saja mengungguli dua gili tetangganya. Melainkan juga dianggap lebih menarik dibandingkan ratusan pantai lainnya di Indonesia. Bahkan, Gili Meno dianggap lebih indah dari pada Pantai Kuta (Balangan) di Bali yang menduduki peringkat kedua. Sementara, Pantai Nusa Dua Bali menduduki peringkat ke tiga. Lebih membanggakan, Gili Meno bukanlah satu-satunya pantai di NTB yang mendapat penilaian positif para wisatawan. Sebagaimana diumumkan oleh TripAdvisor, dua pantai di Lombok lainnya juga berhasil masuk sepuluh besar pantai terindah di Indonesia. Kedua pantai tersebut yakni Pantai Selong Blanak yang menduduki peringkat keempat. Selain itu juga ada Pantai Tanjung Aan yang menduduki peringkat ke sembilan. Jika dilihat dalam daftar sepuluh pantai terbaik se-Indonesia versi TripAdvisor tahun 2016. Layak memang pantai di Lombok selalu mendapat tempat istimewa di mata para traveling. Lombok yang sering dikatakan surga kecil di bumi, memang dianugrahi pesona alam luar biasa. Diluar pantai, pesona air terjun, perbukitan, dan gunung tidak kalah indahnya. Keindahan alam dianggap masih natural dan belum terkontaminasi modernisasi. Namun, semuanya hanya soal waktu. Tempat indah itu akan menjadi indah sebelum dijamah banyak tangan nakal. Problem sampah wisata maupun munculnya banyak bangunan terus mengintai. Tantangan besar semua stakeholder pariwisata menjaga supaya surga di bumi ini tetap terjaga baik.(*)

Monday 15 February 2016

Tipikor Perlu Tunggu Laporan?

URUSAN pemberantasan korupsi di daerah, kejaksaan dan kepolisian harus berada di garda terdepan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sesekali turun ke daerah untuk kasus kakap. Perangkatnya sendiri, KPK tidak selengkap polisi dan jaksa di daerah.

Di NTB beberapa kali kasus korupsi masuk ke meja kejaksaan dan kepolisian. Bahkan KPK pun beberapa kali turun. Seperti saat kasus membelit Bupati Lombok Barat H Zaini Arony atau mantan Kajari Praya, Subri. Selebihnya, jaksa dan polisi yang banyak bergerak.
Namun beberapa kali jaksa maupun polisi ketika ditanya soal dugaan-dugaan korupsi, memilih menunggu bola. Artinya, untuk dugaan korupsi mereka menunggu laporan.

 Seperti yang terjadi pada dugaan dana siluman di kantong APBD Pemerintah Provinsi (Pemrov) NTB diendus Kejaksaan Tinggi (Kejati) NTB. Kejaksaan berjanji akan turun seandainya ada laporan yang masuk. Disebutkan, kejaksaan bisa saja turun berdasarkan informasi dan pemberitaan di media. Tapi, mereka memilih untuk menanti adanya laporan dari masyarakat, begitu penyampaian Humas Kejati NTB ketika dikonfrontir awak media. Sejauh ini, belum ada laporan berkaitan dengan dugaan penggunan dana siluman di Pemrov NTB.

Seperti diketahui, dugaan penggunaan dana siluman untuk pengerjaan sejumah proyek berawal dari temuan dewan. Para Politisi Udayana menduga ada anggaran siluman yang menghiasi APBD. Seperti anggaran pembangunan gedung baru di dalam kompleks Kantor Gubernur NTB senilai Rp 33 miliar.

Korupsi yang masuk sebagai ekstra ordinary crime atau kejahatan luar biasa, tidak bisa dibiarkan merajalela. Tentu masyarakat Indonesia dibuat bangga bila urusan korupsi digarap serius. Seperti langkah KPK yang getol bergerak menangkapi koruptor.
Jika alasan jaksa dan polisi turun menunggu laporan, tentu ini tidak diharapkan publik. Korps Adhiyaksa yang dianggap lebih senior dalam mengurus korupsi, mestinya lebih bertaring.

Pergerakan di daerah dengan dukungan perangkat dan anggota lengkap, harusnya bisa lebih dimaksimalkan. Sama halnya dengan kepolisian yang juga didukung perangkat lengkap. Pernyataan pengusutan korupsi menunggu laporan dahulu akan melukai rasa keadilan masyarakat. Bukankah korupsi kejahatan luar biasa?.(*)

Sunday 14 February 2016

SMA Sederajat Pindah Komando

SMA sederajat sebentar lagi pengelolaannya diambil alih provinsi. Ini sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, terdapat perubahan pembagian urusan dalam pengelolaan bidang pendidikan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pendidikan menengah (SMA/SMK) yang sebelumnya dikelola pemerintah kabupaten/kota berdasar UU tersebut kewenangan pengelolaannya beralih ke pemerintah provinsi.

Perubahan pengelolaan ini tentu kabar baik, khususnya bagi SMA sederajat berstatus swasta. Sekolah swasta sering mengeluhkan keberpihakan kabupaten/kota. Ambil contoh saja soal penerimaan siswa baru, meski sekolah negeri sudah terlalu padat, kebijakan masih memihak pada negeri. Munculah istilah sekolah swasta jadi anak tiri. Harapan melambung supaya perhatian provinsi ke swasta dan negeri seimbang.

Hal lain dengan dikelola oleh provinsi, baik SMA maupun SMK, semakin kompetitif. Pikiran sekolah hanya fokus mendidik siswa. Kalau selama ini sekolah dibayangi gonta-ganti kepala sekolah, hal itu bisa semakin diminimalisir. Dinas Dikpora Provinsi NTB nantinya lebih akuntabel dan proporsional memilih pemegang komando di sekolah.


Berlakunya UU membuat daerah harus menyesuaikan perubahan-perubahan yang telah ditetapkan pada UU tersebut. Diantaranya, perubahan mengenai tupoksi kelembagaan maupun perubahan mengenai kelembagaan. Pemerintah daerah harus segera menyiapkan peraturan-peraturan didaerah terkait dengan perubahan tupoksi kewenangan dan kelembagaan diantara SKPD maupun kewenangan antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Provinsi sudah mulai mendata guru SMA sederajat di kabupaten/kota yang akan hijrah ke provinsi. Dari hasil pendataan tersebut. Tercatat jumlah guru PNS SMA 3.770 orang, sedangkan non PNS 4.733 orang. Total guru SMA 8.503. Guru SMK PNS 2.306 orang, non PNS sebanyak 4.985 orang. Total guru SMK 7.291 orang. Total guru SMK 15.794 orang. Selain guru, ada pengawas mencapai 203 orang. Dengan rincian pengawas SMA 142 orang, pengawas SMK sebanyak 61 orang. Belum lagi tenaga administrasi. Dari SMA statusnya PNS 497 orang dan non PNS sebanyak 1.722 orang. Sementara SMK yang statusnya PNS 292 orang, non PNS 1.582. Total tenaga administrasi 4.093 orang.

 Guru, pengawas, dan tenaga administrasi yang PNS, tidak menjadi soal. Gaji mereka sudah jelas. Beda dengan yang non PNS alias honor. Sampai sekarang belum ada titik temu. Rasanya berat bila gaji mereka ditanggung provinsi. Untuk honorer dengan surat keputusan sekolah (SK) tidak memusingkan. Sekolah biasanya sudah mengalokasikan. Masalah ini sedikit rumit. Apalagi jumlahnya ribuan orang honorer.

Selain tenaga pendidik. Soal aset sekolah pun harus dipikirkan serius. Setelah diambil alih provinsi, tentu segala sesuatu yang menyangkut pembangunan atau pembelian mebelair, provinsi yang turun tangan. Dari sekarang harus diputuskan statusnya. Supaya di kemudian hari tidak menjadi problem.

Sebenarnya masih banyak hal lain yang harus dipikirkan matang untuk peralihan pengelolaan SMA sederajat. Proses ini memang tidak bisa sim salabim langsung tuntas. Jumlah SMA dan SMK negeri atau swasta ratusan. Paling penting, semoga perpindahan pengelolaan ini membuat output dari sekolah menengah atas kian baik. Jangan setelah dikelola provinsi malah mengalami kemunduran.(*)

Saturday 13 February 2016

Revisi UU KPK, Penguatan atau Amputasi?

REVISI Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), masih terus menggelinding di parlemen. Hampir semua parpol di parlemen menghendaki revisi itu. Tujuannya, untuk memperkuat KPK. Benarkah memperkuat?

KPK sebagai lembaga superbodi pemberantasan korupsi. Pergulatan melawan korupsi cukup mumpuni. Sejak hadir di era Presiden Megawati Soekarno Putri 2003 silam, kiprah KPK dalam pemberantasan korupsi cukup lugas. Meski dalam perjalanannya, ada tudingan KPK kehilangan independensi. KPK dengan kekuasaan yang superbodi, membuatnya dianggap lembaga yang langsung bertanggungjawab ke Tuhan. Itulah menurut mereka (baca: dewan), perlu revisi undang-undang supaya langkah KPK memberantas korupsi lebih kuat namun tetap terkontrol.

Soal KPK, memang publik memberi harapan yang sangat besar. Lembaga ini dinilai lebih tajam memberantas korupsi dibanding seniornya, kejaksaan dan kepolisian. Memang hadirnya KPK diawal, salah satu sebabnya adalah kurang sigapnya kejaksaan dan kepolisian mengusut korupsi. Kejahatan yang masuk dalam ekstra ordinary crime itu berlangsung masif. Dari tingkat pusat hingga daerah. Tidak usah heran kalau daftar tangkap KPK mulai dari pejabat negara setingkat menteri, lembaga tinggi, wakil rakyat, politisi, pengusaha, hakim, jaksa, polisi, sampai kepala daerah. Tidak pandang bulu, KPK menyapu setiap perilaku korup.

Kerja-kerja KPK memberantas korupsi memang tidak mudah. Banyak sekali kerikil yang menghadang. Ketika tindakan korup berjalan berjamaah, maka banyak sekali rintangan menghadang. Untungnya, KPK memiliki undang-undang khusus. Soal sadap-menyadap, tidak bisa mengeluarkan penghentian penyidikan. Termasuk kewenangan KPK melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. KPK juga memiliki kewenangan tambahan yaitu dapat mengambil alih perkara korupsi walaupun sedang ditangani oleh Kepolisian atau Kejaksaan (Pasal 8 ayat (2) UU KPK).

Kewenangan KPK memang luar biasa. Jika kemudian banyak yang tertangkap tangan bertindak korup, itu tentu kaitan dengan sadap-menyadap. Lihat saja tangkap tangan mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin. Mengacu pada putusan PT Tipikor selain dihukum penjara, harta Fuad hasil pencucian uang disita. Nilainya terbesar sepanjang penangkapan KPK yaitu Rp 250 miliar. Belum lagi penangkapan pengacara kondang OC Kaligis, penangkapan Mantan Menpora Andi A Malaranggeng, Menteri ESDM Jero Wacik, hingga penangkapan wakil rakyat seperti Angelina Sondakh ataupun yang baru-baru terjadi yaitu Damayanti. Masih banyak prestasi lain yang menjadi rekor KPK.

Apakah dengan kewenangan luar biasa itu KPK perlu dikuatkan lagi dengan33 revisi undang-undang. Jelas, penilaian publik sebaliknya. KPK hendak diamputasi. Kewenangannya hendak dikurangi. Urusan sadap-menyadap perlu izin, KPK bisa menghentikan penyidikan, termasuk KPK tidak bisa sekaligus mengobok korupsi.

Kalau memang dianggap KPK terlalu superbodi, bakal berbuat culas dengan kewenangannya, apa perlu undang-undangnya diobok-obok. Dengan kemampuan yang luar biasa saja, KPK masih kerap tersandera. Lihat kasus Abraham Samad, Bambang Widjojanto, atau Novel Baswedan. Padahal KPK sudah superbodi. Revisi undang-undang ini jangan hanya akal-akalan untuk bisa kembali berprilaku korup. Publik masih yakin, KPK terdepan memberantas korupsi. Jika kepolisian dan kejaksaan bisa seperti KPK, jangankan revisi undang-undang, dibubarkan saja KPK tidak ada yang ribut.(*)

Friday 12 February 2016

Ada Pungutan Liar di Prona

PROYEK Operasi Nasional Agraria (Prona) sedang jadi perbincangan. Sebab-musababnya, pengurusan prona yang seharusnya gratis, ada pungutan liar (pungli). Kabar pungli ini mencuat dari Kota Mataram, setelah para korban pungli melapor ke Ombudsman NTB.

Dari beberapa informasi yang masuk, sesungguhnya pungli pada prona tidak hanya terjadi di Kota Mataram. Ada pungli yang struktural dan masif dalam pengurusan prona. Laporan ini datang juga dari Lombok Barat dan Lombok Utara. Bahkan, pungli pada prona ini langsung dibawah komando kepala desa. Alasannya, itu uang sumbangan untuk desa.
Mirip dengan hasil investigasi ombudsman menemukan praktik pungli prona di tingkat kelurahan.

Warga selaku pemohon dibebankan untuk membayar biaya pal atau patok lahan, materai, alas hak, serta pajak. Item memang tidak gratis, tapi oknum kelurahan dan BPN mematok biaya yang harus dibayar pemohon. Setiap warga diharuskan membayar biaya yang bervariasi. Satu orang dipungut Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.

Kenapa sumbangan untuk prona ini kemudian disebut pungli? Karena tidak landasan hukum dan aturan yang memperbolehkan ada bayaran untuk prona. Program Badan Pertanahan Nasional (BPN) ini tidak bayar alias gratis. Kalau kemudian ada masyarakat yang mau mengeluarkan uang, itu akibat ketidaktahuan aturan ini.

Biasanya, untuk pengurusan sertifikat tanah, butuh biaya besar. Alhasil, banyak masyarakat tidak memiliki sertifikat tanah. Kondisi itulah kemudian membuat BPN menerbitkan prona. Tujuannya baik, membantu masyarakat yany belum memilili sertifikat.
Di lapangan praktiknya berbeda. Ada oknum yang meminta biaya, atas nama sumbangan. Dengan tambahan, sekadar memberi tukang ukur dari BPN. Masyarakat ngikut saja. Selain biaya yang dikeluarkan tidak banyak, masyarakat tidak mau dibuat pusing dan repot dengan pengurusan sertifikat. Kalau sampai Polres Mataram memberi atensi soal prona, itu sanga5 berdasar. Untuk kabupaten/kota lainnya, hentikan saja pungli tanpa aturan itu, atau menunggu aparat untuk turun tangan.(*)

Thursday 11 February 2016

Lombok Butuh Jalur Trans Baru

JALUR dari Kota Mataram menuju Lombok Timur (Lotim) dikenal sebagai jalur padat. Jalan ini memang menjadi lajur utama. Jika berakhir pekan hendak ke Lotim dari Kota Mataram atau sebaliknya, bila normalnya hanya satu jam lebih, bisa ditempuh sampai tiga jam. Silih-berganti keluhan masyarakat muncul. Jalan yang kecil dinilai sudah tidak sanggup menampung laju kendaraan yang semakin bertambah setiap tahun.

Angin segar pun berhembus. Presiden Joko Widodo yang beberapa hari lalu bertandang ke Lombok berjanji akan membangunkan jalur trans dari Lembar ke Kayangan, Lotim. Orang nomor satu di Indonesia itu akan mengucurkan dana APBN untuk pembuatan jalur baru. Proyek fisik yanh dinanti oleh masyarakat Lombok. Urusan jalan baru ini sesungguhnya, beberapa kali disinggung oleh pemerintah provinsi. Namun, ada hal teknis yang tidak bisa sepenuhnya ditanggung Pemprov NTB.

Dari data Dinas Pekerjaan Umum Lotim, sebagian besar jalur penghubung dua pelabuhan di barat dan timur Lombok itu memang berada di Lotim. Jika mengacu jalan yang ada, tak kurang dari 40 kilometer ruas yang membentang di Lotim dari Jenggik di Terara hingga Kayangan Pringgabaya. Namun lantaran status jalan itu yang merupakan jalan negara, menurutnya kewenangan sepenuhnya berada di tangan pemerintah pusat.

 Kondisi jalan di Lotim memang sangat padat. Sebagai jalan negara yang menghubungkan urat nadi kawasan timur dan barat, kerap terjadi kepadatan di sejumlah titik. Berbagai hal menyebabkan hal itu, mulai dari pasar tumpah yang tersebar dari Terara, Paokmotong, Masbagik, Aikmel, Pringgabaya, hingga Labuhan Lombok. Ada juga penyebab lain semisal tradisi nyongkolan yang masih mengakar. Belum lagi kendaraan tradisional semacam cidomo yang memiliki kecepatan sangat rendah.

Apa yang sudah dikemukakan oleh presiden, harus disambut cepat. Segala halnyang menyangkut jalur trans itu harus segera dibahas provinsi bersama kabupaten yang dilintasi. Bila benar, akan membuat jalan baru, proses ini tentu tidak mudah. Setelah penyusunan detail engineering design (DED), harus dipikirkan soal pembebasan lahan. Masalah pembebasan lahan selalu menjadi momok pembukaan jalan baru. Pasalnya, harga yang ditawarkan masyarakat dengan hasil perhitungan kadang tidak bertemu. Ini kemudian yang membuat proses pembebasan lahan selalu berlarut-larut.

Hadirnya jalur baru sesungguhnya, tidak hanya memberi manfaat bagi masyarakat umum. Para pelaku bisnis akan diuntungkan. Jalur angkut barang semakin longgar. Distribusi melalui truk berjalan lebih cepat. Biaya yang dikeluarkan pun akhirnya lebih sedikit. Mari menunggu bersama, jalan baru yang akan membuat jalur di Lombok semakin nyaman.(*)

Tuesday 9 February 2016

Pers Harus Mengontrol Pemerintah

PUNCAK hari pers di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika digelar meriah. Presiden Indonesia Joko Widodo datang langsung. Orang nomor satu Indonesia ini seperti menebus halangan tahun lalu. Dalam Hari Pers Nasional (HPN) 2015, presiden yang akrab disapa Jokowi hanya diwakili oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Dalam sambutannya, presiden Jokowi memberi apresiasi pada media massa. Era pers saat ini menurut Jokowi sudah bebas. Pers tidak lagi ditekan oleh pemerintah. Tidak lagi ada cerita pers diberedel pemerintah. Dengan kondisi pers saat ini, harus bisa menjadi penyampai pesan yang baik ke publik.

Jokowi memberi sindiran dalam era pers bebas. Saking bebasnya, ada pers yang justru menyuarakan pesimisme. Presiden membacakan judul-judul media massa yang membuat masyarakat gundah. Seperti rupiah melonjak, Indonesia hancur. Ataupun soal perekonomian yang diprediksi terus terpuruk. Posisi pers seharusnya membawa optimisme pada khalayak.

Soal kondisi pers terkini yang disampaikan oleh presiden, memang benar sudah bebas. Tidak seperti pers masa lalu yang dibredel karena tidak keras mengkritik pemerintah. Namun, kebebasan pers saat ini belum benar-benar bebas. Dalam beberapa tahun terakhir, intimidasi terhadap pers masih terjadi. Ada kelompok masyarakat maupun instansi pemerintah yang menghalangi kerja jurnalistik.
Masalah gugatan ke media massa pun masih terjadi. Ada langkah-langkah yang membuat pers keder.

Menyangkut optimisme terhadap pemerintah, pers kini tidak lagi mengusung bad news is good news. Paradigma pers sekarang adalah good news is good news. Tidak melulu berita buruk menjadi acuan dalam pemberitaan. Berita positif terhadap pemerintah tetap bergaung. Optimisme tetap disuarakan oleh media. Apalagi salah satu tugas media adalag mencerdaskan bangsa.

Kalau ada media yang dianggap membawa pesimisme, harus dilihat konteks informasi yang disampaikan. Bila tujuan penyebaran informasi itu untuk melecut pemerintah adalah hal yang baik. Kritik itu bagian dari obat, pahit namun menyehatkan. Pers Indonesia tidak ingin mengumbar angin surga ke masyarakat. Sebagai pilar keempat bernegara pers tidak sekadar mencerdaskan bangsa, pers harus ikut mengontrol kebijakan, serta siap mengkritik bila kurang tepat. Semoga pers Indonesia tetap bermartabat.(*)