Mendung
tipis menggelayut di Teluk Nara, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara. Panasnya
pesisir tak lagi terasa. Lalu lalang fast boat tampak dari pinggir pantai. Di
teluk ini ada budidaya kerang mutiara laut selatan (south sea pearl).
Perusahaan itu namanya Autore Pearl Farm Tours & Showroom. Sedikit yang
tahu proses budidaya kerang bernama latin Pinctada Maxima ini. Seperti apa
sebenarnya prosesnya? Saya pun masuk ke lokasi Autore Pearl Farm Tours &
Showroom. Suasananya Sepi.
"Mas,
Jumat dan Sabtu libur. Kalau mau datang kesini jangan pas libur," kata
pria dengan seragam security sesaat setelah saya turun dari motor.
"Aduh,
sudah jauh-jauh dari Kota Mataram masak gagal melihat budidaya kerang
mutiara," gumam saya dari hati.
Setelah
bercakap-cakap beberapa menit, security itu menyarankan untuk datang ke
showroom mutiara. Daripada pulang lagi ke Kota Mataram tanpa cerita. "Coba
Mas, kesana. Nanti saya sampaikan lewat sini," ucapnya sembari menunjuk
handy talkie yang ditangannya.
Posisi
showroom sekitar 15 meter dari daratan. Bangunannya diatas laut. Jembatan kayu
sebagai penghubung. Setelah beberapa belas langkah, saya pun tiba di showroom.
Sampai di bangunan kayu, seorang pria ramah menyapa. Mata ini langsung tertuju
pada kotak-kotak kaca yang berderet. Isinya mutiara.
"Silahkan,
ada yang bisa dibantu," sapa Asisten Manajer Autore Pearl Farm Tours &
Showroom M Khalil Gibran.
Ia
pun mempersilahkan duduk. Kami berbincang seputar mutiara. Gibo sapaan akrab
pria ini, luwes menceritakan tentang mutiara air laut. Proses budidaya dari
pembiakan sampai menebar di laut diceritakan. Autore Pearl Farm Tours &
Showroom tak hanya menjual mutiara. Wisatawan yang datang diajak untuk melihat
lebih dekat budidaya kerang mutiara. Satu orang tarifnya Rp 180 ribu. Menikmati
perjalanan selama 90 menit labia. Semakin banyak rombongan, harga bisa lebih
murah. Gibo mengajak melihat seluruh proses
budidaya kerang mutiara.
"Ayo,
kalau mau melihat langsung. Biar kami siapkan," ucapnya.
Tawarannya
langsung saya iya-kan. Ruangan di daratan tujuan pertama. Isinya enam tong
besar hitam dan dua tong besar putih. Diatas tong pipa menjalar. Air bergemiricik
masuk ke saluran dibawah tong. Agak becek.
"Inilah
laboratorium pemijahan kerang. Masih ada lagi tong besar disebelah,"
ujarnya.
Tong
besar di ruangan ini, kata Gibo, adalah tempat bayi kerang. Mencari bibit
Pinctada Maxima di alam susah. Supaya
stok kerang mutiara tetap ada, harus membudidayakan sendiri. Tong besar itu
berisi puluhan ribu liter air laut untuk bayi kerang. Dalam satu tong bisa
berisi antara satu sampai dua juta bayi Pinctada Maxima. Diawali dari pemijahan
indukan yang bagus. Kerang mutiara jantan dan betina direndam dalam air hangat.
Setelah nyaman mereka bakal kawin.
"Pemijahan
terjadi di air. Sel jantan dan betina bertemu di air, itu yang kemudian menjadi
bayi kerang," terangnya.
Cukup
satu malam, jutaan bayi kerang lahir. Di tong itulah si bayi kerang dibesarkan.
Air lautnya tak sembarangan, sudah melalui filtrasi. Bakteri dari laut sudah
dimatikan. Dengan begitu bayi kerang mutiara tetap sehat. Butuh dua bulan
sampai besarnya dua hingga tiga milimeter. Asupan makanan dari plankton.
"Makanannya
khusus dibudidayakan juga di laboratorium," katanya.
(Lokasi budi daya tiram Pinctada Maxima milik
Autore Pearl Farm & Showroom/febri-dokumen pribadi)
|
Selanjutnya,
Gibo mengajak ke ruangan lebih kecil. Suhunya cukup dingin. Deretan toples dan
tabung kaca berisi air berjejer rapi di rak. Warna airnya ada yang coklat
terang, ada yang coklat gelap. Belum
mendapat penjelasan, tangan saya langsung disemprot cairan dingin.
"Ruangan
steril, bebas bakteri. Harus disemprot alkohol yang masuk," katanya
spontan.
Dalam
toples dan tabung kaca itulah sumber makanan bayi kerang mutiara, itulah plankton.
Tak bisa dilihat mata telanjang. Butuh mikroskop. Plankton itu diimpor. Asalnya
dari lautan hangat Tasmania, Australia. Suhu dingin di ruangan mencegah bakteri
menyerang plankton. Sedikit saja bakteri menyerang, habislah sudah. Plankton
akan membusuk dengan cepat. Setahun dua kali plankton Tasmania didatangkan.
Setelah ditebar di air, plankton diberi karbondioksida. Plankton membelah diri.
Semakin coklat airnya berarti makanan si bayi kerang mutiara kian mantap
disantap.
"Terus
akan diberi makan selama dua tahun, dua kali sehari. Setiap hari bayi kerang di
tong terus dipantau," bebernya.
(Plankton sumber makanan bayi
kerang. Plankton ini bibitnya dari Australia/febri-dokumen pribadi)
|
Karena
baru saja proses pembersihan, tak bisa menunjukkan bayi dalam tong raksasa.
Tapi, masih bisa melihat sampel bayi kerang mutiara. Sama seperti plankton,
mata telanjang tak sanggup melihat. Lewat mikroskop bayi kerang bisa tampak. Di
layar LCD ditampilkan. Warnanya cerah, bagian tengah agak coklat. Bagian coklat
itu jaringan kerang. Ada saibo (penyaring) di bibir kerang. Fungsinya menyaring
benda asing masuk ke tubuh kerang. Jika benda itu dianggap membahayakan,
langsung dimuntahkan.
"Untuk
yang masih dibawah dua milimeter tidak bisa dilihat langsung, harus dengan alat,"
imbuh pria keturunan Surabaya, Jawa Timur ini.
Hujan
mulai mengguyur Teluk Nara. Cerita kerang mutiara ini belum berakhir. Berikutnya
kami keluar dari laboratorium. Setengah berlari menerobos hujan. Bangunan di
pinggir pantai tujuan kami. Tanpa tembok. Luasnya kira-kira 2,5 x 7 meter.
Deretan kerang digantung dengan jaring. Ditengah ada jaring direndam air.
"Yang
besar ini sudah mati habis dipanen. Yang masih hidup di dalam air," kata
Gibo.
Kerang
di dalam air itu memiliki ukuran cangkang beragam. Dari kecil, sedang, sampai
besar. Gibo menunjukkan ukuran kerang dua tahun. Besarnya setengah telapak
tangan. Kerang mutiara umur dua tahun ini siap "ditanami" nukleus.
Tak semua bayi kerang sanggup menerima nukleus. Yang bisa ditanami, hanya 25
persen dari jutaan bayi kerang. Setelah ditanami nukleus baru ditenggelamkan ke
laut. Dimasukkan di kedalaman 7-10 meter. Secara berkala dipantau. Kondisi laut
ikut mempengaruhi pertumbuhan kerang mutiara.
Pekerja
Autore Pearl Farm Tours & Showroom Stefanus menyapa. Khalil Gibran memintanya
menunjukkan cara memasukkanb nukleus. Banyak masyarakat mengira Pinctada Maxima
disuntik. Padahal prosesnya tak begitu. Yang benar, nukleus ditanam dalam tubuh
kerang. Dengan dua penjepit, Stefanus membelah kerang usia dua tahun. Cangkang dibelah
dua. Lampu meja dinyalakan. Kemudian jaringan hitam mirip sekumpulan benang di
bibir kerang diambil. Jaringan ini disebut saibo. Kerang yang dibelah statusnya
kerang donor. Kerang ini khusus menyumbangkan saibo. Saibo itu selanjutnya
dipotong beberapa bagian. Kemudian Stefanus mengambil kerang lain. Kali ini cangkangnya
dibelah sedikit. Bagian depannya saja. Lampu diarahkan ke bagian dalam kerang. Cahaya
lampu sebagai penunjuk jalan. Tangan Stefanus memegang besi sebesar lidi. Di
ujung cangkang kerang ada daging putih. Daging itu kemudian dikoyak. Ia
kemudian mengambil bola-bola kecil berwarna putih dari kotak kaca. Bola kecil
itu adalah nukleus. Setelah bola kecil masuk, kemudian ditutup saibo. Cangkang
kerang ditutup seperti semua.
"Setelah
ini dilapisi jaring. Kemudian (kerang) ditaruh dalam laut, tidak telanjang
begitu saja," beber Gibo.
Setelah
melihat cara tanam nukleus. Berikutnya ditunjukkan cara mengambil mutiara. Kembali tangan
terampil Stefanus sedikit membelah kulit kerang. Kerang ini usianya sudah empat
tahun. Lagi-lagi cahaya lampu diarahkan ke dalam kerang. Besi masuk ke ujung
daging. Perlahan dibelah, kemudian ditarik benda tak beraturan. Putih pekat
warnanya. Inilah hasil perjuangan merawat Pinctada Maxima, mutiara air laut
selatan.
Bentuk
mutiara dan warna mutiara beragam. Hasil panen Pinctada Maxima biasa berwarna
emas, putih, kuning, atau sedikit silver. Sementara untuk bentuk ada bulat
sempurna atau tidak beraturan (baroque). Dan kebetulan, pengalaman saya adalah
panen mutiara berbentuk baroque.
"Soal
warna dan bentuk tidak pasti. Kadang tidak pas sesuai prediksi,"
terangnya.
Mutiara
berbetuk baroque itu pun diletakkan di tangan saya. Perkiraan beratnya antara
1,5-2 gram. Bentuk tak beraturan jangan dipikir gagal. Model baroque tetap laku.
Pernah sebiji mutiara model ini dijual Autore Pearl Farm Tours & Showroom
Rp 30 juta lebih. Kerang yang sudah dipanen, bukan berarti langsung dibuang. Masih
bisa ditanami nukleus kembali. Tak semua memang. Biasanya kerang terbaik. Kemudian
kerang kembali ditenggelamkan ke laut. Untuk yang ini, biasa dua tahun bisa
dipanen. Setelah kerang tidak produktif, seluruh bagiannya masih bisa
dimanfaatkan. Kulitnya untuk hiasan. Dagingnya bisa dikonsumsi.
(Pekerja Autore Pearl Farm & Showroom tengah
memasukkan nukleus kedalam kerang/febri-dokumen pribadi)
|
Tuntas.
Proses budidaya dijelaskan dengan gamblang. Kami kembali ke showroom. Gibo
mengajak duduk kembali, ditangannya membawa dua kotak berisi mutiara. Ada dua
mutiara dengan warna beda. Gelap dengan kilau seperti pelangi. Dua mutiara itu
adalah hasil dari Pinctada Margaritifera. Berbeda dengan kerang budidaya Autore
Pearl Farm Tours & Showroom. Kerang jenis ini dibudidayakan di perairan
Tahiti. Jarang dikembangkan di perairan Indonesia.
Bagi
para pecinta mutiara, showroom ini benar-benar memanjakan mata. Beragam pilihan
mutiara cantik dipajang rapi. Ada butiran mutiara, ada pula yang telah diikat
dengan perhiasan. Mata saya tertuju pada sebuah kalung. Saya hitung, sekitar 40
mutiara dirangkai. Warnanya putih, cuma satu berwarna emas. Menawan. Harga tercantumkan
ditengah kalung. Ada enam nol di belakang tiga angka. Tak ingin salah, saya
bertanya harganya. Dan mata saya memang tidak salah. Gibo membenarkan kalau itu
Rp 180 juta. Wow, seharga mobil baru.
"Untuk
harga memang relatif. Ada yang menilai mahal, tapi bagi pecinta mutiara ya
biasa saja," ujarnya tersenyum.
(Mutiara laut selatan yang sudah diuntai menjadi kalung.
Harganya sama dengan mobil baru/febri-dokumen pribadi)
|
*Tulisan ini dimuat di Lombok Post 17 Oktober 2016