This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Showing posts with label INSPIRASI. Show all posts
Showing posts with label INSPIRASI. Show all posts

Saturday 1 October 2016

Pena Lombok Dikenal karena Teknologi

Febrian Putra (berdiri paling kanan) wakil Komunitas Pena Lombok dari NTB
Suasana mentoring saat acara final Lenovo Inspiration Hunt tahun 2016        
Kreativitas anak muda terus berkembang. Dukungan dari pemerintah dan swasta begitu besar. Perkembangan teknologi yang kian canggih membuat kreativitas itu dikenal luas. Sabtu 20 Agustus 2016, menjadi hari luar biasa bagi Komunitas Pena Lombok. Komunitas ini masuk dalam sepuluh besar Lenovo Inspiration Hunt. Ada sekitar 536 komunitas kreatif ikut terlibat. Sepuluh komunitas ditetapkan sebagai yang terbaik.  Sebagai anggota komunitas, saya cukup bangga karena Komunitas Pena Lombok menjadi satu-satunya komunitas dari Indonesia Timur. Sembilan komunitas lain berasal dari Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Keberangkatan ke Jakarta tentu saja menjadi sebuah pencapaian tersendiri. Komunitas Pena Lombok masih terbilang baru. Berdiri Januari 2016. Komunitas Pena Lombok adalah komunitas yang memayungi anak muda kreatif di bidang seni. Pecinta gambar dari beragam genre, mulai realis, doddle, abstrak, dan lainnya berkumpul. 

Anggota Pena Lombok saat mengikuti acara yang digelar Telkomsel
             Penampilan wakil Pena Lombok dalam ajang komunitas di LCC.         
             Komunitas Pena Lombok ikut dalam kegiatan Corat-coret Fest 2016
Usianya anggota komunitas dibawah 35 tahun. Usia yang produktif untuk mengembangkan kegiatan kreatif. Penampilan di tingkat nasional, jelas mengantrol semangat anak-anak muda Komunitas Pena Lombok terus mengembangkan hobi dan bakatnya. Bagi anak muda di daerah, selama ini seni yang mereka tekuni bukan pilihan. Dunia kreatif di daerah masih dipandang sebelah mata. Bila sanggup masuk dalam sepuluh besar event nasional, itu sudah capaian luar biasa. Harus diakui selain ide dan gagasan, teknologi informasi yang membuat komunitas anak muda di daerah dikenal. Sebelum ikut dalam ajang kreatif anak muda, Komunitas Pena Lombok aktif mengenalkan karya melalui Instagram. Melalui Instagram memudahkan karya seni dikenal banyak orang. Untuk memperkuat komunikasi, komunitas membuat grup Line. Melalui grup Line ini anggota komunitas bisa menuangkan ide sepanjang waktu Diantara grup yang ada di gadget saya, baik itu WhatsApp Grup, BBM Grup, dan Line Grup hanya Line Grup Komunitas Pena Lombok yang aktif 24 jam. Jam berapapun, setiap ada ide langsung share ke grup. Dari awal anggota hanya puluhan, sampai mencapai ratusan. Teknologi membuat ide mengalir seperti air. Beragam ide inilah yang kemudian membuat nama Komunitas Pena Lombok kian dikenal. Sampai saya memutuskan mengirimkan konsep Komunitas Pena 

Lombok dalam ajang kreatif teknologi Lenovo Inspiration Hunt. Kembali lagi, harus diakui semua karena teknologi. Ajang kreatif ini tidak rumit, cukup submit kegiatan via online. Mengirimkan profil dan rencana kegiatan ke depan. Berikutnya panitia mengecek keaktifan dan prospek untuk perubahan. Keberangkatan saya dalam ajang Lenovo Inspiration Hunt menambah ilmu bagi komunitas. Saya berjumpa dengan mentor-mentor hebat seperti Billy Boen (Founder Young on Top Indonesia), Nukman Lutfie (pakar branding dan CEO Jualio.com), Iim Fatimah pakar (advertising dan marketing) di Jakarta. Salah satu penekanan para mentor adalah pemanfaatan teknologi untuk branding komunitas. Ya, penekanan itu yang langsung saya bahas bersama seluruh anggota Komunitas Pena Lombok. Sampai akhirnya lahirlah akun Twitter Komunitas Pena Lombok (@penalombok), fanpage Facebook (penalombok), dan blog (penalombok.blospot.co.id). Branding via online ini membuat nama Pena Lombok kian dikenal. Anggota komunitas pun mendapat orderan berbagai pekerjaan. 

Sepanjang Agustus banyak kegiatan yang melibatkan Komunitas Pena Lombok, mulai yang non komersial sampai yang komersial. Untuk yang non komersial, sesama komunitas bisa saling mengenal. Khususnya komunitas dengan latar belakang kegiatan yang sama, bisa saling memberi support. Sedangkan untuk yang bersifat komersial, pemerintah atau swasta bisa melihat langsung karya yang sudah dihasilkan oleh komunitas. Karya seni Komunitas Pena Lombok tidak hanya berdasar cerita, semua karya ditampilkan di akun media sosial maupun blog. Merawat media sosial dan blog memang butuh keseriusan. Rajin dan intens menginformasikan perkembangan terbaru. Tidak bisa hanya sekadar membuat, kemudian dibiarkan begitu saja. Hal itu yang membuat Komunitas Pena Lombok menugaskan masing-masing anggota mengelola media sosial maupun blog. Dalam era perkembangan teknologi yang semakin canggih, media sosial maupun blog memiliki peran luar biasa. Di era digital, internet mengendalikan hampir separuh waktu penduduk di muka bumi. Bagi komunitas atau usaha kecil, khususnya yang ada di daerah harus memanfaatkan kemajuan tersebut. Tanpa mengendalikan teknologi, kreativitas atau kegiatan positif tidak akan dikenal orang. Dunia online sekaligus sebagai penyebar inspirasi.(*)

Thursday 8 September 2016

Usaha Voice For Changes Membantu Tunanetra

PEMUDA berkacamata ini pendiam saat awal jumpa di Jakarta. Ia salah satu wakil dari sepuluh inspirator muda salah satu produsen laptop. Namanya Abdullah Faqih. Ketika ditanya apa kegiatannya sehingga bisa terpilih ke Jakarta. Ia langsung bersemangat. Bila sebelumnya pendiam, bicaranya berapi-api dan tanpa jeda. Nama organisasinya adalah Voice of Changes. Ia menjadi founder. Bergerak untuk membantu para tunanetra. “Saya terinspirasi oleh Srikant Bolla dari India. Tunanetra namun bisa membuktikan bisa berbuat banyak,” katanya membuka cerita. Sekilas tentang Srikant Bolla, Faqih menjelaskan, ia seorang penyandang tunanetra dengan umur yang masih muda berhasil mendirikan kerajaan bisnis yang kini bernilai 7,5 juta dolar AS atau hampir Rp 100 miliar. Srikanth terlahir dalam kondisi tunanetra. Srikanth masuk di sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Ia mendapatkan guru yang rela mengubah semua bahan pelajaran dalam bentuk audio yang membantunya lulus dalam ujian. Lulus dari SMA, Srikanth bercita-cita untuk belajar teknologi informasi di universitas ternama di India. Sayang meski hasil tes masuknya memuaskan, pemuda ini ditolak hanya karena di penyandang tuna netra. Dengan catatan akademisnya yang luar biasa, Srikanth malah diterima di Massachusetts Institute of Technology (MIT), AS dan lulus pada 2012. Setelah lulus, Srikanth langsung pulang kampung ke India dan mendirikan perusahaan yang akan mempekerjakan orang-orang berkebutuhan khusus seperti dirinya. “Sejak 2012 saya sudah punya ide. Tapi kesempatan itu baru datang April 2016,” terangnya. Kisah Srikant Bolla itu, menurutnya, sama seperti di Indonesia. Penyandang difabel, khususnya tunanetra belum mendapat asupan informasi yang lengkap. Diskriminasi masih sering dialami. Ditambah lagi jumlah buku braille terbatas. Di perpustakaan tunanetra terbesar di Indonesia saja hanya ada 300 judul buku braille. Banyak yang kemudian lepas tangan. “Padahal mereka punya kesempatan dan peluang yang sama. Seperti di India, akhirnya bisa sukses,” ucapnya. Mahasiswa Jurusan Sosiologi ini tidak menampik, pengerjaan buku braille cukup susah. Satu buku biasa seandainya dijadikan sebagai buku braille, bisa menjadi sepuluh buku braille. Betapa tebalnya. Bagi kita yang memiliki mata normal tentu geleng-geleng melihat tumpukan buku braille. Namun, bagi tunanetra setebal apapun buku braille itu tetap mereka butuhkan. Dari buku braille ini sumber pengetahuan dan informasi mereka dapatkan. “Kurang efisien untuk tunanetra. Waktunya banyak terbuang,” ceritanya. Menurut Faqih, ini bisa dibuktikan dengan sejumlah panti tunanetra yang memiliki stok buku braille. Tunanetra kurang memanfaatkannya. Jenis bukunya tidak sesuai dengan kebutuhan. Buku braille yang disajikan pun kerap jauh dari keseharian. Contohnya, penyandang tunanetra diberikan bacaan tentang pertikaian atau perpolitikan. Padahal mereka lebih butuh dengan cerita atau kisah yang menginspirasi. “Makanya perlu kita berikan terobosan bacaan,” ucapnya. Dari pengamatan selama beberapa waktu itulah, kata Faqih, April 2016 lalu idenya membuat audio books untuk tunanetra terealisasi. Kisah memulai pondasi organisasi sosial, dimulai dengan dua orang. Bersama rekannya, Valya Nurfadila mahasiswi Jurusan Matematika UGM awal 2016 dimulai. Ide membantu tunanetra itu tak kunjung terwujud. Masalahnya ada pada sumber daya manusia (SDM). Diputuskan menambah dua orang. Ditambah Angela Shinta sebagai Community Manager dan Ahadin Fahmi sebagai tim creative. Total sekarang ada empat orang. “Jumlah ini memang masih sedikit, namun yang coba dikejar adalah menyusun organisasi yang kokoh. Setelah dirasa sustainable, baru mulai menambah tim,” imbuhnya. Mahasiswa semester V Universitas Gajah Mada (UGM) ini mengibaratkan lembaga yang dibentuknya itu seperti mata bagi para tunanetra. Pola kerjanya tidak ribet. Tugasnya membuat audio beragam jenis buku. Utamanya buku yang sedang diminati dan menarik. Buku itu direkam. Setelah direkam kemudian hasilnya dibahas oleh tim. “Dengan zaman yang semakin canggih, pola kerja yang dilakukan oleh tim kecil ini tidak terlalu rumit. Pola kerja 80 persen dengan online,” urai Faqih. “Koordinasi dan distribusi tugas dengan berkirim email dan diskusi di grup line. Bila ke panti tunanetra atau butuh survei dan uji audiobooks baru ke lapangan,” sambungnya. Sampai saat ini, imbuhnya, sudah ada sepuluh audio books yang rampung dibuat. Panti yang sudah dilibatkan antara lain Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta, Surabaya, Panti Tunanetra Yaketunis dan Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta. Alasan, baru memilih tiga panti karena memang masih butuh penambahan jumlah audio books. Selain itu, menyesuaikan dengan domisili tim. “Setelah audio books semakin banyak dan tiga panti merasakan manfaatnya baru mencoba ekspansi dan mencoba ke tempat lain,” ucapnya. Usaha yang dilakukan Voice of Changes ini, kata Faqih, tidak bisa berjalan sendiri. Butuh dukungan dari banyak pihak. Ia pun tidak menutup sukarelawan dari semua daerah yang ingin membantu. Polanya cukup mudah. Apalagi sekarang semua gadget dilengkapi dengan perekam suara. “Tinggal direkam saja,” jelasnya. Bulan depan Faqih mematok target audio books sudah bisa dikenal luas oleh publik. Ia tidak ingin niat baiknya untuk penyandang difabel terburu-buru. Setelah tahap produksi audio books lancar, baru promosi dilakukan. Ia berharap bisa menginspirasi anak-anak muda untuk peduli pada tunanetra.(*)

Thursday 28 January 2016

Universitas Mataram Semakin Kompetitif

Rektor Unram Prof Sunarpi


Universitas Mataram merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri (PTN) di NTB, yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Sumbangsih lembaga pendidikan ini sangat dibutuhkan untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang diharapkan mampu memberikan ide, pemikiran dan kelimuannya untuk kemajuan daerah.

Hal itu tentu tidaklah mudah untuk diwujudkan. Dibutuhkan kecerdasan dan kemampuan manajerial dari seorang rektor yang menjadi top leader. Prof H Sunarpi, Ph.d, sebagai orang nomor satu di PTN tersebut berupaya untuk mewujudkan harapan dari seluruh masyarakat NTB tersebut.

Selama lima tahun memimpin Unram, beberapa upaya telah dilakukan. Semuanya terfokus pada program yang disebut ‘’Lima Pilar’’ pengembangan Unram. Pertama pilar pengembangan bidang pendidikan, kedua bidang penelitian, ketiga bidang pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya, yang keempat bidang sistem informasi, perencanaan dan kerja sama dan kelima bidang tata kelola.
Kelima pilar itu sudah disepakati bersama senat dan telah dituangkan ke dalam konstitusi baru yang disebut Statuta Unram. ‘’Statuta inilah yang menjadi dasar hukum dari seluruh kegiatan lembaga,’’ kata Prof Sunarpi.

Pengembangan pada pilar pendidikan, katanya, didahului dengan perbaikan aspek legalitas suatu perguruan tinggi, yaitu ijin operasional program studi (prodi). Selain itu, akreditasi prodi dan akreditasi institusi perguruan tinggi (AIPT). Tahap pengembangan selanjutnya adalah peningkatan kualitas input, proses dan output, pengembangan kompetensi dosen, peningkatan suasana akademik. Kemudian peningkatan mutu sarana dan prasarana pendidikan dan pengembangan manajemen sistem informasi, baik yang akademik maupun non akademik.

Saat awal memulai jabatan rektor pada akhir 2009, jumlah prodi di Unram yang ijin operasionalnya masih berlaku hanya 10 persen. Kondisi ini sejalan dengan laporan evaluasi program studi berbasis evaluasi diri (EPSBED), yang valid di tiap prodi.
Oleh karena itu, program kerja yang pertama kali dilakukan adalah memperpanjang ijin operasional prodi yang telah habis masa berlakunya dengan membentuk Tim Percepatan EPSBED dan Akreditasi. Langkah yang dilakukan ini menghasilkan laporan EPSBED semua prodi valid 100 persen. Dan secara secara otomatis memperpanjang ijin operasional prodi yang masa berlakunya kadaluarsa. Dengan kata lain, tidak sampai satu tahun masa kepemimpinan yang telah dijalani, seluruh prodi memiliki ijin operasional yang masih berlaku.

Dari sisi peningkatan kualitas input, dilakukan dengan menyaring secara ketat mahasiswa yang diterima. Pasalnya, saat ini rasio peminat dan daya tampung Unram cukup tinggi. Semakin tinggi rasio maka semakin baik kualitas inputnya. Rasio peminat dan daya tampung Unram pada 2008 adalah 4,96. Angka ini meningkat menjadi 7,12 pada 2009.

Mantan Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) ini, mengatakan, peminat jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di paling tinggi. Oleh sebab itu, Unram nomor satu nasional untuk paling sulit menerima mahasiswa baru. Berbeda dengan jurusan IPA yang cenderung menurun dari nomor 26 menjadi 28. Tapi kondisi itu terangkat oleh Fakultas Kedokteran yang mendapat grade satu nasional. Pasalnya, persentase kelulusan ujian kompetensi dokter indonesia (UKDI) sangat bagus. ‘’Unram sejajar tujuh FK lainnya, seperti UI, Unair, UGM, meskipun berada di posisi tujuh,’’ ujarnya.

Sementara proses pembelajaran di Unram dibangun berdasarkan perencanaan yang relevan dengan tujuan ranah belajar dan hirarkinya. Untuk menuju proses pembelajaran yang ideal dalam menghasilkan lulusan dengan kompetensi bidang ilmu yang diharapkan dilakukan berbagai upaya. Diantaranya, perbaikan buku tata tertib akademik dan pedoman pelaksanaan sistem kredit semester. Meningkatkan pelatihan ‘’Program peningkatan keterampilan dasar teknik instruksional’’ (PEKERTI) dan ’’Applied Approach’’.

Setelah melakukan perbaikan dari sisi input dan proses pembelajaran, diharapkan akan mempengaruhi kualitas output Unram. Salah satu indikator keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan adalah indeks prestasi komulatif (IPK) rata-rata lulusan. Pada tahun akademik 2009-2010, rata-rata IPK lulusan Unram adalah 3,14.

Parameter lain untuk menentukan mutu lulusan adalah lama studi. Data pada 2009, mahasiswa Unram rata-rata menyelesaikan studinya kurang dari 4 tahun hanya sekitar 34 persen. Sedangkan lebih dari lima tahun mencapai 30 persen. Kemudian pada 2010, lulusan Unram program strata satu (S1) yang menyelesaikan studinya kurang dari 5 tahun sebesar 75 persen. ‘’Hal ini merupakan indikator penting keberhasilan pengelolaan sistem pendidikan yang telah ditetapkan,’’ kata ayah dari Eka Sunarwidhi Prasedya, S.Si, ini.

Guru Besar Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian, ini mengatakan, peningkatan kompetensi dosen juga terus dilakukan. Unram saat ini memiliki tenaga pengajar aktif sebanyak 1.025 orang. Dari total itu, ada 11 persen berkualifikasi S1. Sedangkan pascasarjana (S2) 72 persen dan doktoral (S3) 17 persen. Jumlah dosen ini secara kuantitas cukup. Namun jika dihubungkan antara kebutuhan kurikulum dan ketersediaan dosen sesuai kualifikasinya di setiap prodi. Maka masih banyak bidang kajian atau ilmu yang kurang pengampunya. Kemampuan tenaga pengajar ini juga tidak linier dengan kurikulum prodi yang bersangkutan. ‘’Makanya saya tengah berupaya memetakan dosen-dosen yang sesuai dengan keahliannya,’’ terang suami dari Prof Hj Sri Widyastuti, M. App, Sc, Ph.D, ini.

Upaya lain di bidang peningkatan pendidikan, lanjut Sunarpi, adalah melakukan perubahan dari sisi suasana akademik. Kondisi yang sehat dan kondusif di Unram, saat ini sudah mulai terlihat dengan baik. Hal ini tercermin dari hubungan yang harmonis antar dosen, karyawan dan mahasiswa. Baik hubungan dalam fakultas maupun lintas fakultas.
Langkah lainnya di bidang pendidikan dilakukan melalui peningkatan mutu sarana dan prasarana pendidikan. Salah satu yang menjadi prioritas utama Prof Sunarpi adalah menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP). ‘’Sarana itu sangat penting karena menjadi laboratorium bagi Fakultas Kedokteran,’’ tegas pria kelahiran Puyung, Kabupaten Lombok Tengah 4 Agustus 1962, ini.

Kemudian pilar kedua, yakni bidang Penelitian, kata Sunarpi, merupakan program utama dalam menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu untuk mendukung arah kebijakan dan strategi yang tertuang dalam visi dan misi Unram. Ilmuwan yang beberapa waktu lalu terpilih sebagai rektor untuk periode kedua telah menetapkan arah kebijakan sebagai jawaban atas permasalahan yang ada pada masyarakat.

Arah kebijakan tersebut ditetapkan dalam Rencana Induk Penelitian Unram (RIP-UNRAM). Adanya RIP-UNRAM ini juga memacu peneliti Unram untuk bersaing mendapatkan dana hibah penelitian. Baik dari dana dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditlitabmas-Dikti), maupun dana hibah dari pihak luar Kemendikbud.

Orang nomor satu di Unram itu juga telah menetapkan 124 kelompok-kelompok peneliti bidang ilmu. Mereka sudah sudah memperoleh surat keputusan (SK). Pembentukan kelompok ini memiliki beberapa tujuan. Salah satunya penguatan diseminasi hasil penelitian yang diimplementasikan dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Sunarpi juga menjamin keberlangsungan penelitian di Unram dengan menetapkan 15 persen dana PNBP untuk penelitian. Sumber dana penelitian lain APBN, DIPA Unram, dan DIPA Dikti.

Diakunya, jumlah dosen yang belum melakukan penelitian hingga akhir 2012 sekitar 47 persen. Padahal mereka wajib, mengajar, meneliti dan melakukan pengabdian. Oleh sebab itu, upaya rangsangan pun dilakukan. Modelnya, dengan memperbesar dana penelitian dari berbagai sumber. Hingga Agustus 2013 nilai dana penelitian dari berbagai sumber sekitar Rp 20 miliar. Angka ini jauh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 3 miliar.

Dengan dana yang bertambah, Sunarpi tidak hanya menyediakan anggaran penelitian. Tapi juga akan memberikan penghargaan berupa intensif sebesar Rp 7 juta bagi dosen yang berhasil memasukkan hasil penelitiannya pada jurnal internasional. Tidak itu saja, bagi tenaga pengajar yang punya artikel atau paper untuk dipresentasikan ke internasional sudah disiapkan anggaran.

Dengan cara itu, diharapkan Unram akan dikenal dunia. Tidak itu saja, jika ada paten maka akan jadi income universitas. Selain itu, bahan ajar dosen akan menjadi lebih bagus.
Kemudian pilar pengabdian pada masyarakat (PPM) sebagai pilar ketiga, lanjut Sunarpi, sudah ditempuh dengan menelurkan beberapa kebijakan, seperti rencana induk pengabdian kepada masyarakat (RIPPM), menaikkan alokasi dana PPM yang berusmber dari PNBP menjadi minimal 10 persen. Selain itu, membuat kebijakan satu orang dosen tidak boleh lebih dari satu proposal PPM, baik sebagai ketua maupun anggota.
Pilar keempat adalah pengembangan pilar sistem informasi (SI), perencanaan dan kerja sama. Sifat sistem informasi yang dibangun Unram adalah pelayanan klien sebagai ujung tombak pelayanan kepada mahasiswa. Penguatan layanan dan penyebaran informasi berbasis website yang komperehensif dan berbasis pada kebutuhan layanan dan informasi pengguna. Selain itu, dilakukan sistem pengintegrasian sistem data dan layanan.

Dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan koherensi dengan layanan akademik dan manajemen secara keseluruhan. Sistem-sistem informasi yang dikembangkan memungkinkan seluruh pelayanan dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat.
Sistem-sistem informasi yang dikembangkan adalah SI manajemen penerimaan mahasiswa baru (SIM-PMB), SI manajemen akademik (SIAKAD) SI manajemen keuangan (SIMKEU). Selain itu, SI manajemen kepegawaian (SIMPEG), SI perpustakaan, manajemen asset dan pembelajaran jarak jauh, Semua sistem itu dikembangkan secara terbuka (online) dan dapat diakses melalui internet.

Untuk pengembangan sistem perencanaan , sejak 2010 Unram telah melakukan perubahan dari sisi alur penyusunanan perencanaan. Dimana rektor melakukan penjabaran visi dan misi dalam suatu rapat kerja tahunan (RKT) bersama dengan dekan dan jajarannya. Selain itu, direktur pascasarjana, ketua-ketua lembaga, kepala biro dan kepala unit pelayanan teknis (UPT)).

Di bidang kerja sama, Sunarpi telah memperkuat kerja sama dengan dan menetapkan buku panduan pengelolaan kerja sama dengan Unram yang dididalamnya mengatur tata cara pelaksanaan dan evaluasi kerja sama Unram dengan pihak instansi pemerintah maupun swasta, baik di dalam dan luar negeri.

Kerja sama dengan luar negeri sudah dilakukan, seperti dengan Malaysia dan Thailand dan Jepang. Unram juga sudah membangun empat partit dengan New Zealand, China, Universitas Brawijaya, untuk membangun pusat penelitian lingkungan. Unram sebagai pusat penelitian.
Kerja sama dengan New Zealand lebih fokus ke sektor pertanian dan peternakan di kawasan timur Indonesia. ‘’Dalam waktu dekat saya akan ke New Zealand untuk penguatan kerja sama,’’ terangnya lulusan program strata satu (S1) Fakultas Pertanian Unram tahun 1984 ini.

Pilar kelima untuk mencapai visi dan misi Unram pada 2015 adalah pilar tata kelola. Menurut Sunarpi, pilar kelima ini dilakukan melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating and Controlling) sebagai sistem tata kelola kampus. Fungsi manajemen ini bersifat umum dan meliputi keseluruhan manajerial. Dalam pelaksanaannya, keempat fungsi manajemen ini berjalan secara spiral. Hal ini memungkinkan organisasi Unram bergerak terus menerus dan tidak berhenti pada satu tahap. Implementasi siklus manajemen diawali dengan merencanakan (merumuskan renstra dan renop), mengorganisasi staf dan sumber daya yang ada. Selain itu, melaksanakan renstra dan renop, pengawasan jalannya pekerjaan di dalam tahapan pengawasan dilakukan evaluasi untuk memperoleh umpan balik (feed back) sebagai dasar perencanaan selanjutnya (replanning).

Strategi Prof Sunarpi untuk mengangkat harkat dan martabat Unram di kancah nasional dan internasional itu sudah dilakukan selama lima tahun masa kepemimpinannya. Kini ia akan melanjutkan kembali strategi itu meskipun masih ada pro dan kontra.
Adanya sebagian kalangan yang belum percaya sepenuhnya dengan strategi dan manajemen baru itu tidak bisa dihindari. Namun Sunarpi terus berupaya meyakinkan mereka. Secara perlahan terus dilakukan karena semua untuk kepentingan dosen dan visi-misi unram menjadi kampus berkelas internasional pada 2025.

Friday 1 January 2016

Artis Gunakan Fashion Lombok Lho

PILIHAN orang memulai usaha selalu berusaha menguasai daerah asalnya. Setelah sukses, berikutnya tentu ekspansi ke luar daerah. Kebiasaan tersebut diterobos oleh Owner Muma Apparel Ikhsan Dediansyah Putra. Fashion karyanya justru lebih dikenal diluar daerah dibanding di NTB, daerah asalnya.
“Muma Apparel ini asli Lombok. Bukan buatan Jakarta, soalnya ada yang mikir produk luar daerah,” katanya membuka pembicaraan.
Jika berkunjung ke Muma Store di depan Makam Karang Medain, Karang Bedil terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang terlalu istimewa. Tapi, jika mencermati lebih teliti lagi, ada logo-logo yang kerap wara-wiri di televisi. Ya, itu adalah logo Mahkota milik Muma Apparel. Kok bisa?.
Pria yang akrab disapa Ikhsan ini mengatakan, produknya memang kerap dipakai sejumlah bintang layar kaca seperti Ruben Onsu, Yama Carlos, Aziz Gagap, DJ Riri, dan sejumlah artis lainnya. Istilah yang dipakai, artis menjadi meng-endorse (promosi) produk Muma Apparel.
“Setiap acara, mereka kenakan produk saya. Itu mereka yang minta,” akunya.
Apa yang terjadi saat ini, lanjutnya, bukan dicapai sekejap mata. Prosesnya panjang. Ia menggeluti dunia clothing bermula karena suka. Hobinya sedari remaja memang mengikuti trend fashion. Saking cintanya, dengan modal nekat ia berani membuka usaha clothing 2006.
“Saat itu belum muncul nama Muma. Jualannya masih campur-campur, beli putus produk clothing,” bebernya.
Saat itu, lanjut ayah satu anak ini, belum ada pihak yang berminat untuk kongsi. Hingga 2007-2008 masih pola beli putus. Bandung menjadi sasarannya. Di kota berjuluk Paris Van Java itu banyak pengetahuan didapat. Melihat perkembangan, ia memutuskan 2008 belajar di Jakarta. Mencari konveksi hingga bahan fashion dengan kualitas terbaik.
“Di 2008 kebetulan di Lombok bisnis distro mulai menggeliat. Tapi, kebanyakan bernama bahasa Inggris,” aku Ikhsan.
Akhirnya, sambung Ikhsan, diputuskan memberi nama Muma yang dalam bahasa Dompu sendiri berarti bangsawan. Logo mahkota pun disematkan pada produk Muma. Produk awalnya tidak banyak, dimulai dari kaos. Apakah langsung sukses?
Karena berangkat dari hobi, diakui suami Rafika Nanda Suryani ini, bukan kesuksesan lebih dahulu diincar. Saat itu yang dipikirkan, fashion jalan dan operasional tertutupi. Modal awalnya kala itu Rp 10 juta.
“Masuk September 2009, mulai ada peminat,” ujarnya.
Diputuskan pada 2009 menyematkan nama apparel di belakang Muma. Pasalnya, produk yang dihasilkan tidak hanya kaos. Muma mulai memproduksi baju hem, dompet, topi, tas, dan sepatu. Keuntungan memulai belajar dari Jakarta dirasakan dalam update model.
“2010 produk Muma Apparel naik daun. Saya putuskan juga membuka store di Jakarta, awalnya hanya konveksinya saja,” terangnya.
Bersinarnya nama Muma Apparel di Ibukota Indonesia, lanjut Ikhsan, berpengaruh besar dalam pendapatan bulanan. Jika di 2009 omset antara Rp 12-20 juta, maka omsetnya sejak 2011 sudah tembus ratusan juta.
Diakuinya, keterlibatan artis dalam endorse produk memiliki dampak besar. Perkenalan dengan artis sendiri berawal dari manajer artis Aziz Gagap. Saat itu harus bayar belasan juta dan menyiapkan produk yang selalu dipakai oleh si artis. Langkah ini diakuinya cukup strategis untuk semakin mengenalkan Muma Apparel ke masyarakat. Puncaknya 2011, Ikhsan mengaku, tidak perlu lagi repot-repot menyiapkan budget supaya produknya dipromosikan artis.
“Mereka yang minta. dari sisi omset pun meningkat signifikan setelah sering dipakai artis,” bebernya.

Bukan bisnis namanya kalau tidak pernah mengalami jatuh bangun dan perjuangan penuh darah. Ikhsan mengingat, pernah datang ke store saat awal promosi Muma. Tidak langsung diterima. Manajer menyebut ada 12 produk yang masuk daftar tunggu. Karena belum nama Muma belum dikenal, orang pun ragu untuk menerima.
“Ada 22 toko yang saya ajak kerjasama,” akunya.
Disaat bisnis fashionnya tengah menanjak, Ikhsan pun kembali diuji. Tahun lalu salah satu storenya di Yogyakarta dibobol maling. Tidak tanggung-tanggung, kerugiannya mencapai ratusan juta. Sejatinya, bila tidak ada kejadian tersebut, Muma Apparel memiliki store di Jakarta, Kota, Balikpapan, dan Yogyakarta.
“Untuk di Yogyakarta sementara off dulu. Nanti sambil menunggu situasi lagi,” tukasnya.

Persaingan Membuat Karya Kompetitif

Bisnis clothing di NTB sekarang ini kian menggeliat. Tidak hanya karya lokal, produk luar daerah pun merangsek ke NTB. Kondisi tersebut dianggap oleh Owner Muma Apparel Ikhsan Dediansyah Putra sebagai masalah. Justru semakin banyaknya produk, itu membuat pilihan penggemar fashion makin beragam. Tentu saja, bagi para pemilik clothing lebih meningkatkan kemampuan dan kualitasnya.
“Pada dasarnya produk clothing ini memiliki pasar masing-masing,” katanya.

Ikhsan menyebut, sepanjang menjaga kualitas bahan, memperhatikan jahitan, dan menyesuaikan harga, konsumen tidak bakal berpaling ke lain hati. Persaingan jangan malah membuat kualitas produk turun. Penyebabnya tentu saja perang harga.
“Update model itu juga harus diperhatikan,” sambungnya.
Dalam hal busana, kata Ikhsan, masyarakat NTB mulai makin paham. Jika beberapa tahun sebelumnya fashion booming diluar lama, baru kemudian menyusul di NTB. Sekarang ini kondisinya tidak terpaut jauh.
“Ya, sudah semakin mengerti. Makanya jadi tantangan juga bagi pemiliki store atau distro lokal,” ucapnya.
Usaha clothing, tambah pria kelahiran Dompu ini, sebagai bisnis kreatif. Perkembangan fashion berjalan begitu pesat. Bila tidak sanggup mengikuti, maka akan ditinggalkan konsumennya.(*)

Tuesday 8 December 2015

Mutiara Lombok Sanggup Mendunia

Sudah sejak lama Lombok dikenal dengan mutiaranya. Sedikit sentuhan tangan dingin, mutiara asal Lombok bisa melanglang buana. Indah Pratiwi kartini menjual mutiara Lombok dari Timur Tengah sampai Eropa.
Berawal tanpa modal, Indah mulai bisnis mutiara. Menurutnya modal bukan satu-satunya ukuran memulai usaha. Kemauan besar kunci utamanya. Meski baru memulai usaha mutiara 2011 silam, usaha itu menuai hasil. Terjun menjual mutiara bukan karena tidak ada pekerjaan. Saat itu, Indah menjadi pegawai bank di Mataram. Kerap wira-wiri ke Jakarta bertemu sesama audit bank, dimanfaatkan untuk menjual mutiara.
“Animonya bagus,” katanya.

Bermula dari sana, kata Indah, mulai mencoba promosi mutiara via online. Jual beli mutiara melalui facebook dimulai. Minat konsumen dunia maya cukup bagus. Keputusan berani diambil, ia memutuskan berhenti bekerja di bank. Akhir 2011, fokus utamanya bisnis mutiara. Awal memulai bisnis, tidak langsung modal besar dan membuka toko. Modalnya hanya gadget dan laptop. Setiap hari rajin datang ke toko-toko mutiara. Tekad yang luar biasa.
“Modal nol, datang ke toko-toko hanya ambil foto,” bebernya.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini menyebut, ilmu ekonomi di bangku kuliah diterapkan. Konsepnya menjual, untung buat modal dan menggaji diri sendiri. Manfaat ilmu di bangku kuliah dirasakan. Juli 2012, Indah mulai mencoba membuat asesoris dari mutiara sendiri. Kreasi muncul di benaknya. Asesoris jilbab dijual Rp 60 ribu. Permintaan konsumen meledak. Indah melihat peluang, saat itu belum ada yang membuat asesoris jilbab dari mutiara. Inovasinya tidak berhenti. Selanjutnya mulai membuat kreasi sepatu dan tas mutiara. Tanpa diduga karya sepatu dan tas mutiara me
mbuatnya memang di ajang wirausaha Mandiri 2013.
“Itu membuat nama saya makin dikenal setelah menang di ajang itu,” ucapnya.
Ibu satu anak ini berkesempatan mendapat pelatihan dari wirausaha top Indonesia, salah satunya Sandiago Uno. Ia pun akhirnya bisamembawa nama Indah Mutiara Lombok, menggelar pameran di Jakarta. Perjuangan yang dilakukan selama ini berbuah manis. Pengalaman di Jakarta didapat. Hingga akhirnya, kesempatan lebih besar didapat. Indah bisa tampil di Beirut, Libanon. Membawa nama mutiara Lombok hingga ke Libanon bukan pekerjaan mudah. Kesempatan emas untuk mendunia yang tidak bisa disia-siakan. Di Timur Tengah mutiara Lombok dikenalkan. Kebanggaan luar biasa, bisa jualan sekaligus mengenalkan Lombok.
Selain di kawasan Timur Tengah. Mutiara Lombok selanjutnya memikat daratan Eropa. Belanda dan Rusia dua negara yang rajin memesan mutiara Lombok. Dua negara tersebut bergiliran memesan mutiara. Sama seperti di Beirut, peredaran mutiara Lombok di Eropa diyakini akan membawa nama Lombok dikenal di Eropa. Sedangkan di Asia, costumer datang dari Jepang, Thailand, Singapura, dan Korea Selatan.
Indah menegaskan, memnjual mutiara lintas negara tidak melulu bisnis. Pilihan melebarkan sayap keluar negeri, cukup potensial. Mutiara Lombok tidak hanya dikenal di dalam negeri saja. Dalam waktu dekat ada undangan menggelar pameran di Kiev, Ukraina.
“Ini sekaligus untuk mengenalkan Lombok,” ucapnya.
Ibarat bayi, kata Indah, usaha mutiara yang digelutinya baru belajar merangkak. Baru cerita manis didapat. Ia pun mempersiapkan diri sebaik mungkin mengembangkan usaha mutiara. Dunia fashion selalu berkembang. Desain mutiara pun harus berkembang. Namanya usaha, selalu ada pasang-surut. Tapi, sepanjang semangat besar terus ada diyakini semua akan terus berjalan baik.
“Harus selalu update,” kata perempuan 29 tahun ini.
 Bisnis mutiara laut yang digeluti, setiap tahun mengalami peningkatan. Jumlah income dan peredaran semakin positif. Terakhir tahun lalu, omzet mutiara menangguk rupiah sampai Rp 3,4 miliar. Tak heran, pilihan berhenti sebagai pegawai bank tak pernah disesali Indah. Dari modal nol, kini beromzet miliaran.(*)

Monday 7 December 2015

Mengelola Sampah dan Sungai di Kota Mataram


Indriyatno

(Dosen Program Studi Kehutanan Universitas Mataram)

Siapa yang tidak kenal sampah? Sampah merupakan suatu masalah bahkan menjadi masalah di daerah maupun masalah nasional. Seperti halnya juga di Pulau Lombok, di Kota Mataram misalnya Adipura tidak dapat di raih karena belum beres mengelola sampa dan sungai. Demikian juga di Lombok Barat.
Para pemerhati lingkungan memikirkan sampah mau dikemanakan sampah ini??? Salah satu oleh Forum Wartawan Lombok Barat ke Bandung menyoroti penanganan sampah, dari hasil kunjungan ke Bandung, Di Bandung yang konon rencananya akan dijadikan sampah sebagai sumber energy listrik. Demikian juga DPR melalui kaukus DPR melakukan temu rembug dengan masyarakat untuk mendengarkan masalah sampah dan pengelolaan sungai di Kelurahan Ampenan beberapa waktu yang lalu.
Sebenarnya ketika memandang sampah dengan berpikir positif maka sampah merupakah berkah bagi kita, mengapa?? Banyak ide yang bisa kita lakukan dari sampah, juga bagaimana solusi penangan sampah, terutama yang sesuai dengan kondisi sosial masyarakat Lombok ini.
Salah satu warga Kelurahan Banjar mengembangkan Bank Sampah pengrajin handycraf plastic bekas, dia saat ini medapatkan order untuk diekspor, dalam pegembangannya sampah yang dibuat ternyata bukan sembarang sampah, sampah yang dimaksud adalah sampah yang diperlakukan dengan baik, mengapa bungkus permen, atau kopi cara pemotonganngya harus standar sehingga bisa didesain menjadi model dan bahan yang sesuai dengan keinginan pembeli seperti tas, dompet dan lain-lain, artinya manajemen sampah perlu disosialisasikan kepada warga dan warung-warung bagaimana memperlakukan sampah.
Penulis sendiri memiliki pengalaman ketika menangangi sampah, dari kotoran limbah pemotongan dan limbah mesin penetasan telur penulis membudidayakan papaya kalifonia mendapatkan pendapatan perhari minimal Rp. 50.000,-, sedangkan pak Japri seorang petani denga lahan sewa seluas 2 ha di daerah Pejarakan juga mampu memangkas kebutuhan pupuk an organik sebesar 10 % dari limbah sampah serta dia bisa menggaji karyawan usaha taninya Rp. 500.000,- per hari dan mempekerjakan 10 tenaga kerja setiap hari.
Mengelola sampah secara individu pun mendatangkan hasil, bagaimana bia dilakukan secara berjamaah, tentu lah banyak ide yang muncul dari sana. Dua tahun yang lalu penulis bertemu dengan seorang lurah yang memiliki perhatian terhadap lingkungan, kami berjuang bersama mencoba mengolah sampah bersama masyarakat. Dari hasil diskusi dengan warga yang kami lakukan hampir setiap minggu di Kelurahan Banjar ternyata sampah bisa ikut mengsejahterakan warganya bila cita-cita yang rencanakan terwujud. Mengapa kesejahteraan, karena kalimat ini merupakan kalimat yang abstrak, dan tidak mudah didifinisikan dan direalisasikan, menurut penulis kesejahteraan adalah hal yang sederhana di mana setiap orang akan disebut sejahtera jika dia bisa mengakses kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan, sarana dan prasarana. Mengapa demikian sepanjang pengalaman penulis melakukan pengelolaan sampah di Lingkungan Selaparang, pengalaman yang paling menyedihkan adalah ketika ada seorang kader kelurahan meninggal ketika di terkena kangker rahim namanya ibu Maryati. Tentang kegigihan ibu Maryati tentu warga Banjar tidak meragukan lagi, setiap pagi penulis sambil mengirim sayur lihat bu maryati menyapu sampah di Jalan Energi, pada saat almarhum tidak terltihat menyapu lagi di jalan, ternya beliau masuk rumah sakit Bayangkara. Dari visum dokter dia terkena kangker rahim stadium IV dan harus di kemoterapi. Bukan tidak ada perhatian dari pemeritah, berbekal kartu askin beliau dirujuk untuk khemo di Rumah sakit di Bali. Warga, ketua liggkungan, ketua RT dan tokoh masyarakat serta pak Lurah pun membantu untuk bisa berobat, namun persoalnya tidak sesederaha yang kita bayangkan. Beliau tidak bisa berobat bukan karena tidak ada rumah sakit yang mengobati tetapi tidak ada biaya digunakan untuk keperluan hidup di Bali pada saat pengobatan. Sehingga beliau tetap di rumah sampai beliau meninggal. Jadi orang disebut sejahtera jika suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungngnya dapat memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau keluar dari kerentanan, jika hal tersebut tidak tercapai maka seseorang atau rumah tangga disebut miskin.
Jadi ketika tingkat pengetahuan dan kesehatan terpenuhi cenderung alam dan sosial menjadi baik, bila kesehatan dan materi terpenuhi cenderung kondisi sosial dan politik menjadi baik, demikian juga jika materi dan pengetahuan baik cenderung politik dan ekonomi menjadi baik dan diharapkan natinya bila kondisi politik kondusif, alamnya mendukung, ekonomi masyarakat meningkat maka sarana dan prasarana juga akan meningkat. Itulah makna kesejahateraan yang sebenarnya bagi kita masyarakat. Berpikir dari situlah kita mencoba mengembangkan pengelolaan sampah dan Sungai Jangkok
Dari permasalahan itu, dicobalah kita mengembangkan askes kelurahan, dimana bila setiap KK minta untuk iuran Rp. 10.000 untuk mengelola sampah, maka di lingkungan itu aka memiliki kas setiap bulan sebesar Rp. 6.000.000, uang tersebut digunakan untuk pembersih sampah sebanyak Rp. 2.500.000,- maka masih terdapat kas Lingkungan sebesar Rp. 3.500.000 dalam 1 tahun akan terkumpul Rp. 3.500.000 maka dalam satu tahun terkumpul uang sebesar Rp. 42.000.000.
Pada saat ini secara swadaya pihak kelurahan juga membentuk kelompok ekonomi produkif untuk mengelola 2 kumbung jamur yang posisinya di bantaran sungai jangkok. Hasil usaha tersebut kecuali untuk meningkatkan pendapatan warga juga digunakan untuk mengelola sampah dan manejemen pengelolaan sungai.
Ditambah lagi bila warga dan anak-anak KKN tematik Unram berhasil menanam nangka unggul lokal, nagka tersebut penulis temukan pada saat masuk hutan di kaki Gunung Rinjani menemukan buah nangka beratnya mencapai 80 kg, luar biasa seandainya ditanam di sepanjang Bantaran Sungai Jangkok sebagai estimasi bila 1 buah harganya Rp. 100.000 didalam 1 pohon menghasilkan 10 buah dan ditanam sebanyak 100 pohon dalam 1 lingkungan maka akan didapatkan uang sebanyak Rp. 100.000/tahun, penulis juga berkonsultasi dengan para pedagang dodol dan kripik nangka di daerah soronadi, memberi informasi bahwa nangka yang jenis tersebut digunakan sebagai bahan dodol dan kripik .
Artinya total pendapatan dari kegiatan warga dari budidaya nangka dan uang sampah menjadi Rp. 142.000.000,- sungguh luar biasa, bila ditambahkan dengan ide yang dikembangkan seorang sahabat kepala dusun nan jauh di pinggiran hutan sesaot mengembangkan pisang sehat, bila di lingkungan Selaparang menanam papaya setiap kk 2 pohon 1 pohon diambil oleh pemilik rumah sedangkan 1 pohon diserahkan ke lingkungan sebagai asumsi saat ini 1 pohon bisa menghasilkan Rp. 50.000 maka dalam 1 tahun akan didapatakan uang sebesar Rp. 50.000 x 600 tanaman = Rp. 30.000 jadi total terdapat uang sebanyak Rp. 172.000.000 sungguh luar biasa, semoga dari dana sebesar ini bisa untuk dana kesehatan mencapai kesejahaterakan yang di amanhakan dalam UUD 1945, termasuk tidak ada lagi kejadian Ibu Maryani tidak bisa berobat karena tidak ada biaya.
Dana tersebut bisa diakses oleh warga yang sakit maksimal Rp. 2.000.000,- saat ini dengan segala keterbatasan pak lurah baru mampu menggerakan warganya sebesar 2 RT. Memang jalan terjal mengelola sampah masih panjang dan belum optimal.
Pengembangan pengelolaan sampah bukan perkara mudah di tingkat implementasi di masyarakat, walaupun dibuat papan larangan membuang sampah biasanya perilaku masyarakat membuang sampah ke sungai tidak berubah, yang diperlukan saat ini adalah melakukan perubahan mainset perilaku. Pak lurah sendiri dalam menghadapi warganya penuh tantangan dan kesabaran. Seorang ketua RT menyarankan kepada warganya di depan pak lurah “ jangan buang samah di pinggir sungai tapi buanglah ke tengah sungai” namun demikian dari tangan dingin seorang lurah saat ini 2 RT sudah tertangani. Untuk merubah mainset pak lurah mengerakkan warganya untuk begotong royong setiap minggu seperti membuat bipori dan penyuluhan pegelolaan sampah, dimana biopori kecuali untuk mengendalikan banjir di kelurahan Banjar juga dapat dipakai sebagai lubang pengolah sampah organik, Dari kegiatan biopori sedikit demi sedikit genangan-genangan yang biasanya terjadi di daerah Lingkungan Selaparang mulai berkurang,
Pembelajaran yang lain yang diberikan adalah dengan memberikan modal usaha simpan pinjam sebesar Rp. 400.000 uang tersebut diberikan kepada kelompok kader pengolah sampah sebagai dana simpan pinjam, Bu Maryati almrhumlah dan Maryani yang meminjamkan kepada anggotanya untuk usaha simpan pinjam, sampai bu Maryati meninggal dana tersebut bertambah menjadi 600.000, dana ini tidak cepat bertambah karena dari hasil diskusi dengan kelompok tidak ada bunga yang konon kabarnyanya mengandung riba secara agama. Dengan memberikan modal ekonomi utuk usaha bersama yang ditumbuhkan adalah membangun modal kepercayaa bahwa kita akan bersama bangkit mengelola sampah untuk kesehateraan, walaupun perjalanan warga keluran Banjar berjalan sangat pelan. Semoga warga Banjar tetap bersemangat memperjuangkan pengelolaan sampah untuk kemaslahatan umat manusia amin.

Sunday 6 December 2015

Singapura Membuat Orang Pintar Seperti Mesin

Melihat Kondisi Singapura Terkini (3-Habis)


MALAM kedua di Singapura, rasa penasaran menggelayut di kepala saat mendengar kisah bagusnya pendidikan di negeri singa. Tour guide rombongan jurnalis asal Indonesia membeberkan kalau di Singapura pendidikannya sangat maju. Rasa penasaran itu terobati. Beruntung bisa bertemu M Roil Bilad, dosen Nanyang Technological University. Darinya banyak informasi pendidikan di Singapura. Pria asli Lombok Tengah ini sebenarnya tidak asing bagi Lombok Post, beberapa waktu lalu profilnya pernah dibuat. Setelah meluangkan waktunya, ia menjemput di Hotel Ibis Bencoolen. Meski perjumpaan pertama, tidak ada kesan kaku. Dengan senyum mengembang dia langsung menyapa.
"Halo, ayo mau kemana?" katanya menyapa.
Pilihan untuk berbincang pun jatuh di Bugis Street, jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 300 meter dari hotel. Sepanjang jalan ia banyam bertanya tentang kedatangan para wartawan dari Indonesia. Dan seperti gaya khas orang timur, latar belakang masing-masing menjadi topik pembuka sepanjang jalan. Gayanya sangat bersahabat. Setelah berkeliling membelah Bugis Street kami memutuskan memilih satu kedai untuk nongkrong.
"Disini kemana-mana enak, naik kendaraan umum cepat," bebernya.
Seperti tulisan sebelumnya, tidak banyak orang Singapura memiliki kendaraam pribadi. Untuk bisa punya motor menyiapkam 7 ribu SGD ( Rp 9.700 tiap dollar) sementara mobil 70 ribu SGD. Kalau tidak benar-benar kaya enggan punya kendaraan. Toh, transportasi umum disana sangat bagus. Setelah bincang santai 15 menit, topik pun mulai beralih soal pendidikan. Roil bercerita pelajar maupun mahasiswa di Singapura pintar-pintar. Dari kecil mereka sudah berusaha memacu diri supaya pintar. Orang tuanya sangat mendukung. Bahkan mereka rela mencarikan guru les khusus. Mencari guru les di Singapura tidak mudah. Sampai banyak yang menyebar brosur ke kampus untuk mencari guru. Tarifnya dihitung per jam. Tiap jam harus bayar 45 SGD. Mahal untuk ukuran Indonesia, lebih Rp 400 ribu.
"Itupun nyari guru tidak mudah. Belum tentu dapat cepat," ucap Roil.
Doktor jebolan Belgia ini bercerita, sebenarnya belum terlalu lama masuk Singapura. Menjadi dosen Maret 2015. Tapi, ia sudah bisa menggambarkan sistem pendidikan di Singapura. Biaya pendidikan mahal. Kuliah tiap semester harus bayar hampir Rp 300 juta. Orang tua tidak mampu langsung membayar. Maka pilihannya adalah pinjam bank. Sebagian besar orang tua pinjam uang di bank untuk pendidikan. Setelah anak lulus kuliah, harus cepat kerja. Dengan begitu uang pinjaman di bank bisa dilunasi.
"Untuk pendidikan memang mahal. Masuk TK saja harus les, mampu bahasa dengan baik," urainya.
Itu kemudian yang membuat tingkat kompetisi di Singapura begitu tinggi. Hidupnya benar-benar ditekan. Orang pintar diciptakan bak "mesin". Pikirannya hanya memacu diri dan memacu diri. Disana juga yang akhirnya menjadi kekurangan. Tingkat individual warga begitu tinggi. Jarang yang peduli dengan sekitar. Roil menyebut, kepintaran warga dipupuk sejak dini. Kalau otaknya tidak top, mereka tidak bisa kuliah. Kualitas pendidikan pertama dan menengahnya memang cukup maju.
"Kalau yang tidak kuliah akhirnya pilih kejuruan atau vocasi," lanjut pria asli Lombok Tengah ini.
Saat kuliah, lanjutnya, pola di Singapura langsung berkumpul, di dalamnya bisa antara 1.200-1.600 mahasiswa. Tidak ada istilah mereka tidak mengerti. Dosen cukup memberi silabus. Kemudian mahasiswa belajar sendiri.
"Disini pintar-pintar," tandas Roil.
Ia menepis keraguan soal belajar dengan banyak orang tidak akan terserap. Justru kuncinya bukan pada pembelajaran di kelas. Kompetisi yang tinggi, membuat mahasiswa mandiri. Mereka belajar keras. Tidak ada tengok kanan-kiri, pokoknya belajar, belajar, dan belajar. Etos belajar tinggi mahasiswa, ikut ditunjang kualitas dosen. Dosen universitas di Singapura memiliki nama besar. Para dosen rajin menulis di jurnal internasional. Apapun tulisannya, nama besarnya sudah menyihir dunia pendidikan.
"Pendidikan, Singapura akan terus leading. Tidak hanya Asia, bahkan dunia," ungkap Roil.
Kemampuan tinggi mahasiswa ini, benar-benar terwujud nyata di dunia kerja. Singapura terkenal dengan negara mudah investasi. Tidak perlu menunggu bulanan, hitungan jam izin beres. Orang pintar ini juga yang kemudian membuat ekonomi tetap bagus. Sampai saat ini Singapura masih menerapkan bea masuk barang nol persen. Pengusaha hanya dikenai pajak 7 persen. Para sarjana itu juga yang kemudian mengkonsep transportasi masal yang baik.
"Disini sangat efisien," tambahnya.
Penjelasan Roil ini melengkapi cerita soal pendidikan di Singapura dari Harbans Suki. Tour guide tersebut mengurai, pendidikan di Singapura adalah segalanya. Mereka dipacu supaya pintar. Bila tidak pintar dampaknya tentu ke negara. Lagi-lagi posisi tawar negara yang tinggi, menjadi pemicu. Singapura tidak ingin dibebani warganya. Dengan menjadi pintar, berarti mereka bisa menolong dirinya sendiri. Jadi jangan heran, kalau pendapatan rata-rata paling rendah adalah 2 ribu SGD.
"Harus pintar, tidak boleh tidak," katanya.
Perempuan keturunan India ini menyebut, kondisi warga Singapura yang di atas rata-rata membuat kompetisi begitu kuat. Tidak mudah orang bisa masuk. Kalaupun masuk kebanyakan menjadi tenaga kasar. Seperti warga India yang banyak menjadi sopir atau buruh di pelabuhan.
"Anak saya sendiri yang terakhir kuliah di Australia. Supaya pintar," aku ibu tiga anak ini.
Pola pendidikan Singapura memang tidak harus ditiru oleh Indonesia. Namun, etos belajar dan tingginya kompetisi layak menjadi acuan. Bukankah selama ini kita belum menomor satukan pendidikan. Kita terlalu sibuk dengan urusan konsumtif mulai motor, gadget, sampai urusan dompet.(*)

Saturday 5 December 2015

Hiburan di Singapura Keren Abis



Melihat Kondisi Singapura Terkini (2)


STATUS negara kecil tidak membuat Singapura minder. Dengan sumber daya alam terbatas, negara ini gila-gilaan mengembangkan diri. Pembangunan besar-besaran dimulai di tahun 1980 an. Salah satu pembangunan yang mencolok adalah destinasi wisata. Fasilitas pariwisata dibangun tidak hanya menyenangkan warganya. Destinasi baru dibangun sekaligus untuk menjaring pemasukan. Nilai investasi pariwisata mencapai puluhan juta SGD (dollar Singapura). Langkah Singapura ini membuatnya layak untuk dikunjungi wisatawan. Beberapa lokasi menarik yang dikunjungi disana diantaranya Gardens by the Bay. Terletak di sebelah Marina Reservoir, Gardens by the Bay menawarkan pemandangan pantai yang luar biasa. Destinasi holtikulturanya luar biasa.
Tour guide yang mendampingi wartawan Harbans Kaur mengatakan, luas mencapai  101 hektare. Lahan reklamasi, tanahnya dibeli dari Indonesia. Terdiri dari dua area utama - Bay South Garden dan Bay East Garden, Cloud Forest.
"Dengan taman-taman di dalamnya, gunung setinggi 35 meter diselimuti kabut dan tanaman yang rimbun mengelilingi air terjun dalam ruangan tertinggi di dunia," terang Harbans.
Ya, di dalam bangunan ini, tanamannya bukan hanya khas daerah tropis. Mereka yang datang bisa melihat tanaman khas Afrika, Amerika, maupun Australia. Pengunjungnya cukup padat. Banyak yang kagum dan menjadikan pohon-pohon langka untuj berfoto. Air terjun buatan di dalamnya membuat kebun ini sejuk. Untuk masuk pengunjung harus membayar tiket 28 SGD (Rp 9.700 per dollar).
Lokasi lain yang juga spektakuler disana adalah Universal Studios Singapore (USS) yang dibuka pada Januari 2010, merupakan wahana bermain Universal Studios yang pertama kali dibuka di wilayah Asia Tenggara, dan merupakan yang kedua di wilayah Asia setelah Universal Studios Jepang. Taman bermain bertema film-film terkenal Hollywood produksi Universal Studios ini berlokasi di Pulau Sentosa. Beberapa wahana yang telah dibuka, al.The Lost World, Far and Away, New York, Sci-Fi City, Hollywood Boulevard, Madagascar, Ancient Egypt dan masih banyak lagi. Untuk masuk kesana tiketnya 78 SGD. masyarakat bisa bermain sepuasnya di dalam. Harbans menjelaskan, USS menjadi lokasi kunjungan wajib para turis. Belum ke Singapura jika belum masuk. Dan benar, saat datang di hari libur di USS begitu padat.
Di sekitar USS juga ada Kasino di Resort World Sentosa. Kawasan judi yang disebut-sebut mirip Macau, Hongkong. Begitu masuk di dalam, suasanya mirip dengan kasino yang terpampang di televisi. Tidak hanya kaum adam, banyak juga kaum hawa yang asik bermain. Malah ada kakek dan nenek yang terlihat serius. Sayang, di dalamnya sangat ketat, tidak boleh mengambil gambar. Bahkan ada satu wartawan yang tidak bisa masuk karena lupa membawa paspor.
Untuk malam hari, masih di kawasan Pulau Sentosa juga menawarkan hiburan menarik. Dikenal dengan Wings of time. Pertunjukan di tepi laut itu menampilkan tarian air. Untuk masuk harus membayar 18 SGD.
Harbans bercerita, semua destinasi wisata buatan itu ramai saat akhir pekan. Lokasi yang dijadikan sebagai tempat melepas lelah. Warga Singapura memang dituntut bekerja keras. Pendapatan rata-rata sekitar 2 ribu SGD. Mereka kerja pagi sampai malam demi uang. Sampai banyak yang melajang tak kunjung menikah karena mengejar karir.
"Kalau tidak kerja keras disini, tidak bisa hidup," ucapnya.
Menjadi penduduk Singapura memang seperti dicambuk. Tekanan kerja tinggi. Aturan tenaga kerja ketat. Tidak ada istilah protes atau demo. Makanya Harbans menyebut lokasi hiburan benar dimanfaatkan melepas kepenatan. Pemerintahnya pun gila-gilaan untuk menyenangkan warganya. Gajinya dipaksa dipotong pemerintah, uang ini disimpan pemerintah bisa diambil setelah pensiun. Pemerintah tidak mau dibebani warganya. Kebanyakan bekerja dobel. Warga Singapura 80 persen tinggal di rumah susun. 

Soal etos kerja tinggi, dibenarkan oleh Dr Roil Bilad. Warga asli Lombok yang sekarang menjadi dosen disana menyebut, biaya hidup di Singapura tinggi. Sebulan untuk tinggal saja butuh 600 SGD. Untuk makan dan transortasi sehari bisa butuh 8 SGD, kalau masih lajang. Jika berkeluarga lebih mahal lagi.
"Memang untuk tempat hiburan mahal-mahal. Tapi ada juga gratisan, karena banyak dibangun ruang terbuka publik," katanya.
Roil sendiri tidak mengelak kalau warganya berlomba-lomba memburu uang. Tidak perlu memikirkan kendaraan pribadi. Sebagian besar pendapatan habis untuk konsumtif. Khusus untuk kendaraan pribadi, untuj motor harus membayar "pajak" atau deposit uang 7 ribu SGD. Sementara mobil sampai 70 ribu SGD. Tidak semua orang tertarik membeli kendaraan pribadi.
"Ini negara yang memang butuh kerja keras," sambungnya.
 Untuk tempat hiburan sendiri tidak semuanya memang bayar. Ada turis yang hanya mengincar destinasi tertentu. Salah satunya Marina Bay ialah sebuah teluk dekat Central Area di daerah selatan Singapura dan berada di sebelah timur dari Downtown Core. Disini terdapat berbagai fasilitas dan infrastruktur yang inovatif seperti "terowongan infrastruktur terpadu" dibangun dan aktivitas luar biasa mengambil tempat untuk tampil. Di sekitar sana ada patung Merlion yang menjadi objek berfoto andalan.(bersambung)