This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday 8 December 2015

Avroins Made in Lombok


Clothing Produk Lombok (1)

Pergaulan kadang menularkan semangat berkarya. Sering bergaul dengan owner clothing lokal, memunculkan inspirasi. Itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya Avroins Apparel.
Sebagai clothing lokal pendatang baru. Owner Avroins Apparel Akbar Ongko tidak menutupi, ketertarikan pada bisnis clothing karena sering berbincang soal clothing. Juli 2014 produk Avroins Apparel dikenalkan.
"Arti nama itu kemakmuran," katanya.
Clothing di Lombok memang sedang naik daun. Kaos-kaos buatan lokal ini tampil sebagai produk lokal. Kualitasnya tidak kalah dengan busana yang sudah dikenal oleh anak muda. Pilihan bahan pun sengaja dicarikan yang terbaik.

Untuk produksi, kata Akbar, ada 17 macam desain kaos. Selain kaos ada juga produksi waistbag, topi, bennie, gelang, lanyard, dan jaket. Seperti clothing lokal lainnya, awal berdiri tidak langsung memiliki distro atau store sendiri. Pilihannya tentu titip di bebrapa distro. Di Mataram produknya bisa dijumpai di Lucky Light Candy, Lovely Sunday, dan Electra Diamond. Di Lombok Timur dititip di Duke Store. Titip-menitip produk menjadi hal lumrah diantara clothing lokal. Istilah mereka saling membantu.
"Selain itu kita kirim barang ke Sumbawa, di Murcle Store," bebernya.
Dengan mematok harga Rp 120 ribu tiap kaos, penggemarnya memberi apresiasi positif. Ada pangsa pasar sendiri. Meski bisnis clothing lokal menggeliat tidak lantas membuat kehilangan peminat. Costumer memiliki kesempatan menyampaikan desain. Setelah desain disampaikan, tentu saja Akbar bakal memberikan sentuhan terbaik.
"Selain dari kita. Konsumen bisa usul desain," ucap Akbar.
Pemuda berjenggot ini menambahkan, desain untuk para skater menjadi andalan. Desain simpel untuk penggemar skateboard menyita perhatian. Kebanyakan clothing lokal mengambil desain art atau komunitas.
"Saya desain yang mudah-mudah saja. Tapi mengena ke konsumen," akunya
Menurut Akbar, geliat clothing lokal tidak membuatnya gentar bersaing. Justru banyak pengalaman dari clothing senior bisa diambil. Justru clothing karya anak muda Mataram harus dipertahankan. Selain membuat nama daerah terkatrol, desain lokal menunjukkan kreativitas anak mudanya. Clothing bagian dari ekonomi kreatif.
"Soal lesu atau sepi itu proses," tambahnya.
Ditengah gencarnya usaha anak muda menghidupkan clothing, lanjutnya, harus diberi ruang lebih oleh pemerintah. Perlu ada pameran untuk clothing lokal. Sejauh ini clothing lokal eksis secara mandiri. Padahal bisnis clothing ikut menumbuhkan ekonomi kecil. Selain penjual kaos, tukang sablon mendapat untung.
"Harus dibantu pemerintah. Seperti ada event pameran clothing berkala," ucapnya.
Diakuinya, solidaritas diantara pemilik clothing lokal cukup bagus. Itu membuat clothing junior diberi kesempatan. Konsumen memiliki banyak pilihan. Tinggal masing-masing clothing memberi karyawan terbaik.(*)

Mutiara Lombok Sanggup Mendunia

Sudah sejak lama Lombok dikenal dengan mutiaranya. Sedikit sentuhan tangan dingin, mutiara asal Lombok bisa melanglang buana. Indah Pratiwi kartini menjual mutiara Lombok dari Timur Tengah sampai Eropa.
Berawal tanpa modal, Indah mulai bisnis mutiara. Menurutnya modal bukan satu-satunya ukuran memulai usaha. Kemauan besar kunci utamanya. Meski baru memulai usaha mutiara 2011 silam, usaha itu menuai hasil. Terjun menjual mutiara bukan karena tidak ada pekerjaan. Saat itu, Indah menjadi pegawai bank di Mataram. Kerap wira-wiri ke Jakarta bertemu sesama audit bank, dimanfaatkan untuk menjual mutiara.
“Animonya bagus,” katanya.

Bermula dari sana, kata Indah, mulai mencoba promosi mutiara via online. Jual beli mutiara melalui facebook dimulai. Minat konsumen dunia maya cukup bagus. Keputusan berani diambil, ia memutuskan berhenti bekerja di bank. Akhir 2011, fokus utamanya bisnis mutiara. Awal memulai bisnis, tidak langsung modal besar dan membuka toko. Modalnya hanya gadget dan laptop. Setiap hari rajin datang ke toko-toko mutiara. Tekad yang luar biasa.
“Modal nol, datang ke toko-toko hanya ambil foto,” bebernya.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini menyebut, ilmu ekonomi di bangku kuliah diterapkan. Konsepnya menjual, untung buat modal dan menggaji diri sendiri. Manfaat ilmu di bangku kuliah dirasakan. Juli 2012, Indah mulai mencoba membuat asesoris dari mutiara sendiri. Kreasi muncul di benaknya. Asesoris jilbab dijual Rp 60 ribu. Permintaan konsumen meledak. Indah melihat peluang, saat itu belum ada yang membuat asesoris jilbab dari mutiara. Inovasinya tidak berhenti. Selanjutnya mulai membuat kreasi sepatu dan tas mutiara. Tanpa diduga karya sepatu dan tas mutiara me
mbuatnya memang di ajang wirausaha Mandiri 2013.
“Itu membuat nama saya makin dikenal setelah menang di ajang itu,” ucapnya.
Ibu satu anak ini berkesempatan mendapat pelatihan dari wirausaha top Indonesia, salah satunya Sandiago Uno. Ia pun akhirnya bisamembawa nama Indah Mutiara Lombok, menggelar pameran di Jakarta. Perjuangan yang dilakukan selama ini berbuah manis. Pengalaman di Jakarta didapat. Hingga akhirnya, kesempatan lebih besar didapat. Indah bisa tampil di Beirut, Libanon. Membawa nama mutiara Lombok hingga ke Libanon bukan pekerjaan mudah. Kesempatan emas untuk mendunia yang tidak bisa disia-siakan. Di Timur Tengah mutiara Lombok dikenalkan. Kebanggaan luar biasa, bisa jualan sekaligus mengenalkan Lombok.
Selain di kawasan Timur Tengah. Mutiara Lombok selanjutnya memikat daratan Eropa. Belanda dan Rusia dua negara yang rajin memesan mutiara Lombok. Dua negara tersebut bergiliran memesan mutiara. Sama seperti di Beirut, peredaran mutiara Lombok di Eropa diyakini akan membawa nama Lombok dikenal di Eropa. Sedangkan di Asia, costumer datang dari Jepang, Thailand, Singapura, dan Korea Selatan.
Indah menegaskan, memnjual mutiara lintas negara tidak melulu bisnis. Pilihan melebarkan sayap keluar negeri, cukup potensial. Mutiara Lombok tidak hanya dikenal di dalam negeri saja. Dalam waktu dekat ada undangan menggelar pameran di Kiev, Ukraina.
“Ini sekaligus untuk mengenalkan Lombok,” ucapnya.
Ibarat bayi, kata Indah, usaha mutiara yang digelutinya baru belajar merangkak. Baru cerita manis didapat. Ia pun mempersiapkan diri sebaik mungkin mengembangkan usaha mutiara. Dunia fashion selalu berkembang. Desain mutiara pun harus berkembang. Namanya usaha, selalu ada pasang-surut. Tapi, sepanjang semangat besar terus ada diyakini semua akan terus berjalan baik.
“Harus selalu update,” kata perempuan 29 tahun ini.
 Bisnis mutiara laut yang digeluti, setiap tahun mengalami peningkatan. Jumlah income dan peredaran semakin positif. Terakhir tahun lalu, omzet mutiara menangguk rupiah sampai Rp 3,4 miliar. Tak heran, pilihan berhenti sebagai pegawai bank tak pernah disesali Indah. Dari modal nol, kini beromzet miliaran.(*)

Monday 7 December 2015

Mengelola Sampah dan Sungai di Kota Mataram


Indriyatno

(Dosen Program Studi Kehutanan Universitas Mataram)

Siapa yang tidak kenal sampah? Sampah merupakan suatu masalah bahkan menjadi masalah di daerah maupun masalah nasional. Seperti halnya juga di Pulau Lombok, di Kota Mataram misalnya Adipura tidak dapat di raih karena belum beres mengelola sampa dan sungai. Demikian juga di Lombok Barat.
Para pemerhati lingkungan memikirkan sampah mau dikemanakan sampah ini??? Salah satu oleh Forum Wartawan Lombok Barat ke Bandung menyoroti penanganan sampah, dari hasil kunjungan ke Bandung, Di Bandung yang konon rencananya akan dijadikan sampah sebagai sumber energy listrik. Demikian juga DPR melalui kaukus DPR melakukan temu rembug dengan masyarakat untuk mendengarkan masalah sampah dan pengelolaan sungai di Kelurahan Ampenan beberapa waktu yang lalu.
Sebenarnya ketika memandang sampah dengan berpikir positif maka sampah merupakah berkah bagi kita, mengapa?? Banyak ide yang bisa kita lakukan dari sampah, juga bagaimana solusi penangan sampah, terutama yang sesuai dengan kondisi sosial masyarakat Lombok ini.
Salah satu warga Kelurahan Banjar mengembangkan Bank Sampah pengrajin handycraf plastic bekas, dia saat ini medapatkan order untuk diekspor, dalam pegembangannya sampah yang dibuat ternyata bukan sembarang sampah, sampah yang dimaksud adalah sampah yang diperlakukan dengan baik, mengapa bungkus permen, atau kopi cara pemotonganngya harus standar sehingga bisa didesain menjadi model dan bahan yang sesuai dengan keinginan pembeli seperti tas, dompet dan lain-lain, artinya manajemen sampah perlu disosialisasikan kepada warga dan warung-warung bagaimana memperlakukan sampah.
Penulis sendiri memiliki pengalaman ketika menangangi sampah, dari kotoran limbah pemotongan dan limbah mesin penetasan telur penulis membudidayakan papaya kalifonia mendapatkan pendapatan perhari minimal Rp. 50.000,-, sedangkan pak Japri seorang petani denga lahan sewa seluas 2 ha di daerah Pejarakan juga mampu memangkas kebutuhan pupuk an organik sebesar 10 % dari limbah sampah serta dia bisa menggaji karyawan usaha taninya Rp. 500.000,- per hari dan mempekerjakan 10 tenaga kerja setiap hari.
Mengelola sampah secara individu pun mendatangkan hasil, bagaimana bia dilakukan secara berjamaah, tentu lah banyak ide yang muncul dari sana. Dua tahun yang lalu penulis bertemu dengan seorang lurah yang memiliki perhatian terhadap lingkungan, kami berjuang bersama mencoba mengolah sampah bersama masyarakat. Dari hasil diskusi dengan warga yang kami lakukan hampir setiap minggu di Kelurahan Banjar ternyata sampah bisa ikut mengsejahterakan warganya bila cita-cita yang rencanakan terwujud. Mengapa kesejahteraan, karena kalimat ini merupakan kalimat yang abstrak, dan tidak mudah didifinisikan dan direalisasikan, menurut penulis kesejahteraan adalah hal yang sederhana di mana setiap orang akan disebut sejahtera jika dia bisa mengakses kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan, sarana dan prasarana. Mengapa demikian sepanjang pengalaman penulis melakukan pengelolaan sampah di Lingkungan Selaparang, pengalaman yang paling menyedihkan adalah ketika ada seorang kader kelurahan meninggal ketika di terkena kangker rahim namanya ibu Maryati. Tentang kegigihan ibu Maryati tentu warga Banjar tidak meragukan lagi, setiap pagi penulis sambil mengirim sayur lihat bu maryati menyapu sampah di Jalan Energi, pada saat almarhum tidak terltihat menyapu lagi di jalan, ternya beliau masuk rumah sakit Bayangkara. Dari visum dokter dia terkena kangker rahim stadium IV dan harus di kemoterapi. Bukan tidak ada perhatian dari pemeritah, berbekal kartu askin beliau dirujuk untuk khemo di Rumah sakit di Bali. Warga, ketua liggkungan, ketua RT dan tokoh masyarakat serta pak Lurah pun membantu untuk bisa berobat, namun persoalnya tidak sesederaha yang kita bayangkan. Beliau tidak bisa berobat bukan karena tidak ada rumah sakit yang mengobati tetapi tidak ada biaya digunakan untuk keperluan hidup di Bali pada saat pengobatan. Sehingga beliau tetap di rumah sampai beliau meninggal. Jadi orang disebut sejahtera jika suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungngnya dapat memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau keluar dari kerentanan, jika hal tersebut tidak tercapai maka seseorang atau rumah tangga disebut miskin.
Jadi ketika tingkat pengetahuan dan kesehatan terpenuhi cenderung alam dan sosial menjadi baik, bila kesehatan dan materi terpenuhi cenderung kondisi sosial dan politik menjadi baik, demikian juga jika materi dan pengetahuan baik cenderung politik dan ekonomi menjadi baik dan diharapkan natinya bila kondisi politik kondusif, alamnya mendukung, ekonomi masyarakat meningkat maka sarana dan prasarana juga akan meningkat. Itulah makna kesejahateraan yang sebenarnya bagi kita masyarakat. Berpikir dari situlah kita mencoba mengembangkan pengelolaan sampah dan Sungai Jangkok
Dari permasalahan itu, dicobalah kita mengembangkan askes kelurahan, dimana bila setiap KK minta untuk iuran Rp. 10.000 untuk mengelola sampah, maka di lingkungan itu aka memiliki kas setiap bulan sebesar Rp. 6.000.000, uang tersebut digunakan untuk pembersih sampah sebanyak Rp. 2.500.000,- maka masih terdapat kas Lingkungan sebesar Rp. 3.500.000 dalam 1 tahun akan terkumpul Rp. 3.500.000 maka dalam satu tahun terkumpul uang sebesar Rp. 42.000.000.
Pada saat ini secara swadaya pihak kelurahan juga membentuk kelompok ekonomi produkif untuk mengelola 2 kumbung jamur yang posisinya di bantaran sungai jangkok. Hasil usaha tersebut kecuali untuk meningkatkan pendapatan warga juga digunakan untuk mengelola sampah dan manejemen pengelolaan sungai.
Ditambah lagi bila warga dan anak-anak KKN tematik Unram berhasil menanam nangka unggul lokal, nagka tersebut penulis temukan pada saat masuk hutan di kaki Gunung Rinjani menemukan buah nangka beratnya mencapai 80 kg, luar biasa seandainya ditanam di sepanjang Bantaran Sungai Jangkok sebagai estimasi bila 1 buah harganya Rp. 100.000 didalam 1 pohon menghasilkan 10 buah dan ditanam sebanyak 100 pohon dalam 1 lingkungan maka akan didapatkan uang sebanyak Rp. 100.000/tahun, penulis juga berkonsultasi dengan para pedagang dodol dan kripik nangka di daerah soronadi, memberi informasi bahwa nangka yang jenis tersebut digunakan sebagai bahan dodol dan kripik .
Artinya total pendapatan dari kegiatan warga dari budidaya nangka dan uang sampah menjadi Rp. 142.000.000,- sungguh luar biasa, bila ditambahkan dengan ide yang dikembangkan seorang sahabat kepala dusun nan jauh di pinggiran hutan sesaot mengembangkan pisang sehat, bila di lingkungan Selaparang menanam papaya setiap kk 2 pohon 1 pohon diambil oleh pemilik rumah sedangkan 1 pohon diserahkan ke lingkungan sebagai asumsi saat ini 1 pohon bisa menghasilkan Rp. 50.000 maka dalam 1 tahun akan didapatakan uang sebesar Rp. 50.000 x 600 tanaman = Rp. 30.000 jadi total terdapat uang sebanyak Rp. 172.000.000 sungguh luar biasa, semoga dari dana sebesar ini bisa untuk dana kesehatan mencapai kesejahaterakan yang di amanhakan dalam UUD 1945, termasuk tidak ada lagi kejadian Ibu Maryani tidak bisa berobat karena tidak ada biaya.
Dana tersebut bisa diakses oleh warga yang sakit maksimal Rp. 2.000.000,- saat ini dengan segala keterbatasan pak lurah baru mampu menggerakan warganya sebesar 2 RT. Memang jalan terjal mengelola sampah masih panjang dan belum optimal.
Pengembangan pengelolaan sampah bukan perkara mudah di tingkat implementasi di masyarakat, walaupun dibuat papan larangan membuang sampah biasanya perilaku masyarakat membuang sampah ke sungai tidak berubah, yang diperlukan saat ini adalah melakukan perubahan mainset perilaku. Pak lurah sendiri dalam menghadapi warganya penuh tantangan dan kesabaran. Seorang ketua RT menyarankan kepada warganya di depan pak lurah “ jangan buang samah di pinggir sungai tapi buanglah ke tengah sungai” namun demikian dari tangan dingin seorang lurah saat ini 2 RT sudah tertangani. Untuk merubah mainset pak lurah mengerakkan warganya untuk begotong royong setiap minggu seperti membuat bipori dan penyuluhan pegelolaan sampah, dimana biopori kecuali untuk mengendalikan banjir di kelurahan Banjar juga dapat dipakai sebagai lubang pengolah sampah organik, Dari kegiatan biopori sedikit demi sedikit genangan-genangan yang biasanya terjadi di daerah Lingkungan Selaparang mulai berkurang,
Pembelajaran yang lain yang diberikan adalah dengan memberikan modal usaha simpan pinjam sebesar Rp. 400.000 uang tersebut diberikan kepada kelompok kader pengolah sampah sebagai dana simpan pinjam, Bu Maryati almrhumlah dan Maryani yang meminjamkan kepada anggotanya untuk usaha simpan pinjam, sampai bu Maryati meninggal dana tersebut bertambah menjadi 600.000, dana ini tidak cepat bertambah karena dari hasil diskusi dengan kelompok tidak ada bunga yang konon kabarnyanya mengandung riba secara agama. Dengan memberikan modal ekonomi utuk usaha bersama yang ditumbuhkan adalah membangun modal kepercayaa bahwa kita akan bersama bangkit mengelola sampah untuk kesehateraan, walaupun perjalanan warga keluran Banjar berjalan sangat pelan. Semoga warga Banjar tetap bersemangat memperjuangkan pengelolaan sampah untuk kemaslahatan umat manusia amin.

Sunday 6 December 2015

Singapura Membuat Orang Pintar Seperti Mesin

Melihat Kondisi Singapura Terkini (3-Habis)


MALAM kedua di Singapura, rasa penasaran menggelayut di kepala saat mendengar kisah bagusnya pendidikan di negeri singa. Tour guide rombongan jurnalis asal Indonesia membeberkan kalau di Singapura pendidikannya sangat maju. Rasa penasaran itu terobati. Beruntung bisa bertemu M Roil Bilad, dosen Nanyang Technological University. Darinya banyak informasi pendidikan di Singapura. Pria asli Lombok Tengah ini sebenarnya tidak asing bagi Lombok Post, beberapa waktu lalu profilnya pernah dibuat. Setelah meluangkan waktunya, ia menjemput di Hotel Ibis Bencoolen. Meski perjumpaan pertama, tidak ada kesan kaku. Dengan senyum mengembang dia langsung menyapa.
"Halo, ayo mau kemana?" katanya menyapa.
Pilihan untuk berbincang pun jatuh di Bugis Street, jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 300 meter dari hotel. Sepanjang jalan ia banyam bertanya tentang kedatangan para wartawan dari Indonesia. Dan seperti gaya khas orang timur, latar belakang masing-masing menjadi topik pembuka sepanjang jalan. Gayanya sangat bersahabat. Setelah berkeliling membelah Bugis Street kami memutuskan memilih satu kedai untuk nongkrong.
"Disini kemana-mana enak, naik kendaraan umum cepat," bebernya.
Seperti tulisan sebelumnya, tidak banyak orang Singapura memiliki kendaraam pribadi. Untuk bisa punya motor menyiapkam 7 ribu SGD ( Rp 9.700 tiap dollar) sementara mobil 70 ribu SGD. Kalau tidak benar-benar kaya enggan punya kendaraan. Toh, transportasi umum disana sangat bagus. Setelah bincang santai 15 menit, topik pun mulai beralih soal pendidikan. Roil bercerita pelajar maupun mahasiswa di Singapura pintar-pintar. Dari kecil mereka sudah berusaha memacu diri supaya pintar. Orang tuanya sangat mendukung. Bahkan mereka rela mencarikan guru les khusus. Mencari guru les di Singapura tidak mudah. Sampai banyak yang menyebar brosur ke kampus untuk mencari guru. Tarifnya dihitung per jam. Tiap jam harus bayar 45 SGD. Mahal untuk ukuran Indonesia, lebih Rp 400 ribu.
"Itupun nyari guru tidak mudah. Belum tentu dapat cepat," ucap Roil.
Doktor jebolan Belgia ini bercerita, sebenarnya belum terlalu lama masuk Singapura. Menjadi dosen Maret 2015. Tapi, ia sudah bisa menggambarkan sistem pendidikan di Singapura. Biaya pendidikan mahal. Kuliah tiap semester harus bayar hampir Rp 300 juta. Orang tua tidak mampu langsung membayar. Maka pilihannya adalah pinjam bank. Sebagian besar orang tua pinjam uang di bank untuk pendidikan. Setelah anak lulus kuliah, harus cepat kerja. Dengan begitu uang pinjaman di bank bisa dilunasi.
"Untuk pendidikan memang mahal. Masuk TK saja harus les, mampu bahasa dengan baik," urainya.
Itu kemudian yang membuat tingkat kompetisi di Singapura begitu tinggi. Hidupnya benar-benar ditekan. Orang pintar diciptakan bak "mesin". Pikirannya hanya memacu diri dan memacu diri. Disana juga yang akhirnya menjadi kekurangan. Tingkat individual warga begitu tinggi. Jarang yang peduli dengan sekitar. Roil menyebut, kepintaran warga dipupuk sejak dini. Kalau otaknya tidak top, mereka tidak bisa kuliah. Kualitas pendidikan pertama dan menengahnya memang cukup maju.
"Kalau yang tidak kuliah akhirnya pilih kejuruan atau vocasi," lanjut pria asli Lombok Tengah ini.
Saat kuliah, lanjutnya, pola di Singapura langsung berkumpul, di dalamnya bisa antara 1.200-1.600 mahasiswa. Tidak ada istilah mereka tidak mengerti. Dosen cukup memberi silabus. Kemudian mahasiswa belajar sendiri.
"Disini pintar-pintar," tandas Roil.
Ia menepis keraguan soal belajar dengan banyak orang tidak akan terserap. Justru kuncinya bukan pada pembelajaran di kelas. Kompetisi yang tinggi, membuat mahasiswa mandiri. Mereka belajar keras. Tidak ada tengok kanan-kiri, pokoknya belajar, belajar, dan belajar. Etos belajar tinggi mahasiswa, ikut ditunjang kualitas dosen. Dosen universitas di Singapura memiliki nama besar. Para dosen rajin menulis di jurnal internasional. Apapun tulisannya, nama besarnya sudah menyihir dunia pendidikan.
"Pendidikan, Singapura akan terus leading. Tidak hanya Asia, bahkan dunia," ungkap Roil.
Kemampuan tinggi mahasiswa ini, benar-benar terwujud nyata di dunia kerja. Singapura terkenal dengan negara mudah investasi. Tidak perlu menunggu bulanan, hitungan jam izin beres. Orang pintar ini juga yang kemudian membuat ekonomi tetap bagus. Sampai saat ini Singapura masih menerapkan bea masuk barang nol persen. Pengusaha hanya dikenai pajak 7 persen. Para sarjana itu juga yang kemudian mengkonsep transportasi masal yang baik.
"Disini sangat efisien," tambahnya.
Penjelasan Roil ini melengkapi cerita soal pendidikan di Singapura dari Harbans Suki. Tour guide tersebut mengurai, pendidikan di Singapura adalah segalanya. Mereka dipacu supaya pintar. Bila tidak pintar dampaknya tentu ke negara. Lagi-lagi posisi tawar negara yang tinggi, menjadi pemicu. Singapura tidak ingin dibebani warganya. Dengan menjadi pintar, berarti mereka bisa menolong dirinya sendiri. Jadi jangan heran, kalau pendapatan rata-rata paling rendah adalah 2 ribu SGD.
"Harus pintar, tidak boleh tidak," katanya.
Perempuan keturunan India ini menyebut, kondisi warga Singapura yang di atas rata-rata membuat kompetisi begitu kuat. Tidak mudah orang bisa masuk. Kalaupun masuk kebanyakan menjadi tenaga kasar. Seperti warga India yang banyak menjadi sopir atau buruh di pelabuhan.
"Anak saya sendiri yang terakhir kuliah di Australia. Supaya pintar," aku ibu tiga anak ini.
Pola pendidikan Singapura memang tidak harus ditiru oleh Indonesia. Namun, etos belajar dan tingginya kompetisi layak menjadi acuan. Bukankah selama ini kita belum menomor satukan pendidikan. Kita terlalu sibuk dengan urusan konsumtif mulai motor, gadget, sampai urusan dompet.(*)

Papa Minta Saham Ruwet

SUGUHAN media massa beberapa hari ini masih soal pencatutan nama Presiden Jokowi oleh Ketua DPR Setya Novanto. Kasus yang dikenal di khalayak dengan kasus papa minta saham ini membuat publik pusing. Penuntasan seolah dibuat lambat. Keputusan yang seharusnya bisa segera terjadi, seolah berlarut-larut. Pemberitaan pun membentuk dua arus. Arus yang membela Ketua DPR dan arus yang menuntut supaya kasus tersebut segera selesai.

Mereka yang membela menyebut, laporan dari Menteri ESDM Sudirmam Said tidak tepat. Mahkamah Kehormatan DPR hanya boleh menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat. Bukan dari pejabat pemerintah. Kebetulan kubu pembela Setya Novanto adalah barisan koalisi merah putih (KMP). Koalisi yang selama ini dianggap sebagai rival pemerintah. Pembelaan tersebut, memunculkan image di masyarakat, pertemanan adalah segalanya. Urusan benar atau salah belakangan. Munculah pembelaan mati-matian.

Substansi masalah yang seharusnya menyoroti dugaan pencatutan nama presiden untuk meminta saham ke PT Freeport, beralih pada masalah sah dan tidaknya pengaduan Sudirman Said. Tidak itu saja, MKD pun sedang mempertontonkan kekonyolan dengan mempersoalkan bukti rekaman pembicaraan antara Ketua DPR dengan Presiden Freeport. Rekaman itu dikaitkan dengan sah tidaknya penyadapan. Padahal sudah jelas itu rekaman bukan penyadapan.

Sementara itu, rakyat yang penasaran menuntut supaya kasus Setya Novanto diusut secara proporsional. Aneh memang rasanya, ketika pokok persoalan dikaburkan oleh hal-hal remeh. Esensi dari pengaduan Sudirman Said ke MKD sesungguhnya, soal pelanggaran etika. Bagaimana seorang pimpinan wakil rakyat bertemu pimpinan perusahaan, kemudian lobi-lobi. Hal tersebut yang mestinya diperjelas kebenarannya. Bukti sudah jelas, dari rekaman pembicaraan. MKD seharusnya menanggapi secara gentle. Jika memang tidak ada pelanggaran, berikan alasan yang masuk akal. Jangan malah menjalankan proses yang membuat masyarakat mengeryitkan dahi. Menilai kalau isi Senayan sama saja.

Bila Setya Novanto terbukti salah, MKD pun harus terbuka ke masyarakat. Di zaman yang serba terbuka, tidak ada lagi hal yang ditutup-tutupi. Anggota DPR adalah representasi rakyat Indonesia. Mereka duduk di Senayan karena dipilih rakyat. Janganlah menjadi cemen. Rakyat Indonesia sudah cerdas. Tidak perlu lagi dibohongi dengan alibi-alibi konyol. MKD harus membuktikan mereka bertindak secara fair dan proporsional. Penuntasan dugaan papa minta saham ini akan menjaga marwah wakil rakyat. Dugaan pemburu rente di Senayan harus ditangkal.

Saturday 5 December 2015

Hiburan di Singapura Keren Abis



Melihat Kondisi Singapura Terkini (2)


STATUS negara kecil tidak membuat Singapura minder. Dengan sumber daya alam terbatas, negara ini gila-gilaan mengembangkan diri. Pembangunan besar-besaran dimulai di tahun 1980 an. Salah satu pembangunan yang mencolok adalah destinasi wisata. Fasilitas pariwisata dibangun tidak hanya menyenangkan warganya. Destinasi baru dibangun sekaligus untuk menjaring pemasukan. Nilai investasi pariwisata mencapai puluhan juta SGD (dollar Singapura). Langkah Singapura ini membuatnya layak untuk dikunjungi wisatawan. Beberapa lokasi menarik yang dikunjungi disana diantaranya Gardens by the Bay. Terletak di sebelah Marina Reservoir, Gardens by the Bay menawarkan pemandangan pantai yang luar biasa. Destinasi holtikulturanya luar biasa.
Tour guide yang mendampingi wartawan Harbans Kaur mengatakan, luas mencapai  101 hektare. Lahan reklamasi, tanahnya dibeli dari Indonesia. Terdiri dari dua area utama - Bay South Garden dan Bay East Garden, Cloud Forest.
"Dengan taman-taman di dalamnya, gunung setinggi 35 meter diselimuti kabut dan tanaman yang rimbun mengelilingi air terjun dalam ruangan tertinggi di dunia," terang Harbans.
Ya, di dalam bangunan ini, tanamannya bukan hanya khas daerah tropis. Mereka yang datang bisa melihat tanaman khas Afrika, Amerika, maupun Australia. Pengunjungnya cukup padat. Banyak yang kagum dan menjadikan pohon-pohon langka untuj berfoto. Air terjun buatan di dalamnya membuat kebun ini sejuk. Untuk masuk pengunjung harus membayar tiket 28 SGD (Rp 9.700 per dollar).
Lokasi lain yang juga spektakuler disana adalah Universal Studios Singapore (USS) yang dibuka pada Januari 2010, merupakan wahana bermain Universal Studios yang pertama kali dibuka di wilayah Asia Tenggara, dan merupakan yang kedua di wilayah Asia setelah Universal Studios Jepang. Taman bermain bertema film-film terkenal Hollywood produksi Universal Studios ini berlokasi di Pulau Sentosa. Beberapa wahana yang telah dibuka, al.The Lost World, Far and Away, New York, Sci-Fi City, Hollywood Boulevard, Madagascar, Ancient Egypt dan masih banyak lagi. Untuk masuk kesana tiketnya 78 SGD. masyarakat bisa bermain sepuasnya di dalam. Harbans menjelaskan, USS menjadi lokasi kunjungan wajib para turis. Belum ke Singapura jika belum masuk. Dan benar, saat datang di hari libur di USS begitu padat.
Di sekitar USS juga ada Kasino di Resort World Sentosa. Kawasan judi yang disebut-sebut mirip Macau, Hongkong. Begitu masuk di dalam, suasanya mirip dengan kasino yang terpampang di televisi. Tidak hanya kaum adam, banyak juga kaum hawa yang asik bermain. Malah ada kakek dan nenek yang terlihat serius. Sayang, di dalamnya sangat ketat, tidak boleh mengambil gambar. Bahkan ada satu wartawan yang tidak bisa masuk karena lupa membawa paspor.
Untuk malam hari, masih di kawasan Pulau Sentosa juga menawarkan hiburan menarik. Dikenal dengan Wings of time. Pertunjukan di tepi laut itu menampilkan tarian air. Untuk masuk harus membayar 18 SGD.
Harbans bercerita, semua destinasi wisata buatan itu ramai saat akhir pekan. Lokasi yang dijadikan sebagai tempat melepas lelah. Warga Singapura memang dituntut bekerja keras. Pendapatan rata-rata sekitar 2 ribu SGD. Mereka kerja pagi sampai malam demi uang. Sampai banyak yang melajang tak kunjung menikah karena mengejar karir.
"Kalau tidak kerja keras disini, tidak bisa hidup," ucapnya.
Menjadi penduduk Singapura memang seperti dicambuk. Tekanan kerja tinggi. Aturan tenaga kerja ketat. Tidak ada istilah protes atau demo. Makanya Harbans menyebut lokasi hiburan benar dimanfaatkan melepas kepenatan. Pemerintahnya pun gila-gilaan untuk menyenangkan warganya. Gajinya dipaksa dipotong pemerintah, uang ini disimpan pemerintah bisa diambil setelah pensiun. Pemerintah tidak mau dibebani warganya. Kebanyakan bekerja dobel. Warga Singapura 80 persen tinggal di rumah susun. 

Soal etos kerja tinggi, dibenarkan oleh Dr Roil Bilad. Warga asli Lombok yang sekarang menjadi dosen disana menyebut, biaya hidup di Singapura tinggi. Sebulan untuk tinggal saja butuh 600 SGD. Untuk makan dan transortasi sehari bisa butuh 8 SGD, kalau masih lajang. Jika berkeluarga lebih mahal lagi.
"Memang untuk tempat hiburan mahal-mahal. Tapi ada juga gratisan, karena banyak dibangun ruang terbuka publik," katanya.
Roil sendiri tidak mengelak kalau warganya berlomba-lomba memburu uang. Tidak perlu memikirkan kendaraan pribadi. Sebagian besar pendapatan habis untuk konsumtif. Khusus untuk kendaraan pribadi, untuj motor harus membayar "pajak" atau deposit uang 7 ribu SGD. Sementara mobil sampai 70 ribu SGD. Tidak semua orang tertarik membeli kendaraan pribadi.
"Ini negara yang memang butuh kerja keras," sambungnya.
 Untuk tempat hiburan sendiri tidak semuanya memang bayar. Ada turis yang hanya mengincar destinasi tertentu. Salah satunya Marina Bay ialah sebuah teluk dekat Central Area di daerah selatan Singapura dan berada di sebelah timur dari Downtown Core. Disini terdapat berbagai fasilitas dan infrastruktur yang inovatif seperti "terowongan infrastruktur terpadu" dibangun dan aktivitas luar biasa mengambil tempat untuk tampil. Di sekitar sana ada patung Merlion yang menjadi objek berfoto andalan.(bersambung)

Saturday 28 November 2015

Disiplin di Singapura Lahir dari Sanksi Tegas



Melihat Kondisi Singapura Terkini (1)


ROMBONGAN jurnalis peraih penghargaan dari Astra Motor mendapat hadiah tour ke Singapura. Rombongan ini menjejak kaki di Singapura, Sabtu (28/11). Begitu tiba di Changi International Airport sekitar pukul 10.15 waktu setempat, para wartawan langsung memelototi kondisi bandara. Rombongan wartawan asal Indonesia dibuat kagum dengan kebersihan bandara. 
Kondisinya nyaman dan bersih. Kondisi yang jelas membuat penumpang yang datang nyaman. Layak bila bandara milik Singapura ini dinobatkan sebagai salah satu bandara terbaik di dunia.
Rombongan wartawan yang dipandu oleh tour guide bernama Harbans Kaur. Begitu bus yang ditumpangi melaju meninggalkan bandara, rombongan ini sudah dibuat heran dengan kondisi negara berlambang Merlion ini. Meski luasnya hanya 721 kilometer persegi, tidak terlihat ada kemacetan. Padahal jalan yang dimiliki tidak terlalu lebar. Untuk ukuran weekend di negara makmur seperti Singapura, jalanannya longgar Sepanjang jalan mata dimanjakan pohon teduh. Taman bunga di tengah jalan membentang. Semuanya bersih dan rapi.
"Untuk taman dan pohon Singapura memang mengupayakan serius," kata Harbans.
Perempuan berkacamata ini membeberkan, lalu lintas di Singapura tidak terlalu padat karena lebih banyak menggunakan kendaraan umum. Ada tiga kendaraan umum yang kerap dihunakan. Taksi maksimal dengan penumpang empat orang. Bisa digunakan dini hari, tarifnya memang mahal. Untuk yang lebih murah masyarakat bisa memilih bus umum. Bus jalan mulai pukul 06.30 sampai 24.00. Naik bus dengan uang pas. Jarak jauh dekat, tarifnya jelas. Pilihan kendaraan terakhir adalah kereta api di bawah tanah. Memiliki rute yang jelas. Tarifnya juga tidak terlalu mahal.
"Ini yang membuat lalu lintas teratur," lanjutnya.
Meski kendaraan umum jadi urat nadi penghubung, bukan berarti kendaraan pribadi jarang terlihat. Kendaraan pribadi dengan harga selangit berseliweran. Ferrari dan Lambhorgini beberapa kali melintas. Tapi, mereka tidak selalu memakai kendaraan pribadi setiap hari. Kendaraan kelas premium yang tidak sembarangan orang bisa memilikinya.
Selain kendaraan, faktor lain yang membuat lalu lintas di Singapura bagus adalah kedisiplinan pejalan kaki. Mereka tidak boleh menyeberang sembarangan. Ada jalur zebra cross yang khusus dipakai menyeberang. Jika ada masyarakat melanggar, bisa kena denda.
"Disini tidak bisa sembarangan menyeberang jalan. Semua yang memakai kendaraan pribadi sangat menghargai waktu, kalau kita menyeberang sembarangan bisa ditabrak," beber Harpans.
Pemandangan ini tentu sulit dijumpai di Indonesia khususnya di Pulau Lombok. Untuk menyeberang jalan bisa dilakukan di semua jalur. Malah jembatan penyeberangan saja tidak dihiraukan. Punismant bagi para pelanggar ini cukup berat, sudah diatur di undang-undang Singapura. Bicara soal sanksi, Singapura memang negerinya hukuman.
Menurut Harbans, semua hal yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat memiliki rambu jelas. Itu salah satu sebab Singapura menjadi tertib. Imbasnya pun mengarah pada soal kebersihan. Mereka yang membuang sampah sembarangan bakal diancam denda. Sanksi itu yang membuat nyali masyarakatnya ciut. Jangankan membuang bungkus makanan, snack atau boto air mineral. Buang puntung rokok sembarangan saja bisa kena masalah. Seperti cerita seorang bule yang kena denda karena membuang puntung rokok sembarangan. Ceritanya, ada bule tinggal di apartemen, dia asik merokok dan membuang puntung dari atas apartemen. Bule tersebut cuek saja, ia tidak tahu closed curcuit televisi (CCTV) tersebar di berbagai titik. Akibatnya  si bule harus menerima denda cukup besar. Setelah dihitung ada 37 buah puntung dibuang sembarangan.
"Kena denda 2.000 Dollar Singapura," ucapnya.
Bila dihitung satu Dollar Singapura Rp 9.700, bisa dibayangkan berapa rupiah harus dikeluarkan. Harbans pun menyarankan rombongan kuli tinta Indonesia meniru gaya warga Singapura.  Kebanyakan warga Singapura menyimpan bungkus makanan sebelum membuangnya. Sekalipun itu bungkus permen. Mereka menghindari terkena denda berat. Tidak semua titik bisa menjumpai tong sampah.
Aturan seperti ini juga berlaku pada perokok. Di Singapura bukan surga bagi perokok. Mereka yang merokok sangat dibatasi. Hanya di lokasi tertentu bisa menghisap rokok. Bagi yang perokok berat, ini menjadi masalah besar. Harbans pun mewanti-wanti rombongan jurnalis supaya mengindahkannya. 
Apakah warga Singapura sendiri disiplin? Dikatakan Harbans, tidak semuanya memiliki disiplin tinggi. Ada saja yang curi-curi pelanggaran di jalan, buang sampah sembarangan, ataupun merokok. Namun, jumlah mereka tidak banyak. Mereka yang melanggar ini harus hati-hati karena CCTV terus mengintasi.
“Sebaiknya jangan melanggar lah, nanti repot,” ucap perempuan keturunan India ini.
Kedisiplinan yang lahir karena ada sanksi tegas ini membuat Singapura tertib. Sendi-sendi kehidupan diatur dengan jelas. Pemerintah sendiri tidak sekadar memberi sanksi-sanksi saja. Pemenuhan fasilitas dipikirkan serius. Ada zona yang ditata dengan baik. Seperti zona perokok ataupun penyeberangan. Sudut-sudut padat disiapkan tempat sampah. Para wisatawan yang berkunjung pun nyaman. Tidak hanya di darat, di air pun bersih tanpa sampah. Seperti di muara sungai sekitar monumen Merlion, tidak ada satupun sampah mengambang. Jika awalnya kedisiplinan karena tekanan, lama-kelamaan menjadi gaya hidup.


Cara memberi sanksi untuk kebersihan, sebenarnya diterapkan di sejumlah kawasan di Indonesia. Salah satunya adalah Surabaya. Untuk di jalur utama ibukota Jawa Timur cukup bersih. Mereka yang membuang sampah dijalan dikenai pasal tindak pidana ringan (tipiring). Sanksinya mulai dari disita KTP, denda uang, sampai di penjara. Saya membayangkan, Kota Mataram menerapkan pola tersebut. Perangkat dan aturan sudah ada, sayang sanksinya masih lemah.(bersambung)

Wednesday 25 November 2015

Jabatan hanya Titipan Pak!



PERGESERAN dalam birokrasi menjadi hal yang lumrah. Aturan pergeseran sudah diatur jelas dalam undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara (ASN). Di dalamnya jelas disebutkan, pergeseran jabatan bila sudah menduduki posisi yang sama selama lima tahun. Tujuannya jelas, supaya roda birokrasi tetap berjalan dengan baik. Munculah istilah pergeseran jabatan dalam birokrasi sebagai bentuk penyegaran. Maksudnya bisa jadi supaya segar pikirannya, supaya segar kinerjanya, dan segar segala-galanya.

Secara manusiawi, ada istilah titik jenuh. Dimana bila seseorang menduduki posisi yang sama dalam waktu lama, melaksanakan tugas yang sama, dan bekerja dengan lingkungan yang sama mengalami stagnasi. Apa yang dikerjakan yang begitu-begitu saja lah.
Dalam kerangka yang sama, posisi atau jabatan yang terlalu lama bisa memunculkan dampak yang buruk. Seperti munculnya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Ada kecenderungan untuk bekerja dengan kelompoknya saja. Ini kemudian yang melahirkan abuse of power atau penyalahgunaan wewenang. Ada upaya untuk memperkaya diri sendiri. Ego merasa paling benar pun muncul.
Padahal, roda birokasi berputar cukup dinamis. Dimana ada ASN yang waktunya naik golongan dan pangkat. Disaat itu pula berarti waktunya mereka naik eselon. Jika eselon yang diatasnya enggan bergeser, jelas saja roda itu tidak berputar. Itulah kenapa Badan Kepegawaian Daerah (BKD), dituntut serius untuk memantau perkembangan golongan dan pangkat ASN, tujuannya supaya bila waktunya naik, si ASN bisa segera naik.
Itulah kenapa dikatakan jabatan hanya titipan. Namanya titipan, ya sewaktu-waktu bisa diambil. Tidak perlu dipertahankan mati-matian atau diperjuangkan sampai berdarah. Toh, cepat atau lambat, hari ini atau besok, akhirnya kita tidak lagi menjadi “pejabat”. Tidak perlu dibuat jabatan itu sebagai hal yang spektakuler.
Lagi-lagi, publik boleh kritis, boleh menyoroti kegaduhan soal jabatan yang terjadi di semua daerah. Salah satu yang cukup panas beberapa waktu ini di Kota Mataram dan Provinsi NTB. Untuk di Kota Mataram mutasi eselon II dan pergantian sekretaris daerah (Sekda) menjadi begitu fenomenal karena sampai menyeret legislatif terus berkomentar. Sementara untuk di Provinsi NTB pergantian Sekda saja, tidak gaduh. Cukup smooth, karena sudah memasuki masa pensiun.
Kalau sadar jabatan titipan, meski tidak menjabat, hidup jalan terus. Pengabdian berjalan tiada henti. Posisi ASN bukanlah pada jabatan yang diemban, tapi kepada sejauh mana manfaat yang diberikan pada masyarakat. Jadi kalau hari ini, sudah tidak jadi kepala dinas dan sekda lagi, anggap titipannya waktunya diambil.(*)