URUSAN agama jangan sembarangan. Sebagai pedoman sumbernya adalah Alquran dan hadist. Bila sudah keluar dari keduanya, awas dibawa ke jalur sesat. Siapapun yang mengaku alim ulama, kyai, ataupun tuan guru sepanjang mengajak kepada kesesatan, segera tinggalkan.
Belum lama ini kita semua dibuat heboh dengan Gatot Brajamusti. Ia mengklaim diri sebagai ahli spiritual. Murid yang datang beragam. Termasuk kalangan selebritis. Namanya melambung karena menjadi guru artis. Belakangan citra buruk ditampilkan oleh Aa Gatot. Guru spiritual ini kedapatan pesta narkoba di Kota Mataram. Penangkapan ini mengungkap borok lainnya. Ternyata Aa Gatot kerap mengaku melawan jin di padepokannya.
Untuk memberi makan jin, Gatot memberi makan aspat. Belakangan makanan jin ini diketahui adalah narkoba. Di kediaman Gatot diamankan senjata api ilegal dengan ratusan amunisi. Serangkaian ulah negatif itu makin memalukan dengan kasus asusila. Gatot disebut kerap berbuat mesum dengan muridnya. Dalihnya itu perbuatan jin.
Belum selesai kasus Aa Gatot, menyusul lagi kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Pria yang mengklaim diri sebagai tokoh agama dari Probolinggo. Beritanya tidak kalah ramai. Penangkapan Dimas Kanjeng sampai melibatkan 1.400 lebih polisi. Dimas Kanjeng memiliki santri puluhan ribu. Pengikutnya pun mati-matian menjaganya. Dimas Kanjeng dikenal karena kemampuannya menggandakan uang. Orang berbondong-bondong datang ke padepokan untuk mendapatkan banyak uang.
Nyatanya Dimas Kanjeng hanya pembual belaka. Kedoknya diketahui santrinya. Untuk menghilangkan jejak, ia pun membunuh santrinya. Hal itu yang membuat aparat bertindak.
Kesamaan antara Gatot dan Dimas Kanjeng adalah kemampuannya memanipulasi diri. Ahli spiritual hanya kedok semata. Ritual keagamaan seperti pengajian, zikir, istighotsah, dan masih banyak lagi sebagai pembungkus. Ritual itu untuk meyakinkan orang bahwa apa yang diajarkan adalah baik.
Padahal bila jeli, dengan mudah kedok itu bisa diketahui. Hal-hal negatif seperti permainan Gatot dengan jin atau penggandaan uang Dimas Kanjeng tidak pernah diajarkan dalam agama. Manusia tentu saja, urusannya dengan sesama manusia. Menata hubungan yang baik. Agama juga mengajarkan hidup butuh kerja keras. Ingin mendapat uang banyak, tentu bekerja dengan giat. Tidak ada istilah penggandaan uang. Intinya jangan mudah ditipu ahli spiritual.