This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday 17 November 2015

Agama Jadi Komoditi Lagi



DUNIA guncang dengan aksi brutal di Paris, Prancis. Perhatian tercurah karena aksi pengeboman dan penembakan menewaskan ratusan orang. Terjadi tragedi kemanusiaan. Aksi tersebut dituding merupakan balasan atas meninggalnya tokoh ISIS, organisasi yang selalu dikait-kaitkan dengan islam. Kejadian di Paris memang memilukan. Tapi, menjadi tidak tepat saat kejadian tersebut dikait-kaitkan dengan agama.
Pemeritaan internasional yang beredar memang bikin begidik. Bagaimana dalam  satu negeri teror berlangsung beruntun. Amunisi yang digunakan mulai dari bom sampai senapan AK-47. Sasarannya tempat keramaian mulai kawasan sekitar stadion sampai gedung musik. Ini yang membuat jumlah korban jiwa baik yang meninggal maupun luka-luka cukup banyak.
Aksi teror selalu disematkan dengan islam. Bila ada kejadian yang merenggut nyawa, maka disebut islam tengah “berjihad”. Padahal islam tidak pernah mengajarkan kekerasan dengan jihad. Ada banyak kategori untuk berjihad. Jihad tidak bisa dimaknai dengan pikiran sendiri.
Kembali pada kejadian Paris, lagi-lagi dunia memberi sorotan terhadap islam. Pemberitaan internasional pun seolah membangun stigma, bahwa kekerasan adalah islam. Tragedi yang membuat semua negara mengutuknya. Informasi seolah digiling begitu hebat dan masif, dengan menyebut sebelum aksi pelaku teror sempat mengumandangkan takbir.  
Jika berkaca pada tragedi di Prancis, agama sedang menjadi komoditi internasional. Dibangun citra mereka yang beragama tidak selalu baik. Tentu saja, soal komoditi agama ini tidak hanya menyasar islam semata, namun semua agama. Isu soal agama dianggap sesuatu yang seksi.
Sesungguhnya tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan. Agama hadir untuk memberi kedamaian. Mereka yang beragama memiliki toleransi. Agama mengajarkan menjadi manusia welas asih. Dari agama pula yang membawa manusia dari kegelapan menuju sisi terang. Agama sendiri adalah kebaikan untuk semua pemeluknya.(*)

Mengejar Janji Presiden untuk NTB



PROGRAM-program yang dijanjikan oleh pusat bagi NTB, tidak terealisasi. Salah satunya janji Presiden Jokowi memberikan suntikan untuk Mandalika Rp 1,8  triliun. Tidak itu saja, sejumlah program strategis pun anggarannya gagal turun. Apa yang terjadi?
Kelemahan juru lobi NTB disebut sebagai salah satu penyebab. Program yang sudah dijanjikan pusat, tidak bisa turun begitu saja. Janji itu perlu dikawal. Janji itu harus ditagih. Bila tidak, janji hanya sebatas janji. Disaat daerah lain mendapat suntikan dana besar dari pusat, maka di NTB gigit jari.
Kegagalan ini sempat direspon oleh wakil rakyat NTB. Mereka menyebut, wakil NTB di pusat tidak memiliki gairah mengawal program untuk NTB. Wakil NTB pun dituding kurang memperhatikan daerahnya. Tentu saja, komen ini segera mendapat respon dari wakil rakyat NTB di pusat. Menurut mereka, salah bila dikatakan tidak mengawal program asal NTB. Justru sebagai wakil rakyat asal NTB, yang patut diperjuangkan adalah masyarakat NTB. Budaya saling menyalahkan terjadi di antara wakil rakyat. Wakil yang dipilih oleh rakyat itu bukannya mencari solusi, malah sibuk menyalahkan. Sudah tidak zamannya saling tunjuk.
Bila melihat wakil rakyat NTB di pusat, cukup memiliki peran besar. Sebut saja Prof Farouk Muhammad yang merupakan Wakil DPD RI, belum lagi nama H Rachmat Hidayat yang berasal dari partai penguasa yaitu PDI Perjuangan. Yang jelas, wakil rakyat dari NTB lainnya baik di DPD dan DPR RI, ukan kacangan. Mereka sudah lama terjun di dunia politik maupun pemerintahan. Sudah hafal, seperti apa cara pusat supaya bisa menggelontorkan dana ke daerah.
Ketimbang debat kusir dan saling menyalahkan, wakil rakyat baik di provinsi maupun pusat, segera duduk bersama. Mencari solusi terbaik supaya program pusat bisa mengucur ke NTB. Karena dari program itu, ikut memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi NTB. Karena tidak menutup kemungkinan wakil rakyat di daerah, kurang aktif berkomunikasi. Banyak yang sibuk dengan urusan golongan atau kelompoknya. Lupa tugas awalnya.
Selain wakil rakyat, tentu pemerintah provinsi juga harus lebih tanggap. Harus lebih rajin untuk menunjukkan program ke pusat. Membeberkan persoalan yang masih terjadi di daerah. Percuma kalau hanya sekadar komplain dan protes di daerah. Pusat tidak mendengar jelas. Satu-satunya jalan supaya pusat mendengar dengan jelas adalah mengejarnya di Jakarta.(*) 
  

Saturday 7 November 2015

Gunung Lombok Mengguncang Dunia



Selama beberapa hari terakhir di NTB, suasananya kurang nyaman. Keluar rumah harus menggunakan masker. Di jalan pengendara motor kurang leluasa, debu terus menerpa mata. Itulah kondisi setelah anak Gunung Rinjani atau yang dikenal dengan sebutan Gunung Baru Jari mengerang.
Letupan terakhir Gunung Baru Jari sempat membumbung hingga 2.500 meter. Letupan itu membawa material ke angkasa. Meski hujan membasahi Pulau Lombok, tidak serta-merta menghilangkan semua debu vulkanik. Terakhir Gunung Baru Jari membuat heboh terjadi 1994 silam.
Gunung Rinjani sendiri dahulu pernah mengguncang dunia. Letusannya hingga membuat dunia heboh. Dalam literatur dunia pun dibeberkan letusannya membuat perubahan musim. Bahkan letusan gunung itu disebut salah satu yang terbesar sepanjang masa.
Kini, anaknya pun mengguncang dunia. Bukan pada besar letusannya. Material yang “ditembakkan” oleh Gunung Baru Jari sudah membuat penerbangan ke Lombok lumpuh. Beberapa hari terakhir penerbangan menuju pulau seribu masjid terhenti sementara. Ada ribuan penumpang terlantar. Bukan hanya penerbangan domestik, penerbangan mancanegara pun terhenti. Abu vulkanik gunung merapi memang tidak bisa disepelekan. Tidak hanya mengganggu kesehatan manusia. Dampak abu vulkanik ini pun menganggu penerbangan. Tidak ingin mengambil resiko, otoritas penerbangan meminta tidak pergi dahulu ke Lombok.
Dari citra satelit terakhir, debu vulkanik Gunung Baru Jari menyebar hingga ke Bali dan NTT. Meski hujan sudah mengguyur, diperkirakan debu masih tetap di udara hingga beberapa hari ke depan. Tentu masyarakat yang keluar rumah, sementara harus rajin memakai masker.
Letusan Gunung Baru Jari sendiri memang tidak seheboh seperti beberapa gunung berapi di Pulau Jawa atau di Indonesia pada umumnya. Letusannya disertai dengan gempa tremor cukup dahsyat. Letusan Gunung Baru Jari lebih bersahabat. Letusannya tidak sampai membuat masyarakat terdekat seperti Lombok Timur dan Lombok Utara harus mengungsi. Masyarakat sekitar gunung masih bisa beraktivitas normal. Meski sementara para porter dilarang mengantar tamu hingga danau segara anak.
Gejala alam yang terjadi pada gunung berapi memang tidak bisa dilawan. Apa yang tengah dterjadi pada Gunung Baru Jari menunjukkan, bila alam sudah menegur manusia tidak bisa melawannya. Meski membawa petaka bagi daerah, letusan gunung berapi tetap harus disyukuri. Pasalnya, abu vulkanik dan material dari perut bumi yang dilepaskan, bisa membawa kesuburan untuk daerah sekitar.(*)

Friday 6 November 2015

Kasta Pendidikan Gaya Baru?

Masyarakat tentu belum lupa tentang standar-standar sekolah. Salah satu yang menjadi perbincangan adalah rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Belakangan RSBI dihapuskan oleh pemerintah, setelah ada judicial review di Mahkamah Konstitusi (MK).
Ya, bagi yang punya anak di sekolah umum dan RSBI, tentu tahu bedanya. Sekolah umum, dianggap sebagai sekolah yang biasa-biasa. Meski ada siswa paling pintar di sekolah itu, dianggap tidak terlalu spesial. Beda dengan di RSBI, begitu ada siswa berprestasi maka gaungnya begitu besar. Sekolah RSBI memang erat kaitannya dengan sekolah elit. Kenapa dibilang sekolah elit? Kebanyakan yang bisa masuk disana anak orang mampu. Kalaupun ada siswa miskin hanya segelintir. Itupun mereka masuk karena pintar dan ada beasiswa.
Kehadiran RSBI dan non RSBI, diistilahkan memunculkan kasta pendidikan. Tentu saja, RSBI berada di kasta tertinggi. Kasta ini pula yang membuat ada salah orientasi berpikir. Ada kecenderungan siswa-siswa asal RSBI berlaku superior dan merasa paling hebat. Padahal bila diadu secara intelektual, banyak juga anak-anak RSBI yang “biasa” saja. Sudah tepat, bila kemudian keberadaan RSBI kemudian ditiadakan.
Sekarang muncul lagi istilah sekolah percontohan. Disebutkan, sekolah itu disebut sekolah model. Nantinya di setiap kabupaten/kota bakal memiliki sekolah model semua jenjang, dari SD-SMA. Sampai saat ini memang belum dijelaskan detail seperti apa konsep sekolah model. Namun, tersirat di dalamnya, sekolah model ini juga bakal menjadi sekolah percontohan. Tidak sembarangan sekolah dipilih. Seleksi menjadi sekolah model cukup ketat. Selain mutu pendidikan, guru di sekolah, input sekolah bakal diperhatikan.
Dalam pengajaran di sekolah, tidak lagi mengandalkan pola konvensional. Bukan lagi guru menerangkan siswa mendengar. Ada istilah kelas digital, siswa pun ikut terlibat mencari tahu setiap pelajaran yang diterima. Konsep sekolah model menekankan supaya siswa lebih aktif dan kreatif. Sekolah model ini kemudian diharapkan menjadi contoh bagi sekolah lain. Sekolah tersebut ikut membina sekolah yang masih kurang optimal dalam pendidikan.

Jika melihat konsep awal yang diinginkan oleh pemerintah pusat ini, sebenarnya tidak jauh berbeda ketika dahulu RSBI dicetuskan. Sampai pusat secara khusus memberi anggaran untuk sekolah berstandar internasional. Harapan pemerintah, supaya sekolah itu menularkan pada sekolah lain, kemudian melahirkan output siswa yang luar biasa. Sayang, dalam praktiknya RSBI malah menjelma menjadi sekolah di puncak gunung es. Sulit dijangkau dan sukses sendirian. Semoga saja, hajat sekolah model tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Tidak lagi menghadirkan kasta pendidikan gaya baru.(*)

Thursday 5 November 2015

Suarakan Keterbukaan Publik Lebih Kencang

KETERBUKAAN publik di Indonesia masih susah. Banyak pihak mulai pemerintah daerah, instansi vertikal, instansi pemerintah di daerah belum terbiasa untuk terbuka. Mereka yang anti untuk terbuka tentu mengundang tanya. Ada apa gerangan?
Soal keterbukaan, sebenarnya sudah diatur undang-undang Nomor 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya memberikan kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi tertentu.
Tujuan keterbukaan informasi publik, menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan. Mengetahui alasan kebijakan publik yang memengaruhi hajat hidup orang banyak. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan/atau. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
Saat ini di NTB sedang mencari komisioner Komisi Informasi baru. Peran dari para komisioner untuk mensosialisasikan keterbukaan informasi publik cukup tinggi. Komisioner baru harus lebih kencang mendorong keterbukaan. Karena masih banyak instansi publik yang ragu membuka diri data maupun informasi. Padahal, lembaga ini dituntut untuk terbuka.
Memang ada pengecualian terhadap keterbukaan informasi publik. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat menghambat proses penegakan hukum, informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat, informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara. Dan masih banyak lagi yang lain.

Bila diluar faktor yang dikecualikan tidak ada alasan lembaga menolak setiap informasi yang diminta oleh pemohon. Keterbukaan publik sejatinya mendorong kejujuran. Keterbukaan akan membuat lembaga menjadi akuntabel dan kridibel.  Jika ada lembaga yang tertutup, malah mengundang tanda tanya. Ngapain takut terbuka kalau benar?.(*) 

Baru Assessment Kok Gaduh?

MUTASI di Kota Mataram selalu memiliki cerita. Dibalik beragam cerita, kegaduhan selalu muncul. Sedikit berbeda yang terjadi di era penjabat Wali Kota Mataram Hj Putu Selly Andayani, belum juga mutasi terjadi kegaduhan sudah merebak. Padahal, dalam statemen kepada media massa, penjabat itu tidak pernah tersurat menyebut bakal ada mutasi. Kegaduhan mulai muncul saat proses assessment dilakukan. Ada pejabat yang tidak mau assessment dengan alasan tidak ada dalam aturan. Perlawanan salah satu pejabat ini pun membuat situasi makin gaduh. Ada memang yang malu-malu menolak assessment.
Dalam PP Nomor 49 Tahun 2008 tentang pemberhentian dan pengangkatan penjabat kepala daerah pada pasal 132A ayat 1 disebutkan dilarang untuk mutasi. Boleh mutasi bila mendapat persetujuan dari menteri Dalam Negeri.
Pertanyaannya kemudian, apakah assessment ini berarti bakal ada mutasi? Dalam undang-undang Aparatur Sipil Negara (ASN) Nomor 5 Tahun 2014 disebutkan, assessment itu sebagai pemetaan. Proses assessment tidak serta-merta berarti bakal ada mutasi. Lalu kenapa gaduh?
Kegaduhan yang terjadi dalam assessment tidak hanya dalam lingkup pemerintah. Legislatif pun ikut mencak-mencak. Sampai Ketua DPRD Kota Mataram H Didi Sumardi langsung mengundang para pakar dengan gelar profesor maupun doktor ke dewan meminta pandangan. Kok tumben?
Tidak salah sebenarnya pakar memberikan pandangan dan telaah, sesuai dengan norma undang-undang yang berlaku. Hanya saja, tidak biasanya di Kota Mataram belum mutasi saja gaduhnya sudah kemana-mana. Padahal dalam konteks yang lebih parah, pejabat maupun wakil rakyat memilih tutup mulut.
Sama-sama gaduh, namun koteksnya berbeda di Kota Mataram terjadi 4 Februari 2015. Saat itu Pemkot Mataram menggelar mutasi pada 138 orang. Dalam mutasi tersebut terjadi pelanggaran, dimana mengacu UU ASN untuk promosi eselon II harus melalui panitia seleksi (pansel). Sayang, ada pejabat yang langsung naik tanpa assessment. Akibatnya, ada dua pejabat di Kota Mataram yang “dipaksa” pensiun lebih cepat. Kegaduhan ini tidak kalah menyita perhatian. Komisi ASN pun sampai memanggil Sekda Kota Mataram HL Makmur Said ke Jakarta. Dalam suratnya disebutkan telah terjadi pelanggaran. Lalu kenapa banyak yang diam? Kenapa tidak mengundang para pakar memberi telaah? Padahal saat itu sudah jelas terjadi pelanggaran.
Publik berhak bertanya atas kondisi saat ini. Baru proses assessment yang belum pasti mutasi, kondisinya sudah dibuat seperti perang. Adu opini bermunculan. Seolah ada kubu yang pro dan kontra dalam mutasi.
Padahal bila berpikir jernih dan mau melihat aturan yang ada, soal assessment hingga proses mutasi jelas membatasi penjabat. Namun, batas itu runtuh manakala Mendagri memberi restu. Sebaliknya juga begitu, seandainya pusat tidak memberi lampu merah, maka mutasi tidak bakal terjadi.
Semoga birokrat dan wakil rakyat tidak kehilangan gairah sebenarnya, mengabdi untuk masyarakat. Jangan sampai pikiran dan tenaga tersita untuk segelintir golongan. Masih banyak masalah pelik di Kota Mataram yang harus dituntaskan. Bukan hanya melulu soal jabatan dan kedudukan.(*)





Friday 30 October 2015

Gaya Entertainer Dunia Olahraga



SEJAK balapan di Sirkuit Sepang, nama MotoGP kian melejit. Tidak hanya serunya siapa jawara di kelas premier MotoGP. Keseruan justru muncul karena Valentino Rossi calon jawara membuat Marquez tersungkur di Sepang, Malaysia. Rossi yang sedang bersaing dengan Lorenzo menjadi juara Moto GP 2015, akhirnya ke pinalti tiga poin. Ini membuat The Doctor (julukan Rossi) bakal memulai start paling belakang di MotoGP Valencia. Seri pemungkas yang sangat menentukan siapa jawara MotoGP 2014/2015.
Selepas balapan di Sepang, keseruan MotoGP tidak lagi berkutat soal Lorenzo dan Rossi yang bakal menjadi juara. Perhatian publik justru mengarah soal tindakan Rossi menjatuhkan Marquez. Rossi dinilai tidak sportif. Marquez dituding membantu Lorenzo menjadi juara MotoGP. Tidak hanya di level pendukung. Saling dukung pun muncul dari negara masing-masing. Perdana Menteri Italia dan Spanyol sama-sama memberikan dukungan untuk pembalap mereka. Tentu mereka juga membela apa yang sudah dilakukan oleh pembalap dari negeri pizza dan negeri matador. Benar menurut versi mereka.
Adu persepsi ini bahkan membentuk dua kubu. Kubu Rossi dan kubu Marquez. The Doctor yang lebih senior di MotoGP mendapat dukungan begitu banyak. Para pendukungnya rata-rata menyebut, Marquez berkomplot membantu Lorenzo. Alasannya, dua pembalap ini sama-sama asal Spanyol. Masuk akal. Memang Rossi dikepung oleh rider Spanyol saat meraih peringkat tiga di Sepang. Sementara kubu Marquez menilai Rossi tidak pantas melakukan hal tersebut. Bahkan mereka menganggap, Rossi pantas diganjar hukuman lebih berat karena membuat Marquez jatuh.

Yang pasti, MotoGP 2015 menjadi kian seru karena perdebatan ini. Setelah sebelumnya disebut tiket di Sepang terjual habis. Giliran tiket di seri terakhir Valencia sold out sejak sepuluh hari jelang balapan. Banyak pihak yang kemudian mengaitkan ini sebagai strategi pemasaran. Perang urat saraf dalam dunia MotoGP sebenarnya pernah tersaji ketika Rossi baru menjajal kelas premier. Saat itu ia bersaing dengan senior satu negaranya Max Biaggi. Perseteruan mereka di lintasan juga terbawa sampai luar. Tidak saling tegur dan kadang saling sindir. Tapi, itu yang bikin MotoGP saat itu menarik ditonton. Lihat bagaimana dengan Marquez yang menjadi juara dunia 2013/2014, masih tersisa lima seri juaranya sudah kelihatan. Penonton bosan.
Dalam dunia olahraga entertainer ikut mengatrol pendapatan. Tidak mengherankan kalau kejadian Rossi versus Marquez mengingatkan final piala dunia 2006. Saat itu Zidane dengan sengaja menanduk Materazzai. Zidane kena kartu merah dan Prancis tersungkur di final. Kejadian itu justru lebih dikenang. Membuat pamor piala dunia 2006 lebih diingat. Malah kalau tidak ada kejadian itu, belum tentu Italia akan juara dunia.
Sebagai penonton kita bebas mengomentari dan memberi pendapat. Patut dicatat, jangan terpancing emosi berlebihan. Ini hiburan dan bagian dari dunia olahraga menarik penonton. Dunia olahraga kadang tidak melulu soal sportivitas, semangat, dan loyalitas. Infotainment juga asyik.(*)