Tuesday 4 October 2016

Jurnalis Berhutang Pada Teknologi Komunikasi


Pernah mengetahui pola kerja dunia media cetak tahun 1990? Saya memang tidak mengalami langsung. Tapi, saat terjun ke dunia jurnalis saya mendapatkan cerita soal cara kerja wartawan media cetak 20 tahun silam. Dari cerita senior wartawan kepada saya saat tahun pertama di tahun 2010 cukup menggambarkan kerja keras menyajikan informasi kepada khalayak. Di tahun 90-an, wartawan yang meliput harus membuat berita dengan tulisan tangan. Kemudian berita itu dibawa ke kantor. Proses selanjutnya dengan cara manual, menata huruf demi huruf. Baru kemudian naik cetak. Sementara untuk wartawan dari luar kota, berita hasil tulisan tangan dititip ke sopir kendaraan umum menuju kota. 

Handphone menjadi penyampai informasi yang cepat
Perjuangan membuat hasil liputan diterbitan lewat koran cukup panjang. Jadi tidak usah heran, kadang berita yang muncul berselang sehari setelah kejadian. Zaman itu memang sudah ada telepon rumah. Namun, tidak semua wilayah di Pulau Lombok memiliki telepon. Informasi peristiwa atau kejadian pun lambat. 
“Pokoknya sekarang sudah enak sekali. Yang penting aktifkan handphone,” kata senior wartawan pada saya kala itu. 
Memang yang disampaikan tidak berlebihan. Saat tahun pertama menjadi wartawan, saya sangat terbantu dengan handphone. Tiap ada peristiwa penting, handphone langsung berdering. Entah itu pesan singkat atau telepon. Ada banyak kejadian yang terbantu dengan adanya teknologi. Beberapa diantara yang saya anggap kritis adalah ketika kebakaran melanda pusat pertokoan di Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram pada 24 Desember 2011. Kebakaran terjadi pukul 23.30 Wita. Begitu ada laporan masyarakat, saya ke lokasi, mengambil gambar, dan wawancara. Deadline berita pukul 00.30 Wita. Waktu sangat terbatas. Beruntunglah adanya kemudahan teknologi dan informasi. Dengan handphone Nokia C6, saya bisa mengirimkan foto dan hasil liputan di lapangan. Tidak itu saja, berkah dari kemudahan teknologi dan informasi itu terasa saat kebakaran asrama mahasiswa di Kota Mataram di pertengahan 2011. Kejadiannya dini hari sekitar 02.30 Wita. Mengetahui kejadian berkat pesan singkat ke handphone. Begitu tiba di lokasi, sudah ada pemadam kebakaran dan polisi. Bagi seorang jurnalis, peristiwa dan gambar kejadian cukup penting. Keberadaan handphone membuat informasi diterima lebih cepat. Masih banyak lagi informasi yang terbantu dengan adanya handphone. Tugas sebagai jurnalis lebih terbantu.  



Informasi dalam Genggaman 

Dunia jurnalis berhutang cukup besar pada dunia teknologi komunikasi. Setelah terbantu handphone dengan telepon dan mengirim pesan singkat, di 2012 muncul yang lebih canggih. Merasakan peran BlackBerry (BB) dan gadget berlayar lebar. BB memang sudah beberapa tahun sebelumnya hadir. Sayang, harganya masih belum terjangkau. Mulai 2012 BB dan gadget menjamur. Informasi di dunia media massa seolah tanpa batas. Apalgi dengan dukungn fitur yang canggih. Ditambah hasil foto lebih berkualitas. Mengetik berita tidak lagi perlu komputer atau laptop. Jika sebelumnya menunggu sore hari baru mulai mengetik, setelah ada BB dan gadget. Pekerjaan lebih taktis.


Dunia digital mulai memegang kendali informasi.
Kemajuan teknologi komunikasi membuat informasi dalam genggaman. Kejadian apapun di daerah bisa langsung update. Lebih keren lagi, isu nasional yang berkaitan dengan daerah langsung tersambung. Smartphone itu bisa dilengkapi fitur berita online. Kesempatan seorang jurnalis untuk memilah informasi dan mencari data semakin terbuka. Perangkat yang canggih tidak bisa dihindari. Smartphone yang bukan lagi barang mewah, membuat gadget mudah dimiliki. Perangkat digital ini pun langsung diakses pada media sosial (medsos) seperti Facebook, Twitter, Instagram dan masih banyak lagi. Bagi saya yang bergelut dengan dunia media massa, jelas menguntungkan. Masyarakat era digital menghabiskan waktu untuk bersosialisasi di medsos. Entah untuk bekerja atau iseng belaka. Sisi positifnya banyak peristiwa dituangkan ke dunia online. Malah beberapa kali masyarakat langsung berinteraksi dengan saya di medsos. Mengabarkan setiap peristiwa, mulai dari human interest, kejahatan, bencana, sampai prestasi manusia yang mengundang informasi. 


Media sosial pun menjadi bagian keseharian masyarakat digital
Tentu saja, semua informasi yang beredar di dunia online tidak bisa ditelan mentah-mentah. Tugas jurnalis mengolah dan memastikan validitas data. Konfirmasi pada nara sumber terkait pun dilakukan. Meski teknologi komunikasi telah maju, masih banyak masyarakat yang belum melek teknologi. Khusus mereka yang menjadi pembaca media cetak, harus diberikan berita terbaik. Tetap saya mengakui, jurnalis berhutang besar pada kemajuan teknologi komunikasi.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment