Tuesday 4 October 2016

Dunia Digital Bukan untuk Update Status Aja

Dunia digital maju pesat. Tidak seperti 20 tahun lalu, akses digital terbatas. Akses yang dipakai pun perangkatnya gede minta ampun. Aksesnya pun leletnya minta ampun. Susah sekali. Dibarengi akses komunikasi pun terbatas. Saat itu pager paling hits. Ada handphone, tapi terbatas. Besarnya pun minta ampun.  Siapa sangka kalau sekarang dunia berkembang sepesat ini. Dunia sanggup dijangkau dengan perangkat sebesar telapak tangan atau yang disebut smartphone. Ditambah lagi gadget canggih yang mulai menggeser komputer. Dunia digital maju lebih cepat yang tertinggal akan gagap teknologi.
Para orang tua atau generasi X, geleng-geleng dengan kemajuan ini. Pernah melihat balita yang sudah pintar memainkan tablet. Entah sedang nonton youtube atau bermain game, yang jelas anak sekarang dari bayi sudah kenal teknologi. Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah era digital yang canggih ini membuat kita untung atau rugi? Kalau untung yang dimaksud kemudahan informasi dan kecepatan akses, itu sebagian kecil saja. Ada untung yang lebih besar lagi. Mana kala era digital dimanfaatkan dengan jenius, tidak sekadar akses yang mudah. Dunia digital jadi ladang menghasilkan rupiah. Dengan otak encer uang bisa mengalir begitu deras. Lihat saja Nadim Makarim pendiri Go-jek di dalam negeri. Tidak hanya untung untuk dirinya saja, hadirnya aplikasi itu membuatnya bisa membuka lapangan kerja untuk ratusan ribu orang. Baik melalui ojek motor atau mobilnya. Disebut-sebut perputaran uang para ojek saja menyentuh Rp 600 miliar setiap bulan. Mau yang lebih dahsyat lagi, tengok pendiri facebook. Media sosial dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia. Melebihi 100 juta pengguna di Indonesia. Kekayaannya Mark Zuckerberg karena facebook triliunan. Uang terus mengalir dari aplikasi yang dicetuskan. Belum lagi aplikasi lain seperti line, whatsapp, snapchat, dan aplikasi lainnya. Aplikasi yang seharian mengendalikan komunikasi kita. Nyaris setiap gadget wajib memiliki aplikasi ini. Situs jual beli seperti bukapalak.com tokopedia.com, jual-beli.com, traveloka.com, maupun jualio.com muncul silih berganti. Perangkat startup ini seolah mendompleng eksistensi era digital. Untuk jualan tidak lagi perlu buka toko. Cukup aktif memainkan gadget, para pelanggan tinggal pesan via online. Benar-benar semuanya dibuat mudah. Yang penting punya perangkat dan menyiapkan kuota internet. Semuanya akan mulus. Potensi era digital masih terbuka lebar. Modalnya cukup kreativitas dan terobosan. Harus diakui di Indonesia era digital masih banyak digunakan untuk senang-senang. Cari popularitas dan dikenal banyak orang. Curhat atau mellow di sosial media. Orang seperti Nadim Makarim memang tidak banyak. Lini digital belum dipandang sebagai peluang. Gaya konvensional masih digunakan. Ini jadi tantangan bersama, memandang era digital sebagai untung. Apalagi pengguna internet di Indonesia salah satu yang tertinggi di dunia.

0 10 komentar:

Post a Comment