This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday 2 January 2016

Mengurus Sampah Rumah Tangga

PERKEMBANGAN penduduk dalam suatu daerah wajib terjadi. Jumlahnya dari tahun ke tahun semakin banyak. Pertumbuhan penduduk akan membawa imbas dalam segala hal. Mulai dari kepadatan transportasi, kepadatan pemukiman, limbah industri, sampai sampah rumah tangga.

Untuk sampah rumah tangga, ini problem yang dihadapi hampir semua kota, baik kecil, berkembang, ataupun kota besar. Kita tentu menyaksikan, kehebohan yang terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu. Warga Bantar Gebang menutup akses sampah dari Jakarta. Truk sampah tidak mengangkut tiga hari saja, rupa Jakarta langsung kumuh. Sampah ribuan kubik berserakan di pinggir jalan. Baunya, sudah tidak usah ditanya lagi, setiap pengendara yang melintas pasti tutup hidung.

Hal serupa bisa saja terjadi di Kota Mataram, ibukota NTB ini masih berjibaku dengan sampah. Tata kelola sampahnya masih buruk. Sampah yang berserakan itu tidak melulu dari warga kota. Sejumlah warga dari kabupaten tetangga pun kerap membuang sampah di wilayah Kota Mataram. Karena memang dari sisi infrastruktur, di kota lebih memadai.

Pola angkut buang yang diberlakukan di Kota Mataram, tidak bisa terus dipertahankan. Masalahnya, armada yang dimiliki Dinas Kebersihan belum seimbang. Setiap tahun selalu ada pengadaan dump truk, namun saat itu juga truk lawas harus dikandangkan. Pola yang terjadi dalam penyiapan armada hanya tambal sulam.

Lalu apa terobosan masal yang bisa dilakukan? Sebenarnya terobosan sudah dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat. Program itu bernama lisan atau lingkungan dengan sampah nihil. Di awal program, memang terlihat mumpuni. Tidak perlu diteriaki, masyarakat bersama-sama menghalau sampah. Sampah plastik bisa menghasilkan rupiah. Sayangnya, pola ini tidak bisa bertahan lama. Penanganannya belum seimbang dari hulu sampai hilir. Sampah memang terkumpul. Sayang, uangnya mampet. Masyarakat berpikir pragmatis,"ngapain ngumpulin sampah plastik kalau tidak jadi uang,".

Ada terobosan menarik yang sebenarnya harus digali lagi untuk penanganan sampah. Ada orang Jepang yang sempat datang ke Kota Mataram mengajarkan mengelola sampah. Menariknya, pengelolaan dimulai dari rumah tangga. Dimulai dari sampah dapur. Memilah antara sampah organik dan anorganik. Jadi sampah organik dikumpulkan khusus dalam tong, kemudian diberi "kuman". Sampah sisa sayuran, sisa nasi, ataupun sisa lauk bisa bermanfaat. Melalui proses tersebut sampah organik itu bisa diubah menjadi pupuk. Setelah beberapa hari dan tidak lagi berbau, jadilah pupuk cair.

Sementara untuk sampah anorganik, ini sebenarnya tidak perlu repot. Kalau mau mengumpulkan, ada saja pemulung siap menampung. Tapi, sampah ini juga bisa dijadikan untuk pemanis di rumah. Untuk bekas botol, bisa dibuat pot tanaman. Sementara bungkus makanan, bisa dirangkai menjadi taplak meja atau tas.

Mendorong pengelolaan sampah rumah tangga dari masing-masing rumah diangao berat, karena mengambil jangkauan terluas. Pemerintah bisa mencoba dengan dimulai di satu RT. Setelah sukses, baru diagendakan lebih luas lagi menjadi tingkat RW, kelurahan, bahkan kecamatan. Tentu saja untuk upaya ini, harus ada langkah simultan dan pemberian reward. Bagaimana pemerintah, berani coba?.(*)


Friday 1 January 2016

2016 Penuh Harapan Besar

Pergantian tahun selalu jadi momen pengingat diri. Yap, biasa sambil mengingat hal apa yang sudah dilakukan atau yang baru sebatas cita-cita di tahun yang lama.
2016 ini, menurut saya sebagai tahun penuh harapan. Karena tahun ini saya sudah tidak lagi sendiri. Ada istri yang menemani. Jelas harapan besar selalu didengungkan untuk pasangan rumah tangga baru.
Pertanyaannya jelas, apa harapan saya? Harapan yang pertama adalah soal pendidikan, sejak tahun lalu saya memasang target bisa kuliah lagi, mengambil jurusan yang saya cintai master komunikasi. Saya sangat ingin mengembangkan kemampuan saya. Latar belakang pekerjaan berkaitan erat dengan jurusan saya nanti. Jelas, untuk menggapai harapan yang satu ini tidak mudah. Langkah awal, saya harus memulai dengan memperdalam bahasa Inggris. Karena untuk bisa sekolah lagi, toefl harus bagus. Kuliah nanti rencana mengandalkan beasiswa, jadi kudu hebat toeflnya.
Berikutnya, mulai mengembangkan diri untuk menjadi wirausaha. Apapun usahanya, yang jelas sampai sekarang saya belum ketemu "nyawa" yang pas. Tahun sebelumnya, belum berani usaha sendiri. Dompleng temen, kasih uang dan gak jelas kabar uangnya sampai sekarang. Lebih baik usaha sendiri, uangnya habis sendiri. Hehehe
Saya cukup ngotot untuk wirausaha. Karena ingin mengembangkan kemampuan. Ada waktu longgar dari pagi sampai sore. Kok rasanya sia-sia kalau tidak dimanfaatkan dengan baik. Cari pengalaman sekaligus dapat uang. Salah satu yang berpotensi untuk menjadi ladang amal dan ladang uang adalah rajin menulis di blog. Ya, banyak cerita sukses cerita blogger. Target sehari bisa nulis dua, lebih banyak lebih baik. Karena menulis di blog ini sekaligus sebagai warisan masa depan.
Harapan besar lainnya, semoga segera ada tangis anak kecil di keluarga baru. Supaya keluarga menjadi makin lengkap. Istri pun tak lagi sendiri. Harta tidak bisa mengganti tawa, tangis, dan keceriaan seorang anak kecil.
Harapan besar yang utama, semoga ibadah kepada Allah semakin baik. Itu tujuan utama dan paling hakiki dalam hidup. Bahagia luar biasa yang harus diwujudkan. Jangan lagi menyepelakan ibadah seperti tahun sebelumnnya. Amiiiin

Lalu apa lagi? Jelas, mengejar target terlepas di 2015. Mengembangkan diri dan kemampuan. 2015 ada capaian tidak terduga, saat saya menang lomba menulis Astra Motor. Sebagai Hadiah saya berangkat ke Singapura. Lumayan gratisaaan bisa keluar negeri. Ini capaian tanpa target. Semoga hal serupa terjadi di 2016.

Semoga Allah memudahkan semuanya. Yakin ada usaha, ada kuasa. Amiiin

2 JANUARI 2016

Tahun Baru, Tantangan Baru untuk NTB

TAHUN telah berganti. Januari 2016 sudah dimulai. Tahun lalu tinggal kenangan. Cerita baru harus dimulai di tahun yang baru ini. Di NTB sepanjang 2015 diwarnai berbagai pencapaian. Ada yang bagus, ada yang kurang bagus. Untuk yang bagus, NTB baru saja mendapar predikat lokasi pariwisata halal. Dua penghargaan diberikan oleh Dubai. Prestasi lain, pertumbuhan ekonomi NTB berada di rel. Cukup bagus. Tidak seperti banyak daerah yang merosot. Dari sisi dunia perdagangan, produk asal NTB seperti jagung dan sapi tetap dibutuhkan daerah lain. Itu artinya, peluang ekonomi masyarakat NTB terbuka lebar.

Tantangan bagi NTB di 2016 makin berat. NTB bakal menjadi tuan rumah hari pers nasional (HPN) maupun MTQ nasional. Acara berskala nasional yang tidak boleh digelar sembarangan. Sukses penyelenggaraan harus dilakukan oleh pemerintah provinsi. Termasuk sukses ekonomi dan sukses branding daerah. NTB termasuk provinsi yang kerap menggelar acara nasional. Terbukti sukses dan berjalan baik.

Tantangan lain di 2016 bagi NTB adalah memastikan janji Presiden Joko Widodo untuk pengembangan Mandalika Resort. Pusat menjanjikan Rp 1,8 triliun. Harapan pengembangan Mandalika Resort mulai mendapat angin, setelah beberapa waktu lalu Wakil Presiden Jusuf Kalla datang melihat kondisi terakhir.
Selain pembangunan, tantangan lain yang dihadapi NTB adalah soal pendidikan. Masih banyak anak putus sekolah. Perhatian pada pendidikan masih kurang. Masyarakat belum menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan. Ini tantangan yang harus dihadapi pemerintah, harus menyapu bersih kalangan tidak terdidik.
Untuk kalangan pendidik dan pelajar, tahun ini harus lebih baik. Jangan lagi seperti tahun lalu, Ujian Nasional (UN) diwarnai kecurangan. Padahal UN sudah tidak lagi menjadi penentu kelulusan. Mari mengarahkan pendidikan di NTB jujur dan berintegritas.

Soal ketenagakerjaan patut diperhatikan. NTB masih menjadi lumbung tenaga kerja kasar di luar negeri. Ini tidak boleh dibiarkan. Meski menyumbang remitansi besar bagi daerah, tenaga kerja yang dikirim harus memiliki kualifikasi tinggi. Ingat, tahun ini mulai diberlakukan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Persaingan dunia kerja antar negara makin kompetitif. Jika tidak memiliki kemampuan lebih, bakal tergerus tenaga kerja negara lain.

Selain di luar negeri, tenaga kerja dalam negeri juga harus diperhatikan. Investasi masuk ke NTB semakin menggeliat. Provinsi NTB pun dinobatkan sebagai salah satu destinasi wisata terbaik dunia. Tantangan bagi masyarakat, supata tidak menjadi penonton di daerah sendiri. Harus mengembangkan diri. Meningkatkan skill dan kemampuan bahasa. Dunia kerja tidak melulu memikirkan soal warga lokal. Skill mumpuni tetap menjadi pilihan.

Tantangan lain bagi NTB soal pariwisata. Tahun 2015 pariwisata digoncang kejahatan. Turis menjadi korban kejahatan. Pemerintah harus berbenah. Segera membangun sinergi dengan polisi dan TNI untuk mengantisipasi kejahatan pariwisata. NTB mendunia karena pariwisatanya. Jangan karena cap tidak aman dan banyak penjahat, kemudian para wisatawan kabur.

Tantangan-tantangan di tahun yang baru bukan rintangan. Tantangan ini menjadi target yang harus dibereskan. Kalaupun tidak bisa selesai total, setidaknya menjadi lebih baik.(*)

Artis Gunakan Fashion Lombok Lho

PILIHAN orang memulai usaha selalu berusaha menguasai daerah asalnya. Setelah sukses, berikutnya tentu ekspansi ke luar daerah. Kebiasaan tersebut diterobos oleh Owner Muma Apparel Ikhsan Dediansyah Putra. Fashion karyanya justru lebih dikenal diluar daerah dibanding di NTB, daerah asalnya.
“Muma Apparel ini asli Lombok. Bukan buatan Jakarta, soalnya ada yang mikir produk luar daerah,” katanya membuka pembicaraan.
Jika berkunjung ke Muma Store di depan Makam Karang Medain, Karang Bedil terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang terlalu istimewa. Tapi, jika mencermati lebih teliti lagi, ada logo-logo yang kerap wara-wiri di televisi. Ya, itu adalah logo Mahkota milik Muma Apparel. Kok bisa?.
Pria yang akrab disapa Ikhsan ini mengatakan, produknya memang kerap dipakai sejumlah bintang layar kaca seperti Ruben Onsu, Yama Carlos, Aziz Gagap, DJ Riri, dan sejumlah artis lainnya. Istilah yang dipakai, artis menjadi meng-endorse (promosi) produk Muma Apparel.
“Setiap acara, mereka kenakan produk saya. Itu mereka yang minta,” akunya.
Apa yang terjadi saat ini, lanjutnya, bukan dicapai sekejap mata. Prosesnya panjang. Ia menggeluti dunia clothing bermula karena suka. Hobinya sedari remaja memang mengikuti trend fashion. Saking cintanya, dengan modal nekat ia berani membuka usaha clothing 2006.
“Saat itu belum muncul nama Muma. Jualannya masih campur-campur, beli putus produk clothing,” bebernya.
Saat itu, lanjut ayah satu anak ini, belum ada pihak yang berminat untuk kongsi. Hingga 2007-2008 masih pola beli putus. Bandung menjadi sasarannya. Di kota berjuluk Paris Van Java itu banyak pengetahuan didapat. Melihat perkembangan, ia memutuskan 2008 belajar di Jakarta. Mencari konveksi hingga bahan fashion dengan kualitas terbaik.
“Di 2008 kebetulan di Lombok bisnis distro mulai menggeliat. Tapi, kebanyakan bernama bahasa Inggris,” aku Ikhsan.
Akhirnya, sambung Ikhsan, diputuskan memberi nama Muma yang dalam bahasa Dompu sendiri berarti bangsawan. Logo mahkota pun disematkan pada produk Muma. Produk awalnya tidak banyak, dimulai dari kaos. Apakah langsung sukses?
Karena berangkat dari hobi, diakui suami Rafika Nanda Suryani ini, bukan kesuksesan lebih dahulu diincar. Saat itu yang dipikirkan, fashion jalan dan operasional tertutupi. Modal awalnya kala itu Rp 10 juta.
“Masuk September 2009, mulai ada peminat,” ujarnya.
Diputuskan pada 2009 menyematkan nama apparel di belakang Muma. Pasalnya, produk yang dihasilkan tidak hanya kaos. Muma mulai memproduksi baju hem, dompet, topi, tas, dan sepatu. Keuntungan memulai belajar dari Jakarta dirasakan dalam update model.
“2010 produk Muma Apparel naik daun. Saya putuskan juga membuka store di Jakarta, awalnya hanya konveksinya saja,” terangnya.
Bersinarnya nama Muma Apparel di Ibukota Indonesia, lanjut Ikhsan, berpengaruh besar dalam pendapatan bulanan. Jika di 2009 omset antara Rp 12-20 juta, maka omsetnya sejak 2011 sudah tembus ratusan juta.
Diakuinya, keterlibatan artis dalam endorse produk memiliki dampak besar. Perkenalan dengan artis sendiri berawal dari manajer artis Aziz Gagap. Saat itu harus bayar belasan juta dan menyiapkan produk yang selalu dipakai oleh si artis. Langkah ini diakuinya cukup strategis untuk semakin mengenalkan Muma Apparel ke masyarakat. Puncaknya 2011, Ikhsan mengaku, tidak perlu lagi repot-repot menyiapkan budget supaya produknya dipromosikan artis.
“Mereka yang minta. dari sisi omset pun meningkat signifikan setelah sering dipakai artis,” bebernya.

Bukan bisnis namanya kalau tidak pernah mengalami jatuh bangun dan perjuangan penuh darah. Ikhsan mengingat, pernah datang ke store saat awal promosi Muma. Tidak langsung diterima. Manajer menyebut ada 12 produk yang masuk daftar tunggu. Karena belum nama Muma belum dikenal, orang pun ragu untuk menerima.
“Ada 22 toko yang saya ajak kerjasama,” akunya.
Disaat bisnis fashionnya tengah menanjak, Ikhsan pun kembali diuji. Tahun lalu salah satu storenya di Yogyakarta dibobol maling. Tidak tanggung-tanggung, kerugiannya mencapai ratusan juta. Sejatinya, bila tidak ada kejadian tersebut, Muma Apparel memiliki store di Jakarta, Kota, Balikpapan, dan Yogyakarta.
“Untuk di Yogyakarta sementara off dulu. Nanti sambil menunggu situasi lagi,” tukasnya.

Persaingan Membuat Karya Kompetitif

Bisnis clothing di NTB sekarang ini kian menggeliat. Tidak hanya karya lokal, produk luar daerah pun merangsek ke NTB. Kondisi tersebut dianggap oleh Owner Muma Apparel Ikhsan Dediansyah Putra sebagai masalah. Justru semakin banyaknya produk, itu membuat pilihan penggemar fashion makin beragam. Tentu saja, bagi para pemilik clothing lebih meningkatkan kemampuan dan kualitasnya.
“Pada dasarnya produk clothing ini memiliki pasar masing-masing,” katanya.

Ikhsan menyebut, sepanjang menjaga kualitas bahan, memperhatikan jahitan, dan menyesuaikan harga, konsumen tidak bakal berpaling ke lain hati. Persaingan jangan malah membuat kualitas produk turun. Penyebabnya tentu saja perang harga.
“Update model itu juga harus diperhatikan,” sambungnya.
Dalam hal busana, kata Ikhsan, masyarakat NTB mulai makin paham. Jika beberapa tahun sebelumnya fashion booming diluar lama, baru kemudian menyusul di NTB. Sekarang ini kondisinya tidak terpaut jauh.
“Ya, sudah semakin mengerti. Makanya jadi tantangan juga bagi pemiliki store atau distro lokal,” ucapnya.
Usaha clothing, tambah pria kelahiran Dompu ini, sebagai bisnis kreatif. Perkembangan fashion berjalan begitu pesat. Bila tidak sanggup mengikuti, maka akan ditinggalkan konsumennya.(*)

Tuesday 29 December 2015

Rasa Underground Lombok

Clothing Produk Lombok (2)



JALAN Selandir tepat di belakang Supermarket Ruby ada outlet bertuliskan Lombok Hardcore. Ini salah satu distro legendaris di Mataram. Sering jadi perbincangan anak-anak muda. Khususnya penggemar musik. Menjejakkan kaki di distro langsung disambut deretan pakaian. Tidak hanya kaos dan celana. Di lemari berjejer topi, tas, dan sandal.
Meski hardcore selalu dikaitkan dengan anak band, tidak berarti peminat Lombok Hargcore hanya anak band. Yang pasti distro selalu identik dengan limited edition, desain sendiri, dan karya lokal.
“Sasarannya memang penghobi musik. Sekarang konsumennya lebih umum anak muda sih,” kata karyawan Lombok Hardcore Oni.
Melihat desain pakaian, khususnya kaos desain sendiri Lombok Hardcore kelihatan garang. Tampilan hitam dengan gambar cowok banget mendominasi. Clothing Lombok Hardcore ini pertama muncul 1999.
“Belum banyak distro-distro saat itu,” sambungnya.
 Meski kelihatan mahal, kata Oni, sesungguhnya harga produk lokal ini bersahabat di kantong anak muda. Untuk kaos dibandrol dari Rp 80 ribu, celana Rp 155 ribu, tas Rp 100 ribu, topi Rp 80-90 ribu, dan sandal Rp 90 ribu.
“Tidak mahal-mahal menyesuaikan dengan harga anak muda,” ucapnya ramah.
Mengetahui cerita Lombok Hardcore kurang lengkap rasanya tanpa ngobrol dengan Ownernya Wayan Agus Dedy. Diceritakan, kehadiran Lombok Hardcore tidak bisa lepas dari musik underground terutama hardcore. Meski identik dengan hardcore, tidak lantas mengkotakkan diri. Sasaran utama tetap umum. Tidak memandang usia, tua, muda, dan anak-anak bebas memburunya.
“Ditanya kalangannya. Menengah ke bawah,” katanya.
Meski menyasar menengah ke bawah, lanjutnya, bukan berarti membuat produk Lombok Hardcore murahan. Harga pasar kualitasnya bukan pasaran. Itu dibuktika dengan desain orisinil dan bahan pakaian.
“Sejauh ini peminatnya lumayan,” akunya.
Pria yang akrab disapa Goes Dedy ini mengungkapkan, soal pasang surut jualan lumrah dalam jualan. Sampai sekarang terbukti Lombok Hardcore tetap eksis. Kesabaran menjadi kunci.
“Namanya juga jualan,” ucapnya tertawa.
Kesabaran  Dedy tidak sia-sia. Ditengah gempuran pakaian luar, Lombok Hardcore merambah hingga luar NTB. Pelanggannya sampai ke luar negeri. Disebutkan, konsumen dari Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, sampai Batam rajin update barang baru. Sementara dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Belanda, Inggris, Australia, dan Amerika Serikat tidak mau ketinggalan.
“Lumayan bisa luar daerah bahkan luar negeri,” tambahnya.
Jumlah distro di Mataram terus bertambah. Bagi Dedy, kemunculan distro baru bukan musuh atau saingan. Justru itu kebanggaan bagi Lombok.
“Bangga Lombok bisa maju karena kreatif anak muda, khususnya distro,” tukasnya.(*)

 

Tuesday 15 December 2015

Kerja Bersama untuk NTB

NUSA Tenggara Barat, provinsi dengan dua pulau besar, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Dahulu merupakan bagian dari sunda kecil. Provinsi yang mendapat anugrah alam luar biasa dari Sang Pencipta. Sepuluh kabupaten/kota di NTB memiliki potensi luar biasa. Mulai alamnya yang indah, tanahnya yang subur, sampai perut buminya yang menghasilkan tambang.
Besok usia NTB tepat 57 tahun. Mengusung jargon di hari jadi,"ayo kerja, NTB maju". Makna mendalam dalam jargon tersebut. Segala potensi memang bajal sia-sia tanpa upaya. Selamanya NTB akan begini saja, bila masyarakatnya tidak memiliki semangat kerja tinggi. Tentu saja bukan sekadar kerja biasa, tapi kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.
Menapak usia 57 tahun, NTB tidak bisa dikatakan mudah. Wajar, di usianya saat ini, banyak rencana besar yang harus diwujudkan. Mulai dari Lombok Utara, ada desain raksasa pembangunan pelabuhan internasional. Pelabuhan spektakuker dengan fasilitas mumpuni. Sementara di Lombok Tengah, sudah menanti kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika. Pembangunan besar yang diperkirakan menyaingi Nusa Dua di Bali. Di Lombok Timur ada balai latihan kerja internasional. Balai latihan yang disebut-sebut bisa menjadi pionir pembekalan tenaga kerja lokal di Indonesia. Sementara di Pulau Sumbawa ada Samota (Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Tambora), potensi eksotik yang bakal menjadi poros maritim. Samota yang berada dibawah "kuasa" tiga kabupaten, Sumbawa, Dompu, dan Bima bakal menyihir dunia. Julukannya pun sebagai akuarium raksasa.
Diluar rencana besar itu, yang jelas kabupaten/kota di NTB sangat seksi untuk dikembangkan. Di Lombok Barat, selain kawasan Senggigi, banyak gili-gili istimewa. Pesona pulaunya, pasirnya, dan bawah airnya tidak kalah dengan Gili Trawangan. Kota Mataram sendiri sebagai ibukota provinsi, sudah menjelma menjadi kawasan strategis investasi. Hotel dan pusat perbelanjaan terus merangsek. Jasa dan perdagangan memegang sumbangan tertinggi.
Namun, semua potensi yang dimiliki NTB tidak artinya sepanjang warganya hanya jadi penonton. Kenapa jadi penonton? karena tidak ada skill memadai. Prospek besar yang ada di kabupaten/kota tidak bisa dimanfaatkan. Akhirnya orang luar daerah dengan skill memadai, diberi kesempatan untuk bekerja. Apa ini salah?. Diluar penonton yang paling parah ada yang malah ngure (bikin onar), ini jelas yang repot. Bukannya ikut mendukung kemajuan daerah, mereka sibuk berkelahi. Masalah remeh-temeh jadi perang antar kampung. Kalau bukan soal perang kampung, maka tindak kejahatan pada wisatawan terjadi. Mereka yang seharusnya ikut menjaga nama baik daerah, malah menjarah harta wisatawan. Investor menjadikan keamanan sebagai kartu AS sebelum menanamkan modal. Mereka tidak mau hanya membuang uang. Kalau kondisinya sudah begini, bagaimana membuat NTB maju.
Ayo kerja untuk NTB harus dimaknai kerja bersama. Kerja untuk NTB bukan hanya dilakukan pemerintah, polisi, TNI, ataupun LSM. Kerja bersama itu dilakukan oleh seluruh masyarakat NTB. Mereka yang merasa memiliki NTB. Mereka yang merasa NTB adalah rumahnya. Dan tentu saja, mereka yang lahir, besar, hidup, dan mencari makan di NTB. Ayo kerja, kerja bersama, dan NTB akan maju.(*)

Tuesday 8 December 2015

Kopi Lombok Berkualitas



Dikenal di luar saja untuk kopi Lombok rasanya tidak cukup. Sudah seharusnya seluruh masyarakat Lombok tahu betul tentang kualitas kopi lokal ini. Seringnya pertanyaan mengenai cita rasa kopi Lombok ditanyakan, mendorong Dody A Wibowo sejak 20 Agustus lalu membuka kafe di Jalan Sriwijaya 5D. Ia mengibaratkan Etnic Coffee ini sebagai kedai kopi lokal.
‘’Banyak yang ingin nyoba. Kepikiran juga akhirnya membuka kafe,’’ kata Dody.
Brand kafe yang diusung, kata Dody, meski juga menjual makanan dan minuman lain, tetap menonjolkan kopi Lombok. Rasanya kurang lengkap kalau kopi yang diproduksi dari petani lokal itu hanya dalam bentuk biji mentah ataupun bubuk. Ini juga bisa menjadi media promosi untuk penggemar kopi yang ingin mencoba rasa kopi lokal.
‘’Dibuktikan saja. Benar tidak rasanya memang enak,’’ ungkapnya.
Pemuda 27 tahun ini bercerita, seringkali mendapat cerita soal kopi yang masuk kafe harganya selalu mahal. Menurutnya, tidak semua kafe menjual kopi dengan harga tinggi. Bahan baku menjadi salah satu penyebab kopi yang masuk kafe harganya mahal. Karena semua proses dilalui sendiri, Etnic Coffee pun menawarkan harga yang terjangkau.
‘’Untuk bisa menghasilkan racikan kopi yang paten saya pun belajar tentang kopi. Ya, kalau bahasa kerennya jadi barista,’’ kelakarnya.
Dody mengaku, belajar secara otodidak untuk mengasilkan kopi yang berkualitas. Pertama tentu saja pemilihan biji kopi di tingkat petani, proses berikutnya memasak kopi atau biasa disebut roasting. Proses pematangan kopi ini tidak bisa sembarangan. Ia harus menjaga supaya kematangan kopi tepat, sehingga tidak merusak cita rasa kopi.
‘’Jempol tangan ini sampai melepuh seharian urus kopi terus,’’ ucapnya sembari menunjukkan jempol tangan yang memerah.
Anak pertama tiga bersaudara ini pun tidak mau setengah-setengah belajar meracik kopi yang bagus. Selain rajin sharing dengan pecinta kopi, ia pun kerap bertanya pada para ahli kopi. Racikan yang coba dikembangkan saat ini berkiblat ke Italia.
‘’Kiblat ke luar tapi cita rasa tetap lokal,’’ akunya.
Kopi Lombok, kata Dody, naik kelas begitu sudah masuk dapur. Ia pun mencontohkan cara membuat coffee latte, latar belakangnya itu espresso dicampur susu. Variasi bisa dicampur berbagai flavour (rasa) seperti vanilla, mocha, coconut, hazelnut, ataupun irish.
‘’Ini sekarang saya tunjukkan caranya,’’ ucapnya.
Di meja barista itu, Dody terlihat cekatan membuat coffee latte. Setelah kopi siap, ia pun mengambil susu murni yang dipanaskan. Kopi ini pun kemudian dicampur dengan susu. Satu cangkir kopi ini dibuatnya tidak sampai lima menit.
‘’Biar semakin lengkap saya hias dulu atasnya. Ini waktunya hias tidak sampai semenit,’’ katanya.
Dikatakan, pilihan lain ada black eye, espresso yang dicampur kopi seduh. Ada juga cappuccino yang merupakan perpaduan espresso campur susu dengan milk foam. Untuk lebih menggoda, ada espresso dengan campuran whipped cream yang diberi nama espresso con panna.
‘’Untuk yang ingin cita rasa aslinya juga bisa,’’ katanya.
Lajang kelahiran 15 Januari 1987 ini mengatakan, untuk cira rasa original kopi Lombok bisa diseduh biasa. Alat seduh manual untuk kopi hitam seperti siphon, coffee pot, Vietnam drip dan alat lainnya sudah dipersiapkan.
‘’Ya, mau rasa kopi asli tetap disiapkan,’’ imbuhnya.
Karena sedari awal mengangkat citra kopi lokal, kata Dody, inovasi kopi tidak boleh berhenti. sudah ada rencana untuk mengembangkan peaberry yang merupakan kopi lanang dengan campuran jahe. Bagi kaum adam kopi lanang ini dipercaya bisa meningkatkan vitalitas, apalagi ada tambahan jahe.
‘’Supaya laki-laki lebih strong,’’ ujarnya tertawa.
Dody sedikit mengisahkan tentang kopi lanang. Peaberry sebenarnya biji kopi yang cacat dalam pertumbuhannya. Bagi sebagian orang biji kopi ini sudah tidak dianggap.
‘’Dibalik itu ada khasiatnya,’’ ungkapnya.
Keberadaan Etnic Coffee diakui alumni SMAN 2 Mataram ini sekaligus menyongsong Asean Free Trade Area (AFTA) 2015. Perdagangan bebas Asia Tenggara tersebut akan membuat banyak produk luar Indonesia berjubel masuk ke Indonesia. Kopi Lombok yang barus dikenalkan secara luas bisa tenggelam oleh produk luar.
‘’Memang kita semua harus mempersiapkan diri,’’ tambahnya.
Dody mengatakan, kafe bercita rasa lokal ini memang harus banyak muncul di Lombok. Dengan perputaran kopi lokal yang semakin pesat, berimbas pada pendapatan dan kesejahteraan petani lokal. Sangat ironis ketika kopi luar justru lebih dikenal pecinta kopi asal Lombok.
‘’Ngopi bagi masyarakat Lombok kan tidak bisa dipisahkan dari keseharian,’’ ungkapnya.
Dody berangan-angan bisa menyajikan langsung kopi buatan tangannya ke Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi. Ia ingin membuktikan NTB begitu kaya potensi. Semua bergantung pada keinginan masyarakatnya untuk mencintai produk lokal.
‘’Ya, kalau ngopi dengan Pak Gubernur saya mau sekalian sampaikan kopi ini sudah mampir ke Chile menyusul ke Yordania. Ayo pemerintah NTB terus motivasi petani,’’ katanya.(*)