Sunday 20 September 2015

Kader Posyandu Super dari Mataram

Sumiati, Membantu Meski Serba Kekurangan

TIDAK memiliki banyak uang bukan berarti membuat kita tidak bisa berbuat lebih. Saat ini ekonomi di Indonesia sedang terpuruk. Harga kebutuhan pokok banyak melambung. Banyak orang menghemat uang. Ada cerita tentang warga yang meski ditengah keterbatasan, tetap berusaha berbuat untuk orang lain. Bukan dengan uang tapi tenaga. Sampai warga sekitar Penghulu Agung, Ampenan, Kota Mataram menjulukinya sebagai pahlawan kesehatan. Namanya, Sumiati.

Perempuan memulai menjadi kader posyandu tahun 1998, kala itu insentif yang diterima Rp 12 ribu setiap bulan. Niatnya hanya ingin berbuat baik dan membantu warga sekitar. Prinsipnya, niat baik pasti mendapat kemudahan. Perempuan asli Montong Gamang, Lombok Tengah menyebut, menjadi kader posyandu karena ingin menebar kebaikan. Tentu niat baik ibu ini sangat sulit ditemui zaman sekarang. Istilahnya mungkin seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Hampir 40 tahun perempuan yang akrab disapa Ibu Luh ini tinggal di lahan kosong tidak jauh dari markas Brimob NTB. Hanya satu rumah yang ada di lahan tersebut. Jangan ditanya lagi saat malam hari. Kondisinya sangat gelap dan dipenuhi semak belukar. Kondisi tersebut tidak menyurutkan langkahnya ketika ada warga yang membutuhkan pertolongan. Membantu pukul 01.00 Wita atau pukul 03.00 Wita disaat orang tengah lelap tertidur beberapa kali dilakukan. Langkah baik Sumiati, tidak sepenuhnya mendapat tanggapan positif. Ada saja yang menggunjing menyebut, sebagai kader mendapat uang banyak. Ada juga bantuan yang diberikan pemerintah. Alih-alih mendapat uang banyak, justru uang pribadinya sering keluar ketika membantu masyarakat. Meski tidak mapan secara ekonomi, bukan berarti membuatnya tidak bisa berbuat. Anak semata wayangnya Ranu Sumartini pun diajarkan ikut peduli terhadap orang lain. Suatu waktu, ada warga yang membutuhkan transfusi darah. Pihak keluarga tidak ada yang berminat mendonorkan darah.

Belum hilang dari ingatan setahun silam, tepatnya Maret 2014. Nama Sumiati mendadak mencuat di Kota Mataram. Saat itu sedang terjadi musibah puting beliung di Kota Mataram. Salah satu korbannya adalah Sumiati. Sebelum musibah itu terjadi, Sumiati dikenal warga sekitar sering membantu warga di Kelurahan Ampenan Selatan.

Musibah yang dialami pun memunculkan empati dari banyak pihak, mulai dari istri wali kota sampai dengan perusahaan milik pemerintah.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment