Friday 25 September 2015

Ingin Hasilkan Keju Kambing Etawa



Dosen Kreatif Universitas Mataram (3-Habis)

Berkunjung ke ‘’laboratorium alam’’ dosen kreatif Universitas Mataram, Indriyatno bisa menjadi wisata tersendiri bagi anak-anak. Lahan 50 are itu diisi banyak hewan. Mulai dari ayam hutan, kelinci, luwak, sampai yang terbaru adalah kambing etawa. Semangat tinggi Indriyatno ini memang ikut membuatnya kewalahan. Banyak konsep yang disusun secara beruntun. Kesan yang muncul, antar satu dengan yang lain tidak bisa berjalan beriringan.
‘’Tidak semuanya nanti akan berjalan beriringan. Satu sama lain bakal mendukung,’’ katanya.
Dosen program studi (prodi) Kehutanan Universitas Mataram ini bercerita, semua potensi mulai dari tanaman obat yang diolah menjadi jamu, peternakan kelinci, hingga yang terbaru kambing etawa itu akan menjadi satu kesatuan. Konsep yang digagas memang integrative farming dengan model pertanian organik yang menyasar holtikultura seperti sayur dan buah. Untuk mengembangkan itu, tentu saja yang harus diperkuat pendukung budidaya holtikultura organik.
‘’Dari mana pupuk organik nanti. Itu yang dihasilkan dari kotoran kelinci, ayam, dan kambing,’’ ucap Indri.
Ayah dua anak ini ingin semua yang dikembangkan antara satu dengan yang lain saling memberi manfaat. Peternakan kambing etawa yang baru-baru ini dirintis, sebenarnya memiliki tujuan untuk menghasilkan susu. Tidak seperti di Pulau Jawa, di Lombok cukup sulit untuk mendapatkan susu murni. Namun, susu Tapi susu yang dihasilkan itu tidak dijual dalam bentuk susu. Rencananya ini akan mengolah susu menjadi keju.

Suami Sri Mulyani ini menceritakan, langkah beternak kambing etawa mendapat dukungan dari turis asal Belgia yang tengah berwisata ke Pulau Lombok. Ketika berbincang dengan turis tersebut, ia mengutarakan keinginannya menghasilkan susu murni di Pulau Lombok dari kambing. Bule itu pun kemudian tertarik, memberi dukungan untuk membangun kandang. Tidak sampai disana, turis tersebut bahkan menjanjikan akan memberi resep rahasia keju asal Belgia.
‘’Disana (Belgia) itu kalau rasa keju ada resep khusus sehingga rasanya enak,’’ akunya.
Dukungan dari orang Belgia itu dianggap Indri sebagai penyemangat. Tidak menunggu lama, ia pun mendatangkan sekitar 15 ekor kambing etawa dari Pulau Jawa. Ya, mendatangkan kambing-kambing yang dikenal sanggup menghasilkan susu ini tidak mudah. Indri menguras keringat dan tenaga untuk bisa membawa ke Kota Mataram.
Ditanya soal keju kambing etawa, Indri mengaku sudah memiliki pasar. Selama ini sebelum memulai sesuatu memang yang lebih awal dilakukan adalah melihat pasar.
‘’Soal pasar tidak perlu khawatir sudah ada,’’ ucapnya.
Indri tidak menampik, konsep terintegrasi yang terdiri dari berbagai hal sektor tersebut untuk orang yang pertama kali datang bakal dianggap rumit. Menurutnya semuanya bakal menjadi satu kesatuan bila sudah berjalan bersama. Ini seperti lahan khusus untuk pengolahan pupuk organik, saat ini sedang diurai oleh cacing. Begitu pupuk jadi akan dipindah ke lahan dan mulai menanam sayuar atau buah.
Dengan mengembangkan konsep terpadu ini, kata Indri, bisa membuat mahasiswa yang datang untuk bimbingan semakin terbuka wawasannya. Tidak hanya mahasiswa masyarakat umum yang ingin datang sekadar untuk melihat beraneka macam hewan pun bakal terhibur.
‘’Terutama anak-anak TK atau SD pasti senang,’’ akunya.

Yang membuatnya gembira, kata Indri, meski dikerjakan dalam waktu yang hampir bersamaan, semua rencana-rencana itu bisa berjalan serentak. Meski diakuinya tetap ada skala prioritas yang harus diambil. Bahkan hal yang oleh sebagian orang sulit bisa tercapai dengan ketekunan dan keseriusan.
‘’Sekarang luwak nambah lagi satu. Baru beranak lagi, tidak tahu kapan tiba-tiba anaknya sudah besar,’’ ucapnya tertawa.
Dosen kreatif seperti ini seharusnya memacu mahasiswa untuk lebih rajin menggali ilmu. Banyak mahasiswa masih berorientasi nilai saja. Begitu mendapat Indeks Prestasi (IP) tinggi sudah puas. Padahal, teori-teori dalam ruang kuliah tidak selamanya bisa langsung diterapkan di lapangan. Masalah lebih kompleks dihadapi ketika di lapangan. Berbagai hal akan menanti begitu sudah menjadi sarjana. Sampai tidak sadar banyak sarjana berucap, ternyata tidak semudah seperti penjelasan dosen.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment