Sunday 20 September 2015

Guyonan Soal Rokok dan Kurban

HARI raya Idul Adha lebih familier di telinga masyarakat sebagai hari raya kurban. Momen sekali setahun bagi umat islam untuk berkurban. Ada yang membeli seekor kambing. Banyak juga yang memilih patungan membeli sapi. Satu sapi bisa tujuh orang. Tujuannya jelas, hewan kurban diberikan kepada orang yang membutuhkan. Kebanyakan penerimanya adalah fakir miskin atau orang-orang yang dibenarkan syariat agama. Makan daging bagi orang kaya, hal biasa. Tidak bagi orang miskin. Jangankan berharap makan daging. Bisa makan sehari-hari saja mereka sudah bersyukur. Namun, tidak semua orang yang mampu memiliki keinginan berkurban. Masalah ini tentu hati yang menjawab masing-masing.


Ceritanya menjadi menggelitik bila perokok yang disindir tidak mau berkurban. Alasan tidak mau berkurban karena uangnya tipis. Hari Raya Idul Adha jatuh tanggal tua dan uang gaji sudah habis. Jawaban itu seolah sia-sia, ketika si penanya langsung bilang,”beli rokok saja sanggup, berkurban kok susah,”. Bagi yang paham maksudnya pasti akan memilih diam. Jangan coba-coba jawab, supaya tidak makin panjang.
Kalau menjawab, harga rokok belasan ribu, harga kambing atau sapi jutaan. Siap-siaplah kalkulator bermain, akhirnya anda dapat. Sehari harga rokok Rp 15 ribu, berarti sebulan untuk rokok saja Rp 450 ribu. Seandainya uang itu disimpan dalam setahun , tidak hanya membeli satu kambing bisa dapat dua malah. Akhirnya kita bisa mematung seribu bahasa.
Guyonan soal rokok dan kurban seolah menjadi sindiran lazim yang muncul ketika Idul Adha tiba. Ya, apapun itu perokok selalu punya dalih menutupi hobinya merokok. Tapi, dari berbagai dalih itu tentu hadirnya Idul Adha menjadi momentum untuk berbagi. Bolehlah tetap merokok, tapi jangan lupa berkurban.(*)


0 10 komentar:

Post a Comment