#Dahulu dan
Sekarang (1)
DARI mesin
pencarian google diketahui, di Indonesia hanya ada dua lokasi pantai dengan
warna pasir merah muda (baca: pink). Di NTT dan NTB. Untuk di NTB lokasinya di
Lombok Timur, tepatnya di Kecamatan Jerowaru. Layak memang pantai ini disebut
sebagai si pasir merah muda. Warna pasirnya begitu diterpa oleh matahari memang
berwarna kemerah-merahan, beda dengan pasir pantai umumnya yang berwarna putih.
Butuh sekitar satu
jam lebih untuk mencapai Pantai Pink. Sebelum meledak seperti saat ini, nama
pantai itu lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Pantai Tangsi. Tulisan ini
cerita saya bersama sahabat saya Kahfi saat pertama kali menjejakkan kaki ke
Pantai Pink 21 Desember 2011. Tulisan ini sekaligus dedikasi saya, buat Kahfi
yang mau menemani saya menjelajah Lombok bagian selatan. Sekalian posting
foto-foto Kahfi. Dibuang sayang Bro!
Bersama rekan saya
Kahfi menjelajahi kawasan bagian selatan pulau Lombok, kebetulan saya
ditugaskan oleh pimpina saya ke Lombok Timur. Datang kesana hanya berbekal kata
orang soal Pantai Pink. Keterangan warga lah yang menjadi penunjuk jalan menuju
Pantai Pink. Tidak jauh dari SMP 3 Sekaroh, adalah jalan masuk menuju Pantai
Pink. Bayangan kita menuju pantai itu hanya beberapa ratus meter dari pinggir
jalan kecamatan. Pinggang sudah terasa berat. Sebelumnya sudah menempuh
perjalanan satu jam lebih dari Kota Mataram. Dugaan kita salah. Jalur menuju
pantai ternyata cukup jauh. Jalannya pun mengocok perut. Penuh batu dan sangat
rusak. lihat foto dibawah ini, seperti itu rusaknya.
Sengatan matahari
menusuk kulit. Membuat semuanya makin berat.Saya bergumam, kalau tahu jauhnya
menuju Pantai Pink seperti ini, lebih baik saya balik lagi. Kerongkongan dibuat
haus oleh sengatan matahari. Waktu masih menunjukkan pukul 12.30 Wita. Yah,
wajarlah kalau panasnya seperti itu. Apalagi di Lombok bagian selatan. Daerah
yang dikenal panas dan jarang hujan. Setelah berjalan sekitar 30 menit, dengan
sengatan matahari dan jalan mengocok perut. Bahagia mulai muncul. Kita melewati daerah banyak pohon. Dari keterangan
di papan sekitar hutan, diketahui itu Hutan Sekaroh. Pohon yang ada di hutan
merupakan bantuan dari pemerintah Jepang. Lumayanlah, untuk beberapa saat saya
dan Kahfi bisa duduk enak di motor. Adem, pohonnya membentang di kiri dan kanan
jalan.
Tidak berapa lama,
kita berjumpa degan seorang ibu. Tanpa basa-basi saya langsung bertanya soal
lokasi Pantai Pink. Ia pun menyebut kalau jarak dengan pantai tinggal sedikit.
Okelah, saya dan Kahfi langsung tancap. Minim rambu dan sangat sepi. Itulah
kondisi ke Pantai Pink. Bisa jadi, karena sinag hari dan banyak orang sedang
istirahat. Apalagi saya datang tidak hari libur. Motor terus melaju sampai
kelolosan ke arah Tanjung Ringgit. Merasa tidak menemukan Pantai Tangsi, kita
memutar motor. Baru ada tulisan papan kecil “Pantai Tangsi”. Melihat jalan
menuju pantai, saya dan Kahfi geleng-geleng. Rusak dan penuh batu. Kalau tidak
hati-hati bisa jatuh. Saya memutuskan turun dan Kahfi yang membawa motor. Tidak
bisa ngebut, turun dengan pelan dan hati-hati. Hingga berada di ujung turunan,
ada dua bule yang menyapa. Mereka menyebut datang dari Austria, Eropa. Mereka
mengaku usai berjemur dan menikmati pantai. Saya langsung melihat ke arah kawan
saya Kahfi.
“Kok bule lebih
tahu dari kita,” ucap saya ke Kahfi.
Kahfi pun berkata
pada saya, tidak habis pikir dengan orang asing yang mau datang jauh-jauh ke
Pantai Pink. Pantat dan pinggang kita saja sudah tidak enak rasanya. Kok, orang
asing begitu semangat mencari Pantai Pink. Berjumpa dengan bule membuat kita
semakin penasaran. Dari kejauhan memang sudah kelihatan pasir pantai berwarna
merah muda. Deretan perahu nelayan berjejer. Melihat pantainya dari kejauhan, cocok
kalau disebut si pasir merah muda. Begitu tiba di pinggir pantai, rasa kagum
terucap dari mulut saya. Pertama kali dalam hidup saya, melihat ada pasir
pantai berwarna merah muda.
Setelah menenggak
air mineral saya pun langsung lepas sandal dan merasakan air laut Pantai Pink. Segar,
ditengah panas yang melanda. Saya pun langsung mengambil jumputan pasir. Memang
benar berwarna merah muda. Di tengah pasir seperti ada pecahan karang berwarna
merah. Mungkin itu yang membuat warna pasirnya merah muda. Kahfi tidak mau
ketinggalan ia pun ikut turun melihat lebih dekat pasir pantai. Kahfi juga saya
minta mengambil pasir. Ada beberapa perahu tengah bersandar. Perahu lainnya
kosong. sudah tidak tampak nelayan. Mungkin sedang istirahat. Karena suasana
alamnya tidak biasa, kita bergiliran saling berfoto. Istilah sekarang selfie. Selain
pantai berwarna pink, suasananya memang tenang dan sepi. Setelah bule yang kita
jumpai, disana pendatang hanya kita. Lainnya ada hanya nelayan pulang melaut.
Pesisir pantai begitu bersih, tidak ada satupun sampah. Dari pinggir pantai terlihat
ada pulau-pulau kecil di kejauhan. Pantai Pink seperti dihimpit tebing. Kanan
dan kiri tebing tinggi. Luar biasa, Lombok memiliki keindahan pantai seperti
ini.
Seorang nelayan
bercerita, kalau di pantai itu biasa ramai saat waktu liburan atau tahun baru. Ada
gua kecil di pinggir pantai, di depan goa kalau tahun baru dijadikan sebagai
lokasi untuk berkemah. Diberi tahu soal gua, saya pun melirik ke Kahfi,
penasaran dan ingin tahu. Ceritanya gua itu sahulu dijadikan sebagai lokasi
untuk perlindungan. Pantai Pink zaman penjajahan termasuk salah satu lokasi
pertahanan Jepang di Lombok. Gelap, tidak terlihat apapun begitu di depan gua
kecil berdiameter satu meter lebih itu. dari kejauhan ada dua pemuda yang
melintas. Saya meminta tolong supaya ikut menemani masuk gua. Ada perasaan
takut. Khawatir kalaudi dalam nanti ada ular dan hewan mematikan lainnya. bekal
masuk gua hanya korek api kecil. Di dalam gua, dingin dan agak berbau apek.
Begitu berjalan beberapa meter, tiba-tiba dua pemuda meminta saya dan Kahfi
merunduk, karena dinding gua menyempit. Beberapa meter kemudian kita sudah
berada di pintu keluar. Jaraknya mungkin sekitar tujuh meter dari depan sampai
belakang.
Saya berkata kepada
Kahfi kalau Pantai Pink luar biasa dan layak untuk dikembangkan sebagai tempat
wisata. Masalahnya tentu soal jalan dan infrastruktur pendukung menuju pantai.
Perasaan wisatawan tentu sedikit ngeri-ngeri sedap kalau melintasi jalan rusak
ke tempat wisata.(bersambung)